Dad, I hate you, but you're dying now

hands

Dahinya berkerut, bibirnya setengah menggumam tak jelas, matanya nanar melihat kearah kedip ponsel di samping  keyboardnya. Saya melirik sekilas, setelah itu kembali konsen dengan setumpuk kerjaan yang harus saya genapkan hari ini. Sementara di kubikel lain teman-teman bercanda riuh saling meledek satu sama lain. Cerah ceria, maklum baru gajian. Saya menimpali sesekali sambil tetap konsen ke follow up komplain ketidaksesuaian hasil kerja team saya.

Beberapa waktu berlalu handphone itu berdering lagi. Reaksinya tetap sama, kening berkerut, gumaman tak jelas & kembali cuek dengan “teriakan” handphonenya.

“Nomer siapa sih ini, telpon-telpon melulu?”, sungutnya kesal. Saya lepas headset & mulai memperhatikan,
“ya harusnya tadi diangkat aja kan gapapa dear..”
“ah males mi, gak kenal nomernya.. pasti iseng”

Begitulah dia. Nomor tak dikenal = orang iseng. Entah karena terlalu sering dia menerima telepon iseng ya sehingga digeneralisir semua nomor tak dikenal itu nomor orang iseng. Dia yang terlalu ngetop barangkali *nyengir*

Sampai kejadian itu berulang ketiga kalinya. Kali ini bukan hanya saya tapi juga teman yang lain yang juga memperhatikan gaya cueknya dia mengacuhkan telepon. Kali ini rupanya bujukan kami berhasil. Diangkatnya telepon selular itu. Kalau dilihat sepintas dari suaranya yang terdengar melunak & terdengar lebih familiar pasti suara di seberang sana orang yang sudah dikenal.Dia beranjak dari tempat duduknya & keluar ruangan.

Sepuluh menit kemudian dia kembali. Namun wajahnya terlihat sedikit bimbang & gusar.

“ternyata siapa say?”
“oh, tanteku..”, jawabnya datar
“tuh kan, ternyata tante yang telpon kan? emang kamu gak simpan nomernya?”
“dia ganti-ganti nomer mulu Mbak, jadi aku ga update nomornya yang mana”
“Oh, ya udah kalo gitu. Eh tapi..”, saya berhenti sejenak takut pertanyaan selanjutnya terlalu pribadi buat dia. Walaupun akhirnya saya lanjutkan juga..
“err.. kamu gapapa kan?”
Dia diam, wajahnya mendadak berubah, “papa sakit Mbak. Sekarang lagi di RS.. Tadi Om bilang papa sempat.. udah ga napas lagi..”

Saya tercekat. Saya tahu bagaimana hubungan ayah-anak ini. Dulu anak saya satu ini sering curhat sama saya tentang apa saja. Anaknya sedikit tertutup, tapi entah ya, dia selalu cerita sama saya termasuk beberapa hal yang saya anggap urusan pribadi.

Orangtuanya berpisah ketika usia dia & saudaranya masih kecil. Saya kurang tahu pasti masalahnya seperti apa, tapi yang jelas dia punya kenangan buruk dengan sang ayah. Sayangnya waktu tak bisa memupuskan kebenciannya kepada sang ayah yang telah mengukir raganya & sekarang tengah berjuang mempertahankan nyawa di RS. Saya hanya bisa menyarankan untuk meluangkan sedikit waktu yang dia punya untuk sekedar berjumpa dengan sang ayah. Dia sempat berkeras, “tidak sekarang!”.

“dear, kita gak pernah tahu sampai kapan umur seseorang. Apalagi dia papa kamu. Tanpa dia kamu gak akan pernah ada. Ya jenguklah walau sebentar..”
“ah dia udah baikan kok..Dia cuma kecapekan sama ga tau deh ada sakit apa lagi gitu”, jawabnya setengah cuek.
“dear.. yakin kamu gak bakal nyesel kalau kamu ga ketemu lagi sama beliau untuk selamanya? Bukannya ngedoain ya, tapi sekali lagi, kita ga pernah tahu kapan Tuhan akan mengambil nyawa orang terdekat kita. Sebenci-bencinya kamu sama dia dia tetap orangtua kamu. Bukalah hatimu sedikit. Bukan saat yang tepat untuk mempertahankan ego di saat seperti ini. Apalagi ini menjelang Ramadhan. Wis tho, kamu bakal nyesel ketika kamu sadar sebenarnya bisa meluangkan waktu sebentar untuknya tapi kamu gak memberikan kesempatan buat dia.. Just give him a hug & kiss..”

