Takut Tak Sempurna..

Di pagi yang sibuk itu, handphone di atas meja – yang hampir selalu diaktifkan dalam modus vibrate/silent itu – kembali bergetar. Sedikit memecah konsentrasi saya pagi itu. Melihat sebentar ke layar handphone, sekedar mengecek adakah mungkin email, sms, atau kabar penting lainnya yang masuk. Ternyata BBM dari seorang teman yang menanyakan kabar.

Ok, sepertinya bisa ditunda dulu ya, biar saya ngebut dulu deh kerjanya. Dengan cepat ibu jari saya mengetik sebaris kalimat di layar handphone. “Jeng, aku lagi sibuk dikit nih, aku kelarin bentar ya. Seperempat jam lagi kita sambung. Ok, Bebih? :D”. Enter. Tak berapa lama dia pun membalas dengan singkat, “Ok”.

Tak lama setelah selesai berkutat dengan berkas-berkas saya pun memenuhi janji untuk meluangkan waktu ngobrol dengan si teman. Menarik, karena dari sana mengalir sebuah obrolan yang bukan sebatas basa-basi menanyakan kabar. Biasanya sih kita cuma ngobrol ringan, seputaran gosip-gosip nggak penting, dan guyonan-guyonan nggak mutu ala kami berdua. Tapi ternyata kali ini sedikit berbeda, ada hal serius lainnya dibelakang sapaan pagi itu.

“Yes, Bebih. Udah agak santai nih sekarang.. Kenapa-kenapa? Ada gosip apa pagi ini? :> “, sapa saya di BBM

“Hmm, sebenernya bukan pengen ngegosip kok.. Aku pengen diskusi sedikit nih sama kamu..”

Sejenak saya terdiam, tidak mengetikkan satu huruf pun. Mencoba menerka-nerka, kira-kira dia bakal ngobrolin apa ya. Semoga bukan masalah yang serius deh..

“Mmmh, ya.. kenapa, kenapa?”

“Mmmh, gini, kenapa ya kok akhir-akhir ini aku sering merasa gusar sendiri. Kaya ada beban yang.. entah ya, masalah yang awalnya aku anggap bisa aku atasi ternyata waktu dijalani kok berat ya..”

Saya mulai mengernyitkan dahi membaca prolog diskusinya. Saya tunggu dia menuliskan semua uneg-uneg yang seperti saya duga, memang panjang :D.

“.. akhir-akhir ini aku kaya dibayangi ketakutan-ketakutan yang mungkin nggak berdasar. Kamu dan suami kan masing-masing menikah sebagai pasangan pertama. Sementara aku, menikah dengan suami yang sudah pernah menikah sebelumnya. Divorce dengan satu anak. Selama berumah tangga aku jadi sering paranoid sendiri, takut kalau-kalau.. I would never be as perfect as his ex wife used to be.. :(“

“Hush! Nggak boleh ngomong begitu, ah! :|”, sergah saya. “Sebenernya ukuran sempurna itu yang kaya gimana sih?”

” ๐Ÿ™ “

“.. tidak ada seorang pun yang terlahir dengan pribadi sempurna, Jeng. Nggak ada ayah/suami yang sempurna. Nggak ada ibu/isteri yang sempurna, juga anak yang sempurna. Semua berjalan melalui sebuah proses panjang pembelajaran. Kita nggak bisa membandingkan seseorang dengan lainnya, pun pasangan kita sekarang dengan pasangan sebelumnya. Karena memang nggak ada yang bisa dibandingkan, Jeng. Manusia itu kan terlahir unique, jadi sudah pasti “hasilnya” ya nggak akan pernah sama.. Misalnya, mantannya suamimu adalah Dian Sastro, trus kamu akan berusaha seperti Dian Sastro dalam segala hal, gitu? Enggak kan?”