Dia diam, sampai akhirnya dia luluh & mengalah,

“ok, aku akan pergi ke Bekasi, tapi mungkin baru bisa besok atau lusa. Hari ini waktunya udah mepet Mbak..”
“Ya terserah kamulah, yang penting luangkan sedikit waktu buatnya. Seburuk-buruknya dia di mata kamu, sejahat-jahatnya dia sama kamu di masa lalu, dia tetap papamu.. Janji jenguk ya ..”
“iya Mbak..”, sahutnya pelan.

Saya nggak tahu apa yang ada di benak & pikirannya sekarang. Apakah mungkin dia tengah bergulat dengan egonya? Entahlah. Jujur, saya jadi ingat sama papa saya. Kangen sekali sama beliau. Sosok yang juga tak sempurna, tapi selalu berusaha sempurna dalam menyayangi kami bertiga & mama. Seorang yang fun & paling mengerti karakter saya. Beruntunglah kita yang masih dikaruniai orangtua yang masih sehat, terlepas apakah mereka masih bersatu atau sudah tidak bersama lagi. Merekalah harta paling berharga dalam hidup kita. Tanpa mereka tentu kita tiada..

Dear parents, we love you

 

gambar dari sini

Continue Reading

Awas, saya galak !!

Beberapa kali saya dengar komentar  tentang saya :

“Mbak Devi itu sangar, galak orangnya”.

Lain waktu saya dengar komentar lain lagi tapi nadanya sama  :

“dia itu emang keras, tapi menurutku dia teges.. “.

Eh, keras & tegas itu konotasinya sama atau beda sih? *dijambak sampai mbrodol* . Reaksi saya? ngakak.. hahahaha :D. Saya tidak menyangkal tapi juga tidak membela diri. Biar sajalah orang mau bilang apa tentang saya, mau saya sangar, galak, keras, judes, jutek.. whatever, saya tidak akan komplain. Mungkin itu salah satu sisi pribadi saya yang lain. No problem with that.. 😀

Saya tidak merasa bangga dibilang begitu, tapi juga tidak merasa sedih/kecewa. Namanya pendapat orang ya sah-sah saja. Toh yang bisa melihat saya baik/buruk kan orang lain. Selama itu tidak merugikan saya secara material & spiritual ya saya tidak terlalu ambil pusing. Jujur, dulu saya justru orang yang tidak berani bersuara. Kalaupun iya bersuara ya paling beraninya dibelakang. Tapi semua itu berubah sejak lingkungan & pekerjaan saya juga berubah. Saya juga ngerasa kok kalau sekarang saya jauh berbeda. Mungkin kalau dulu saya pribadi yang kurang bisa speak up, gampang mewek, sekarang jadi kebalikannya.

Ada kalanya saya galak, ada kalanya pula saya tenang. “Galak” bukan berarti saya pengen menunjukkan  “ini lho saya..” dengan tampang jumawa & menepuk dada ya. Lagian juga apa yang mau saya jumawa-jumawakan sih? Wong saya ya biasa-biasa saja. Kalau masalah kerjaan biasanya karena berusaha memperjuangkan hak ketika kewajiban sudah saya/teman-teman penuhi. Kalau suatu saat saya bilang “nggak mau” bukan berarti saya susah diajak kerjasama, no compromise atau membangkang, tapi karena ada alasan-alasan logis yang bisa saya jelaskan kenapa saya sampai bilang “nggak mau atau nggak bisa”.