“:-s “

“IMHO, saranku sih cuma satu, Jeng. Cukup jadi diri sendiri aja. Jadi isteri dan (calon) ibu dengan kepribadianmu sendiri. Mendidik & mengasuh buah hati kalian dengan cara kalian sendiri. Nggak perlu takut, apalagi membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Nggak akan fair juga kalau sampai pasangan nantinya membandingkan kamu dengan mantan pasangan sebelumnya. Karena nggak akan pernah sebanding, kalian jelas dua pribadi yang berbeda.. :)”

“….. “. Dia terdiam beberapa saat, mungkin menunggu saya menulis lagi ๐Ÿ˜€

“.. pasti ada alasan tersendiri ketika seseorang akhirnya memilih untuk hidup bersama kita ketimbang dengan yang lain. Contohnya, ketika suami memilih kamu sebagai isteri, mungkin karena kamu smart, mandiri, lembut, sabar, menyenangkan, dan yang paling penting dia merasa nyaman dengan kamu. Itu sebenernya poin kelebihan kamu, kan Jeng?”

“Iya, ๐Ÿ™ . Selama ini aku udah paranoid banget dengan hal yang satu itu. Dulu sebelum menikah aku sudah pernah ditanya Mama, apakah aku siap menikah dengan orang yang pernah punya kehidupan rumah tangga sebelumnya? Aku jawab siap, aku sanggup. Tapi setelah aku jalani di lapangan, ternyata berat juga ya. Aku seperti belum rela ketika dia bicara tentang anaknya.. ๐Ÿ™ “

“Dear, ada yang namanya mantan suami atau mantan isteri. Tapi nggak ada yang namanya mantan anak. Sampai kapan pun dia akan tetap jadi anak si suami. Mau nggak mau ya itu kenyataan yang harus kamu terima, menikah dengan satu paket status, menikahi pria sekaligus statusnya sebagai ayah dari pernikahan sebelumnya.. “

” iya sih.. :(“

“Jadi ya sudah, monggo diterima dan dijalani semuanya dengan legowo.. Mungkin berat buat kamu, tapi kalau kamunya ikhlas menjalani sebagai bagian dari konsekuensi pilihan yang sudah kamu ambil insyaallah kedepannya akan lebih mudah buat kamu. Amien….”

“Amien.. Thanks for the insight, Dear. Glad to have you as a friend >:D<"

“You are not perfect, Dear. But believe me you will always be perfect for him ;)”

Kalau bicara tentang kesempurnaan sepertinya nggak akan pernah selesai ya. Saya sepertinya harus berterima kasih juga pada si teman yang akhirnya dari obrolan tadi kok seperti mengingatkan diri saya sendiri untuk berhenti mengejar kesempurnaan. Karena tanpa sadar saya juga kadang-kadang berlaku demikian.

Dari percakapan singkat tapi padat itu kok jadi teringat salah satu scene di film Bride Wars yang intinya sama dengan percakapan dialog diatas. Ada sebuah kalimat yang diucapkan seorang calon suami pada calon isterinya yang khawatir tidak bisa sempurna ketika kelak menjadi seorang isteri. Kurang lebih bunyinya begini : “Life is not perfect, Honey. Life is messy. I don’t need you to be a perfect wife. I just need you to be a human live”.

Terkadang di mata pasangan kita tidak perlu menjadi seorang yang sempurna. Mereka ingin kita cukup menjadi seseorang yang manusiawi. Seseorang yang wajar jika tanpa sengaja berbuat salah, seseorang yang wajar jika banyak kekurangan. Karena sempurna hanya kata yang pantas untuk-Nya..

This is life, not heaven. So, you don’t have to be perfect! ๐Ÿ˜‰

[devieriana]

gambar dipinjem dari Image Shutterstock

Continue Reading

Lebih baik sakit gigi?

Entah sudah berapa lama saya tak lagi mengakrabkan diri dengan dokter gigi. Kalau dulu waktu masih di Surabaya sih masih lumayan seringlah ke dokter gigi untuk sekedar perawatan. Tapi sejak di Jakarta hampir belum pernah. Sampai akhirnya saya didera rasa ngilu yang luar biasa plus cenat-cenut (tapi nggak sampai bikin formasi bintang).

Ceritanya, saya yang sebelumnya belum pernah sakit gigi itu akhirnya sejak hari Minggu terpaksa nyanyi lagunya Meggy Z , “lebih baik sakit gigi daripada sakit hati”. Rasa nyeri yang saya pikir akan segera sembuh ternyata belum hilang juga hingga puncaknya ketika harus standby di pelantikan eselon I tanggal 1 Februari kemarin. Sudah siap tugas sih sebenernya tapi kepala rasanya mau pecah, badan juga jadi demam karena sakit gigi yang ugal-ugalan itu. Hidangan seenak apapun yang disajikan hari itu sama sekali tidak menarik minat saya :((. Kok nggak segera ke dokter? Iya, saya itu orangnya suka sok kuat. Sok bisa nahan sakit, padahal udah lemes. Jangan ditiru! ๐Ÿ˜

Akhirnya saya pun ke dokter juga setelah sakitnya sedikit mereda. Untung dokter klinik di kantor ramah, suka bercanda, dan penanganannya nggak kasar. Kan ada tuh ya dokter yang udah jarang senyum, mukanya serius, menjawab konsultasi seperlunya, atau komentar ini itu yang.. ah sudahlah. Lah ini malah ngomongin dokternya ;)). Alhamdulillah dokter saya baik ๐Ÿ˜€

Begitu masuk ruangan, saya sudah disambut dengan ramah :

Dokter : halo, ini temennya Pipit yang kapan hari kesini cuma minta obat itu ya?

Saya : iya, Dok. Ya kan Dokter waktu itu katanya lagi keluar, berhubung saya sudah nggak tahan sama rasa ngilunya ya saya minta obat yang sama kaya Pipit kapan hari, untuk mengurangi rasa sakitnya..

Dokter : ok, sekarang gimana? masih ngilunya?

Saya : sekarang sih udah enggak, tapi kan itu pereda rasa sakit sementara aja, Dok. Penyebab sakitnya apa belum ketahuan..

Dokter : betul. Ya udah yuk kita lihat..

Saya : haduh saya grogi deh, udah lama nggak ke dokter gigi. Tolong jangan dikomentari macem-macem ya Dok, gigi saya memang morat-marit ini :-s

Dokter : firasat saya juga mengatakan hal yang sama kok :))

Saya pun berbaring di kursi gigi dan dokter pun mulai mengutak-atik gigi saya. Setelah beberapa saat dia memeriksa, seperti dugaan saya, dia pun geleng-geleng kepala.

Dokter : saya heran deh sama kamu.. kamu itu makan apa sih kok giginya bisa patah semua gini.. Ngunyah batu kali, ya?

Saya : hahaha, jadi gini Dok, ceritanya kapan hari kan ada yang ngoleh-olehin saya kacang Arab nih. Nah, biasanya kan kacang Arab itu renyah, agak lunak gitu ya, lha yang kebetulan saya makan itu kok ada yang nyempil keras banget. Saya kunyah nggak bisa, sampai akhirnya saya keluarkan. Pas habis makan kacang itu kok gigi saya berasa agak nggak enak ya. Ternyata, yaaah.. patah.. ๐Ÿ˜ . Gitu, Dok sejarahnya..

Dokter : hahahaha, gokil. Trus, patahannya kamu makan atau kamu buang?

Saya : nggak tahu, Dok. Yang saya buang itu patahan gigi saya atau kacang Arab yang keras itu..

Dokter : *geleng-geleng kepala* astaga banget deh kamu ini..

 

Teman : dia lebih bandel daripada saya kan, Dok? ;))

 

Dokter : iya..