Pun halnya masalah etika kerja. Saya paling nggak bisa ketika ada oknum yang diluar prosedur yang selama ini berlaku, misalnya sekonyong-konyong menyodorkan anak baru untuk training/tandem dengan salah satu anak buah saya tanpa permisi, tanpa ada omongan, “dev, saya nitip 1 anak baru ya.. tolong dibantu tandem, diajarin”. Bukan masalah sok penting ya, ini juga masalah etika.

Apa yang ada di pikiran kalian ketika tiba-tiba ada 1 anak baru yang bukan under supervisi kalian terus tiba-tiba nongol nyari-nyari sendiri rekan mana yang mau ditandemin, dia keluyuran di ruangan kalian tanpa kalian tahu tujuan & maksud dia apa,  bermaksud mau tandem tapi tanpa ada omongan apa-apa dari atasannya? Bingung? Langsung nerima, atau biasa-biasa aja? Kalau saya kok males ya. Sekali lagi ini bukan masalah saya yang sok penting, sok pinter, atau sok-sokan lainnya. Namanya orang minta tolong ya ngomong, at least atasannya yang menitipkan baik secara lisan maupun tulisan ke saya, bukan ketika saya tanya malah no responses atau justru membentak. Kok rasanya kurang profesional ya. Sudah tidak sesuai prosedur, ditegur malah marah.. Hmm, pengen noyor-noyor deh.. Makanya pas kemarin saya pasang status di YM “kerja juga ada etikanya, Bung!!”, langsung banyak banget yang komen, ha5x :D.

No, no, saya bukan mau sok cari sensasi. Saya tahu orang yang saya maksud itu juga sedang invisible, dan saya yakin pesan di status saya juga dibaca sama dia 😉 . And, here he goes.. tak lama kemudian dia datang ke ruangan saya untuk minta maaf & baru minta tolong anaknya supaya ditandemin.

Saya bukan malaikat yang tidak pernah bikin salah atau nggak pernah marah. Saya juga bukan mau sok benar dengan sikap saya selama ini. Kalau saya memang salah ya saya akan akui salah kok, tapi kalau saya benar ya tolong jangan diputarbalikkan jadi salah. Itu saja. Saya juga tahu tidak semua masalah bisa dihadapi dengan hati panas. Kalau memang sudah terselesaikan ya selesai juga emosi saya. Dibalik semua itu saya orangnya pemaaf kok. Gak mungkinlah kalau sudah ada yang minta maaf  terus tetap saya sembelih (wuidih, jagal banget ya gue?) 😀 . Nggak kaya gitu jugalah.

Soal kerjaan misalnya, semua sudah punya tanggung jawab masing-masing. Kelola tanggung jawab itu dengan maksimal. Karena itu adalah salah satu bentuk kepercayaan orang lain kepada kita. Jadi ya jaga kepercayaan itu sebaik-baiknya .. 😉

Continue Reading

Anak Indigo & Sixth Sense-nya

chakrasystemGara-gara postingan simbok tentang Cerita Malam (kemampuan melihat dunia lain), jadi ingat 2 tahun lalu ketika saya masih jadi trainer & leader di Surabaya nih. Waktu itu kantornya masih di Jl. Basuki Rahmat. Gedungnya sih gak serem, tapi entah ya kenapa selalu saja ada yang melihat penampakan disitu. Kalau bapak-bapak security disitu sih sudah kebal mungkin ya sama hal-hal beginian. Melihat ada “orang” pakai baju putih duduk diatas genteng dengan kaki menjuntai diatas pos satpam jam 12 malam sudah biasa. Atau pas lagi ronda malam trus di lift ketemu sama “mbak-mbak” pakai baju putih dengan rambut seluruhnya menutup muka, sudah biasa. Tapi kalau kita yang bukan “penduduk” ya kederlah. Ya mungkin namanya juga gedung, pastilah ada penunggunya. Selama kita gak mengganggu ya insyaallah ga akan ada apa-apa (gak minta juga deh).

Yang ingin saya bahas ini tentang fenomena indigo atau anak yang berkemampuan supranatural. Hal ini sebenarnya sudah mengemuka puluhan tahun yang lalu. Istilah “indigo” berasal dari bahasa Spanyol yang berarti nila. Warna ini merupakan kombinasi biru dan ungu, diidentifikasi melalui cakra tubuh yang memiliki spektrum warna pelangi, dari merah sampai ungu. Menurut para ahli, warna-warna tersebut diidentifikasi melalui cakra di tubuh. Letak indigo ada di kening, persis diantara cakra leher yang berwarna biru dengan cakra puncak kepala yang berwarna ungu. Prinsipnya cakra memiliki spektrum warna merah sampai ungu, seperti warna pelangi.

Cakra leher (tenggorokan) yang berwarna biru adalah wilayah yang tertandai berdasarkan penggunaan penalaran dengan optimalisasi fungsi otak. Dan indigo sifatnya spiritual. Istilah “anak indigo” atau indigo children merupakan istilah baru yang ditemukan konselor terkemuka di AS, Nancy Ann Tappe.. Seperti halnya film Sixth Sense yang diperankan oleh Haley Joel Osment & psikolog anak yang diperankan oleh Bruce Willis, kebanyakan dari mereka ketika difoto aura, hasil foto aura mereka berbeda dengan kebanyakan dari kita, auranya berwarna nila & IQ-nya diatas 120.

Kemampuan supranaturalnyapun pun bermacam-macam, selain bisa melihat makhluk atau materi-materi halus yang tidak tertangkap oleh indra penglihatan biasa alias indra keenam, mereka juga bisa melakukan telepati, melihat masa lalu/masa depan, juga punya kemampuan berkomunikasi/berbahasa yang bagus. Fisik anak-anak indigo sama dengan anak-anak lainnya, tetapi kebanyakan dari mereka batinnya tua (old soul) sehingga tak jarang memperlihatkan sifat orang yang sudah dewasa atau tua jauh diatas usianya. Sering kali dia tak mau diperlakukan seperti anak kecil dan tak mau mengikuti tata cara maupun prosedur yang ada. Kecerdasannya pun di atas rata-rata.

Ada salah satu diantara agent callcentre yang kebetulan anak buah saya yang bisa melihat penampakan mulai yang dia kategorikan serem sampai yang biasa aja. Mau yang namanya serem, biasa aja, atau lucu sekalipun kalau hantu mah thanks ya.. but no, thanks.. *kabur jejeritan* . Selain melihat penampakan dia juga bisa komunikasi dengan ibunya yang beda kota dengan telepati (hebat gak tuh? jaman sekarang masih bisa telepati. Kalau saya sih telepon sama sms aja deh), dia juga meramal & membaca garis tangan. Makanya dia dijuluki Madam Diana atau Mama Loreng.. 😀

Pernah kalau sambil tandatangan form konseling suka sambil ngobrol sama saya :

“mam, sampeyan pernah liat hantu gak?”
“halaah, enggak, gak mau.. nonton film horror yang bikinan manusia aja aku keder, apalagi yang beneran..Kenapa? jangan bilang kamu mau kasih liat ya.. timpuk nih..”, ancam saya sok galak, tapi asli saya takut beneran padahal adegannya siang bolong lho..
“hehhehe, enggak.. Benernya mereka itu baik kok, gak bakal ganggu kalau kitanya juga ga ganggu..”
“tapi mana kita tahu kalau kita udah gangu mereka atau enggak? Kadang kitanya gak ganggu aja suka digangguin sama mereka, suka dikasih penampakan”
“iya sih.. tapi setauku mereka disini baik semua kok, cuman emang ada yang agak jutek, iseng & suka gangguin..tuh, kuntilanak yang ada di toilet cewek, suka ngagetin tiba-tiba muncul gitu..”

Hyaaa.. merinding gueeeeee.. Dia cerita seperti yang diceritakan itu manusia juga, padahal makhluk halus. Omaigat..

Diana ini adalah salah satu anak indigo yang pernah diwawancara oleh Pro2 FM Surabaya beberapa tahun yang lalu. Di keluarganya hanya & dia, ibunya & om-nya yang memiliki kemampuan seperti itu. Di usia SMP dia sudah bisa mencari uang sendiri dengan memberi kursus bahasa Inggris yang muridnya diatas usianya (SMA & mahasiswa). Yang membuat saya makin melongo adalah di awal masuk SMA dia sudah bisa membantu mengerjakan skripsi mahasiswa (you know-lah ada kalanya mahasiswa-mahasiswa itu malas, tidak mengerjakan skripsinya sendiri, alias orang lain yang mengerjakannya).