Saya : ๐Ÿ˜

Kalau sama dokter kan mending kita jujur menceritakan keluhan sakit yang dirasakan tho? Gejalanya bagaimana, awalnya bagaimana, dll. Makanya saya cerita. Dianggap konyol sama dokternya ya sudah biar saja. Toh dia juga pasti sudah menangani banyak pasien, dan pasti nggak semua gigi pasiennya bagus-bagus saja kan? Kalau gigi semua orang bagus, nggak ada orang yang sakit gigi, terus buat apa dia buka praktek. Iya kan? Mencari pembenaran ;)).

Akhirnya setelah ditambal sulam sana sini (1 gigi geraham saja sih sebenernya) dokter menyarankan untuk foto rontgent gigi (panoramic) dan harus dibawa ketika kontrol. Harus dilakukan rontgent karena ternyata yang ngilu itu gigi saya yang masih sehat, bukan gigi yang berlubang ๐Ÿ™

Penutupnya, sembari menulis resep untuk saya, dokternya tanya :

Dokter : kamu nggak pengen dibehel sekalian?

Saya : Oh, Dokter nawarin mau membehel saya? Gratis? ๐Ÿ˜€

Dokter : iya, tapi pake kawat jemuran..

Kalian pernah punya pengalaman sakit gigi nggak?

[devieriana]

Continue Reading

Kenapa harus horor?

Dari jaman saya kecil sampai sekarang, saya itu termasuk orang yang takut sama hal-hal serem. Dulu, jangankan nonton film horor yang jelas-jelas mengandung hantu, lihat serial Unyil pas adegan hutan lindung aja saya sudah deg-degan, takut tiba-tiba keluar nenek sihir atau makhluk hutan yang menakutkan lainnya. Itulah kenapa saya sangat antipati sama film horor, yang sebagian besar syutingnya hampir selalu dilakukan di malam hari, gambar dengan aura suram, gelap, ditambah sound effect yang bikin merinding. Iya karena saya memang penakut X_X. Kalaupun misalnya ada acara nonton gratis tapi kalau filmnya film horor saya pasti akan dengan sukacita menolaknya. Jangankan nonton yang berbayar, di TV aja jaman-jaman ada acara uji nyali atau acara setan on tv show aja saya sudah pasti ganti chanel.. walaupun seringnya penasaran pengen tahu peserta uji nyalinya berhasil sampai finish nggak, atau ada penampakan sesuatu nggak disana.. ;))

Beda sama adik saya yang nomor 2, kalau soal nonton film horor dia jagonya, walaupun itu malam hari dan harus nonton sendirian. Kalau saya sih, makasih deh. Pernah saya terbangun karena pengen pipis, eh lihat dia lagi anteng nonton filmย Shutter , ngakunya sih sempat kaget pas lihat saya tahu-tahu seliweran lewat, karena mungkin dia lagi tegang-tegangnya ya ;)). Duh, emang muka saya mirip sama setan ya? :|. Dulu sempat tanya ke adik saya itu, kenapa dia berani nonton film horor, dengan ringan dia menjawab :


“halah, kan disitu ada sutradaranya, Mbak. Itu semua bikinan manusia..”

Iya tahu kalau disitu ada sutradaranya, saya juga tahu kalau yang syuting itu artis semua, saya juga tahu kalau mereka didandani sedemikian rupa oleh make up artist-nya sehingga mirip makhluk-makhluk menyeramkan sesuai lakon di skenario itu. Tapi kan pas adegan itu diambil, kru yang ada dibelakang layar nggak ikut disorot. Nggak mungkin dong pas lagi adegan suster ngesot pas lagi ngesot serem-seremnya eh sutradaranya lewat sambil bawa gorengan atau make up artist-nya mendadak benerin bedak lantaran muka si suster terlihat masih kurang pucat.