Pernah juga saya iseng tanya sama dia kenapa kalau hari Jumat dia masih menggunakan stelan kerja lengkap dengan jas? Padahal hari Jumat boleh pakai jeans (santai tapi sopan). Dia jawabnya begini :

“mbak, aku tuh ga bisa pakai jeans.. Ibuku tuh pasti tahu kalau aku pakai jeans ke kantor. Nanti pasti dia akan ngeroweng (baca : ngomel) seharian. Aku gak bisa konsentrasi..”
“lah, kan ibumu gak tau kamu kerja pakai baju apaan. Kan dia gak di Surabaya”
“iya mbak.. dia itu bisa ngeliat aku dari jauh. Sekalinya aku membangkang pasti suaranya bakal ada dimana-mana..”

See, dia memang tumbuh dengan pribadi yang unik, tapi dia menyenangkan. Jawabannya yang polos, lugu & beda bisa membuat saya geleng-geleng kepala sekaligus tertawa. Saya juga pernah dinasehati panjang lebar sama dia.
Padahal usianya terpaut 4 tahun dibawah saya. Begitulah kalau old soulnya lagi keluar.

Begitu juga dengan salah satu putri dari sahabat yang juga bisa melihat makhuk dari dimensi lain ketika diajak jalan-jalan ke Musium Fatahillah :

“ibu, kenapa orang itu melihat aku terus?”
“mana? ibu gak ngeliat ada orang disini”, jawab ibunya sambil celingukan ke arah seluruh ruangan
“itu bu, yang ada di pojokan..”, tunjuk si anak

Ibunya langsung merinding..

atau ketika istirahat di taman, munculah pertanyaan ini :

“Bu, kenapa orang itu dirantai & dipenjara? kasian sekali dia. Dia meringkuk di sel bawah tanah..”

Ibunya hanya bisa menelan ludah tak bisa komen apa-apa. Tapi dia sadar kalau buah hatinya itu bisa melihat dunia lain. Jadi ya mulai terbiasa. Tapi dia mengaku masih suka belum siap kalau seketika dibilang ada “seseorang” disebelahnya dengan penggambaran detailnya seperti apa.. Hyaiyalah, saya aja nulis ini sambil merinding disko.

Anak indigo paad umumnya bisa menjelajah ruang dan waktu. Artinya ketika tubuh anak indigo berada di suatu tempat, pada saat bersamaan dia tahu apa yang terjadi di lokasi lain. Mereka juga lebih banyak bertanya & lebih kritis. Jika orangtua tidak mengerti bahwa anaknya indigo, si anak akan cenderung memberontak, agresif, dan nakal. Selain itu ciri lain anak indigo adalah mereka lebih suka menyendiri. Begitu berada pada suatu situasi atau lingkungan baru, anak indigo akan mencermati keadaan sekelilingnya dengan sangat teliti. Kemampuan mereka mengenal suasana dan individu juga luar biasa.

Sama halnya dengan Diana. Dia memang pendiam, tapi sejak awal dia sudah tahu siapa & bagaimana karakter saya (padahal baru kenal), bagaimana situasi & kondisi tempat kerjanya, serta siapa saja yang ada disitu (yang visible & invisible), dll.

Mereka memang berbeda, tapi mereka bukan anak aneh. Mereka suka berbicara sendiri, dapat melihat masa lalu dan masa depan serta cenderung lebih matang dari usianya. Kecerdasan anak-anak Indigo juga di atas rata-rata dan mereka mampu melakukan hal-hal yang bahkan belum pernah mereka pelajari sebelumnya. Karena sering bicara sendiri, banyak orangtua anak Indigo menyangka anak mereka menyandang autisme atau hiperaktif,
padahal bukan. Tapi melalui penanganan & pendekatan yang tepat mereka akan berkembang normal seperti teman-teman lainnya. Selain itu juga salah satu jalan supaya para orangtua lebih legowo dalam menerima kelebihan sang anak adalah mengembalikan kemampuan sang anak sebagai wujud kebesaran Tuhan. Karena bagaimanapun semua tidak akan terjadi tanpa seijin-Nya bukan?