Sering bertanya-tanya sendiri, bukankah seharusnya menonton itu jadi kegiatan yang menghibur & bersifat rekreasi ya. Tapi kenapa “hiburannya” harus berupa hal yang menakutkan? Bukankah malah jadi stress? Kalau dalam keadaan ketakutan begitu lalu dimana letak menghiburnya ya? ๐Ÿ˜• . Sempat berpikir, kenapa ya orang-orang suka menonton film horor? Rela larut dalam suasana yang menakutkan, tegang, deg-degan, dan teror. Untuk pertama kalinya saya sengaja menonton yang jenisnya thriller (atau horor supernatural?)ย Final Destination 4 (buat saya film jenis thriller ini termasuk kategori “horor”, film teror). Pulang jam 11 malam sambil paranoid sendiri (walaupun nontonnya sama hubby). Selama menuju parkiran lihat tukang yang lagi ngelas benerin atap mall, saya paranoid. Lihat tangga besi yang lagi disandarkan di tembok, saya juga paranoid. Parno kalau tiba-tiba alat las atau tangganya jatuh menimpa dan mencederai orang yang lewat. Berlebihan ya? Emang! ๐Ÿ˜

Kalau kejadian mengalami langsung sih nggak pernah minta, amit-amit jangan sampai yaa.. :-s. Walaupun kayanya sih pernah pas di rumah Budhe saya yang di Malang itu, kan rumahnya memang agak spooky (spooky itu bukan merk motor matic lho ya). Pernah merasa ada yang sedang lari dengan nafas ngos-ngosan di kamar saya ketika saya sedang tidur, dan itu dekat sekali dengan telinga saya. Kayanya lho ya. Padahal kamar saya di rumah Budhe itu bukan fitness centre, seharusnya nggak ada yang olahraga malem-malem kan ya? *ngusap tengkuk*. Halah, ini kok malah cerita horor beneran. Filmnya, filmnyaaa!

Iseng saya tanya sama beberapa teman yang suka nonton film horor, beberapa alasannya :
1. menonton film horor itu mengandung adrenalin rush, ada ketegangan yang ingin ditaklukkan
2. penasaran, kali ini setannya berbentuk apa ;))
3. penasaran nanti endingnya bagaimana, setannya yang mati atau lakonnya yang mati
4. ceritanya seseram gambar di posternya nggak, atau barangkali ada “bumbu-bumbu” erotismenya (u kate acara memasak pake bumbu?). Kalau yang ini pasti sukanya sama film horor Indonesia deh ๐Ÿ˜

Kalau kata seorang psikolog, kenapa manusia suka film horor : “sebenarnya manusia menyukai perasaan ketakutan, bahkan mencari perasaan tersebut, karena mereka sadar tidak sedang berada dalam bahaya yang sesungguhnya”. Iya juga sih, kita sengaja memberanikan diri nonton film horor tapi kan di bioskop, coba kalau sengaja mencari penampakan sendirian, tengah malam, trus ketemu beneran sama hantunya. Belum tentu berani juga kali ya :-s.

Kalau kalian suka film horor nggak?

[devieriana]

Continue Reading

Balada Callcentre Officer

Seperti beberapa tulisan saya di blog ini yang bertemakan tentang callcentre, jujur sebenarnya tidak pernah menyangka kalau sebagian karir saya akan terdampar di sana. Dengan mengandalkan suara yang seadanya itu saya nekad melamar ke sebuah pekerjaan yang sangat mengandalkan suara. Tapi yang namanya rejeki memang tak akan ke mana ya, karena toh takdir menyatakan bahwa kami berjodoh… >:D<

Dulu, saya pikir bekerja di call centre itu mudah; tinggal duduk, angkat panggilan yang masuk, jawab pertanyaan pelanggan. Selesai. Ternyata lebih dari itu, stress juga ketika harus menyesuaikan diri dengan talk time (panjang waktu melayani), dan jumlah call minimal yang harus ditangani oleh seorang customer service. Belum lagi kalau jumlah panggilan yang masuk sampai bejibun, bisa ngos-ngosan kitanya.