Sebenarnya masih banyak cerita menarik tantang fenomena indigo ini. Mungkin selanjutnya ada yang mau share tentang pengalamannya bersama mereka?

Monggo.. 🙂

[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=Lz3LUEklLRU&hl=en&fs=1&]

Continue Reading

Take Me Out Indonesia

Ok, mungkin saya terlambat banget bahas acara (yang katanya reality show) ini. Jujur pertama kali lihat :

“wuiidih, ini acara apaan sih? norak semua pesertanya. Mana dandanannya menor, belum lagi gaya pesertanya ada yang bitchy-bitchy gimana gitu”.

Maafkan saya ya pemirsa kalau ngomongnya agak pedes  *sambil nguleg cabe*.  Tapi ya itulah komentar jujur  saya tentang acara ini.. 😉

Acara yang menampilkan 30 perempuan single usia 20-40 dengan berbagai status. Ada yang single, ada juga yang sudah pernah menikah. Mereka akan memilih 7 pria yang akan diajukan. Kalau the ladies merasa cocok, nyalakan lampu, kalau tidak cocok ya tinggal matikan lampu. Calon yang diajukanpun tidak semua pria dengan fisik sempurna, ada yang ganteng ada juga yang superduper biasa saja. Ganteng itu mutlak, namun tampan relatif, bukan? *disambit uleg-uleg* .

Yang sering bikin saya geleng-geleng kepala itu reaksi perempuan-perempuan ini ketika diminta memilih. Ada saja alasan untuk mematikan lampu atau menyalakan lampu. Kalau yang mematikan lampu mulai dari alasan fisik/dandanan yang kurang OK, bisa juga karena pekerjaan & latar belakang sang pria. Tapi ada juga kok yang sudah sedemikian settle tapi tetap ga ada yang milih. Alasannya pun beragam & kalau menurut saya malah kesannya mengada-ada. Ada di salah satu episode yang menayangkan kebolehan sang pria bermain samurai, ga dipilih dengan alasan  :

“nanti kalau saya menikah trus dipedang gimana dong?”

Hyaelah.. shallow banget sih alasannya bu? Ya masa iya pria-pria itu niatnya mencari jodoh untuk diiris-iris sama samurai sih.. Ga make sense deh.. *jeburin sumur*

Kadang ngeliatnya juga “kasian” sama yang pria. Belum sempat kasih info apa-apa, eh semua sudah langsung mematikan lampu.. Omaigat..  Terus, suka gerah juga sama dandanan para wanitanya. Menor banget, belum lagi bajunya yang seringkali terlalu seksi & terbuka. Episode minggu kemarin malah ada yang keliatan nampang banget. Badan ga begitu langsing tapi roknya udah sepangkal paha, belahan dada juga kemana-mana.. Belum lagi pas di akhir acara dia pakai nari-nari sambil menghentak-hentakkan badannya.. maksudnya apa sih jeng? *bantuin nutupin badannya si mbak itu pakai taplak* .Ya ampun, elegan dikit dong ladies.. Kalian memang berusaha menarik lawan jenis, tapi mbok ya yang classy-lah.

Terlepas dari pro kontranya acaranya Fremantle ini, ratingnya bagus lho. Acara yang banyak menuai komentar sinis ini ternyata masih banyak juga yang nonton ya. Karena apa, ada sesuatu yang bikin penasaran sama acara itu. Tiap minggu pasti ada pemain-pemain baru yang akan dipilih dengan berbagai status & latar belakang pribadi.  Minggu depan malah katanya bakal dibalik, akan ada 30 pria yang akan memilih & beberapa perempuan yang akan diajukan sebagai calon. Kalau saya nih ya.. yang menarik cuma satu..

Choky Sitohang doang.. 😀

choky sitohang

*cipika cipiki sama Choky*

[devieriana]

Continue Reading