Tapi bekerja di call centre itu seru, lho. Selain kita juga jadi lebih banyak mengenal tipikal pelanggan; mengetahui cara melayani dan berkomunikasi; kita juga bisa mendapatkan ‘hiburan’ gratis dari mereka ;)). Apalagi ketika saya menjadi quality assurance, ada banyak percakapan lucu yang saya dengarkan antara antara pelanggan dan officer. Bisa mendadak tertawa sendiri di kubikal ketika melakukan penilaian sambil mendengarkan rekaman percakapan mereka.

Menjadi orang di balik layar itu seolah punya dua muka. Di satu sisi officer harus tetap ramah walaupun pelanggan sedang ngamuk-ngamuk, emosi harus tetap stabil walaupun sedang mengalami mood swing atau PMS (yang bawaannya pengen ngasah golok melulu). Namun di sisi lainnya mereka tetaplah manusia. Punya sisi manusiawi, emosi dan keunikan tersendiri. Seperti percakapan yang sampai sekarang masih saya ingat berikut ini :

* PELANGGAN vs AGENT NGEYEL

Officer : …. selamat pagi, dengan Ibu siapa saya bicara?

Customer : pagi Mas…nng.. saya dengan Wati..

Officer : baik, dengan Ibu Wati ya..

Customer : jangan panggil Ibu dong, Mbak aja.. *tertawa centil*

Officer : maaf Ibu, untuk lebih sopannya kami diwajibkan memanggil dengan sapaan ibu atau bapak..

Customer : aah, panggil aja Mbak Wati, saya kan belum nikah Mas…ย  ;;)*merajuk*

Officer : mohon maaf ibu, kami hanya bisa memanggil dengan sapaan Ibu atau Bapak saja. Jika Ibu tidak berkenan dipanggil dengan sebutan “Ibu”, bagaimana jika saya memanggil dengan sebutan “Bapak”?

Customer : ya sudah, ya sudah.. saya dipanggil Ibu saja.. ๐Ÿ˜ *dongkol*

Seharusnya memang tidak sekaku ini, kalau ada pelanggan yang keberatan dipanggil Bapak/Ibu kita diperbolehkan untuk menyapa sesuai dengan kenyamanan pelanggan kok. Tapi kasus ini kebetulan memang customernya pas apes, ketemu sama officer yang sama-sama ngeyelnya :))

———-

* AGENT YANG KELEWAT RAMAH & PENUH PERHATIAN

Customer : Mas, saya mau tanya tentang program RedSPOT itu gimana sih maksudnya?

Officer : baik, Program Red spot bisa untuk pengguna kartuHALO, simPATI & kartu As, bisa ketik… bla..bla..bla..bla.. Begitu, Bapak ๐Ÿ™‚ *terdengar sangat ramah*

Customer : oh jadi itu kerja sama Telkomsel dengan merchant-merchant tertentu dengan diskon tertentu juga ya, Mas?

Officer : betul sekali, Bapak.. ๐Ÿ™‚ *tingkat keramahan stadium 4*

Customer : kalau misalnya saya mau makan di Texas, dengan program RedSPOT ini saya dapat diskon berapa, Mas?

Officer : 20% Bapak..

Customer : wah, lumayan juga ya?

Officer : iya, Bapak… jadi kalau misalnya Bapak ke Texas Chicken nanti Bapak tinggal tunjukkan saja sms yang tadi Bapak terima ke kasir. Nanti Bapak akan langsung mendapatkan potongan harga sebesar 20%. Oh ya, satu lagi Pak, jangan lupa…

Customer : ya, Mas?

Officer : jangan lupa dibungkus untuk keluarganya.. ๐Ÿ™‚

Customer : mmh… maksudnya? ๐Ÿ˜ฎ

Officer : iya, jangan lupa bungkus bawa pulang untuk keluarganya, Pak.. ๐Ÿ™‚

Customer : ooh…eh iya.. ๐Ÿ˜€

Ini adalah salah satu contoh agent yang sayang keluarga. Sebenarnya sih, mau bungkus buat keluarga, mau dimakan sendiri, atau mau ditebar-tebar dikasih ke ayam ya terserah pelanggannya juga sih. Lha wong yang beli dia sendiri. Tapi ya nggak apa-apa juga sih, hitung-hitung si officer sudah memberikan edukasi sayang keluarga.

———-

* S = SETAN?

Pelanggan bertanya cara setting GPRS/MMS :

Officer : silakan nanti Bapak ketik S<spasi> Nokia<spasi> type HP lalu dikirim ke 5432

Customer : F ya Mas?

Officer : “S”, Pak..

Customer : ooh.. F ya.. Ya, ya.. trus?

Officer : S pak, dari kata SI-E-RA

Customer : iya, FI-E-RA, kan?

Officer : S Pak..S. Bukan F. S ya Pak, dari kataย  SSEETTAAAN…!

 

Eh lhadalah… SETAN? ๐Ÿ˜ฎ

———-

*MAU RBT APA?

Customer : selamat pagi Mas. Saya mau minta kode nada sambung pribadi, dong..

Officer : baik Bu, untuk judul lagu apa?

Customer : yang judulnya “Kekerasan dalam rumah tangga”. Ada, Mas?

Officer : mohon maaf belum tersedia. Ada kode NSP lain yang ingin diminta?

Customer : kalau “Ceraikan Aku”, atau “Minta Cerai”, ada?

Officer : untuk kode NSP yang tersedia saat ini : “Jangan Bercerai”, “Minta Diceraikan”, “Jangan Ceraikan Aku”, dan yang terakhirย  “Ceraikanlah Saja”. Ibu mau pilih NSP yang mana?

Customer : yak yang terakhir sajalah, Mas.. “CERAIKANLAH SAJA!!”

Kesimpulan dari permintaan NSP ini ditengarai pelanggan ingin minta cerai karena mengalami KDRT.

———-

* BALADA BLUETOOTH

Customer: Mas, gimana sih cara setting bluetooth? Dari tadi saya udah setting, utak-atik sendiri kok nggak bisa nyambung-nyambung sama temen saya, ya?

Officer: Bapak menggunakan HP apa?

Customer: *menyebutkan salah satu merk ponsel*

Officer: *memandu cara setting bluetooth secara step by step dengan sabar*

Customer: sudah, Mas… itu sudah saya lakukan tetap nggak bisa nyambung sama temen saya. Ini yang bermasalah HP atau gimana, sih?! *mulai jengkel*

Officer: Mohon maaf Pak, bluetooth itu fasilitas handphone, Pak. Jadi misalnya setelah diaktifkan bluetooth-nya tidak bisa berfungsi, bisa jadi fasilitas bluetooth-nya mengalami kerusakan, jadi nanti Bapak bisa langsung ke dealer HP…

Customer: Mas, handphone saya ini baru! Masa baru beli kok sudah rusak! Lagian saya butuhnya sekarang kok malah disuruh ke dealer HP. Mas ini bisa melayani nggak, sih? *mulai panas*

Adegan eyel-eyelan pun dimulai, Sodara. Officer yang merasa sudah menjelaskan langkah demi langkah sesuai dengan panduan standar dan bahkan sampai memegang sendiri HP yang setipe dengan yang digunakan oleh penelepon (maksudnya praktik langsung), lama-lama merasa tersudutkan, karena dianggap kurang bisa memberikan penjelasan dengan maksimal, padahal bluetooth HP yang diaktifkannya bisa berfungsi normal.

Akhirnya, percakapan yang durasinya hampir setengah jam itu pun berjalan mulai ‘panas’, Kak.

Officer: baik, posisi Bapak sekarang ada di mana?

Customer: saya ini di Bandung, Mas… *mulai sebal*

Officer: lalu saat teman Bapak ada di mana? di sebelah Bapak? *mulai kesel juga*

Customer: enggak… dianya lagi ada di Semarang. Gini lho, Mas… kita itu mau pakai bluetooth untuk transfer data, maksudnya biar nggak pakai pulsa gitu lho, Mas. Duh, masa gitu aja Masnya nggak bisa paham, sih?! ๐Ÿ˜

Officer: Hmmpppttt …. *diam-diam menangis darah sambil garuk lantai* :((

 

Well…, I feel you, Kak… ๐Ÿ˜ *puk-puk officer-nya*

—————–


* HIDUP LAGI?

Officer : Selamat Pagi. Dengan Ibu siapa saya bicara?

Customer : dengan Ibu Alda Risma..

Officer : ada yang bisa dibantu, Bu Alda?

Customer : Mbak, mau minta Nada Sambung Pribadi..

Officer : silakan, mau NSP dengan judul apa?

Customer : dari album saya sendiri, Aku Tak Biasa

Officer : mohon ditunggu sebentar *mengecek*. Mohon maaf tidak ada, Bu..

Customer : kalau Jangan Kau Sesali?

Officer : mohon maaf juga masih belum tersedia..

Customer menyebutkan beberapa lagu Alda Risma yang lain, tapi sayang memang kode NSP-nya waktu itu tidak ada satu pun yang tersedia. Sampai akhirnya dia saking jengkelnya bilang :

Customer : bener-bener keterlaluan ya kalian.. Masa mulai saya hidup sampai saya mati lagu saya nggak ada satupun yang kalian jadikan NSP? Terlalu!ย  ๐Ÿ˜

Percakapan ini terjadi selang seminggu setelah artis Alda Risma meninggal dunia. Jelas yang menelepon bukan Alm. Alda-lah, karena nomor yang digunakan dari area Makassar. Kata officer-nya pada saya : “untung ya Mbak dia nelponnya siang-siang. Coba kalau malam, callmaster pasti udah aku tinggal kali nih, Mbak…”

Jadi begitulah, namanya layanan bebas pulsa, yang menelpon pun karakter dan motivasinya pun beragam. Berhubung call centre Surabaya melayani Indonesia bagian Timur maka panggilan yang masuk dari area Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Kalau diingat-ingat kadang ya ngenes tapi sekaligus lucu. Berhubung ketika saya masuk dulu teknologi telepon seluler belum se-booming sekarang jadi kalau masih banyak pelanggan gaptek ya wajar. Namanya saja teknologi baru, pasti banyak yang belum familiar. Seperti kisah seorang teman yang sedang melayani pelanggan berikut ini :

Customer : Mbak, gimana sih caranya menghapus kontak di henpon saya. Saya ndak tau caranya? *dengan logat Madura yang kental*

Teman : Bapak menggunakan handphone apa?

Customer : Nokia, Mbak..

Teman : nanti Bapak silakan masuk ke menu kontak, disana Bapak tekan tombol sebelah kiri, ada pilihan delete atau hapus, Bapak tekan delete di nomor yang ingin dihapus ya, Pak..

Customer : HEH! Mbak ini kalau ngomong yang sopan ya! Saya itu cuma mau nanya cara menghapus kontak. Kenapa situ kok ngomong nggak sopan sama saya, pake ngomong SIL*T-SIL*T. Kalau nggak mau melayani, bilang Mbak, nggak usah ngatain saya yang kaya gitu!!ย  X(

Teman : *bengong dengan khusyuk*ย  Lho? :-o.ย  Eh, halo, Pak.. saya ulang proses melakukan penghapusan kontaknya ya.. *menjelaskan ulang*. Nah, nanti kalau ada tulisan DE-LE-TE, Bapak tekan itu ya.. ~X(

Customer : nah, gituu.. kan enak ngomongnya… ๐Ÿ˜

Eh, silakan lho kalau mau nyakar-nyakar tembok… ;))

Jadi, siapa yang berminat jadi callcentre officer? ๐Ÿ˜‰

 

 

[devieriana]

 

Continue Reading