Â
Â
Â
Entah kenapa akhir-akhir ini Allah menjawab semua pertanyaan-pertanyaanku dengan caranya secara tidak langsung.. Kadang kalo aku punya pertanyaan dalam waktu yang tak terlalu lama (dalam hitungan hari) Allah “menjawab”-ku.. Entah dalam bentuk tindakan, perbuatan, atau melalui orang lain yang seolah seperti sengaja dihubungkan ke arahku..
Subhanallah.. Apakah ini artinya Allah sayang sama aku ya?
Seperti beberapa bulan yang lalu ketika aku bertanya-tanya kenapa sih Allah memberikan pasanganku bukan dengan si A, si B, atau si C.. atau kenapa sih tidak semua manusia diberikan kebahagiaan, kenapa harus ada si miskin & si kaya, kenapa harus ada kesedihan & kegembiraan, atau kaya kejadian yang aku alami beberapa waktu yang lalu.. Sampe merinding aku kalo mengingat jawaban-jawaban pertanyaanku sendiri.. karena apa? jawabannya ga pake lama.. dalam hitungan hari langsung terjawab.. Subhanallah..
(related to this post : http://devi123.multiply.com/journal/item/95/Friday_Learning)
Â
Seperti saat aku masih berduka karena kehilangan my beautiful baby girl Sophie beberapa waktu yang lalu, aku sempat bertanya.. “kenapa Engkau memanggil dia secepat itu? saat kami mulai merasakan kebahagiaan & mulai menyayanginya ya Allah..”
Dan .. ternyata Allah menjawabku melalui renungan berikut ini.. Sampe nangis aku bacanya..
Â
*****
Ini cerita tentang Anisa, seorang gadis kecil yang ceria berusia lima tahun. Pada suatu sore, Anisa menemani Ibunya berbelanja di suatu supermarket. Ketika sedang menunggu giliran membayar, Anisa melihat sebentuk kalung mutiara mungil berwarna putih berkilauan, tergantung dalam sebuah kotak berwarna pink yang sangat cantik. Kalung itu nampak begitu indah,sehingga Anisa sangat ingin memilikinya.
Â
Tapi… Dia tahu, pasti Ibunya akan berkeberatan. Seperti biasanya, sebelum berangkat ke supermarket dia sudah berjanji: Tidak akan meminta apapun selain yang sudah disetujui untuk dibeli. Dan tadi Ibunya sudah menyetujui untuk membelikannya kaos kaki ber-renda yang cantik. Namun karena kalung itu sangat indah, diberanikannya bertanya :
Â
“Ibu, bolehkah Anisa memiliki kalung ini ? Ibu boleh kembalikan kaos kaki yang tadi… ” Sang Bunda segera mengambil kotak kalung dari tangan Anisa. Dibaliknya tertera harga Rp 15,000. Dilihatnya mata Anisa yang memandangnya dengan penuh harap dan cemas. Sebenarnya dia bisa saja langsung membelikan kalung itu, namun ia tak mau bersikap tidak konsisten…
Â
“Oke … Anisa, kamu boleh memiliki kalung ini. Tapi kembalikan kaos kaki yang kau pilih tadi. Dan karena harga kalung ini lebih mahal dari kaos kaki itu, Ibu akan potong uang tabunganmu untuk minggu depan. Setuju ?” Anisa mengangguk lega, dan segera berlari riang mengembalikan kaos kaki ke raknya.”Terimakasih. .., Ibu”.
Â
Anisa sangat menyukai dan menyayangi kalung mutiaranya. Menurutnya, kalung itu membuatnya nampak cantik dan dewasa. Dia merasa secantik Ibunya. Kalung itu tak pernah lepas dari lehernya, bahkan ketika tidur. Kalung itu hanya dilepasnya jika dia mandi atau berenang. Sebab, kata ibunya, jika basah, kalung itu akan rusak, dan membuat lehernya menjadi hijau…
Â
Setiap malam sebelum tidur, Ayah Anisa akan membacakan cerita pengantar tidur. Pada suatu malam, ketika selesai membacakan sebuah cerita, Ayah bertanya
Â
“Anisa…, Anisa sayang ngga sama Ayah ?”
“Tentu dong… Ayah pasti tahu kalau Anisa sayang Ayah !”Â
“Kalau begitu, berikan kepada Ayah kalung mutiaramu…”
“Yah…, jangan dong Ayah ! Ayah boleh ambil “si Ratu” boneka kuda dari nenek… ! Itu kesayanganku juga”
“Ya sudahlah sayang,… ngga apa-apa !”. Ayah mencium pipi Anisa sebelum keluar dari kamar Anisa.
Â
Kira-kira seminggu berikutnya, setelah selesai membacakan cerita, Ayah bertanya lagi,
Â
“Anisa…, Anisa sayang nggak sih, sama Ayah ?”
“Ayah, Ayah tahu bukan kalau Anisa sayang sekali pada Ayah ?”.Â
“Kalau begitu, berikan pada Ayah kalung mutiaramu.”
“Jangan Ayah… Tapi kalau Ayah mau, Ayah boleh ambil boneka Barbie ini..” Kata Anisa seraya menyerahkan boneka Barbie yang selalu menemaninya bermain. Beberapa malam kemudian, ketika Ayah masuk kekamarnya, Anisa sedang duduk diatas tempat tidurnya.
Â
Ketika didekati, Anisa rupanya sedang menangis diam-diam. Kedua tangannya tergenggam di atas pangkuan. Dari matanya, mengalir bulir-bulir air mata membasahi pipinya…
” Ada apa Anisa, kenapa Anisa ?” Tanpa berucap sepatah pun, Anisa membuka tangannya. Di dalamnya melingkar cantik kalung mutiara kesayangannya
Â
” Kalau Ayah mau… ambillah kalung Anisa” Ayah tersenyum mengerti, diambilnya kalung itu dari tangan mungil Anisa.
Â
Kalung itu dimasukkan ke dalam kantong celana. Dan dari kantong yang satunya, dikeluarkan sebentuk kalung mutiara putih… sama cantiknya dengan kalung yang sangat disayangi Anisa…
Â
“Anisa… ini untuk Anisa. Sama bukan? Memang begitu nampaknya, tapi kalung ini tidak akan membuat lehermu menjadi hijau” Ya…, ternyata Ayah memberikan kalung mutiara asli untuk menggantikan kalung mutiara imitasi Anisa.
Â
Demikian pula halnya dengan ALLAH. Terkadang Dia meminta sesuatu dari kita, karena Dia berkenan untuk menggantikannya dengan yang lebih baik. Namun, kadang-kadang kita seperti atau bahkan lebih naif dari Anisa : Menggenggam erat sesuatu yang kita anggap amat berharga,dan oleh karenanya tidak ikhlas bila harus kehilangan.. . baik itu berupa barang/harta ataupun orang yang kita kasihi..
Â
Untuk itulah perlunya sikap ikhlas, karena yakinlah bahwa ALLAH tidak akan mengambil sesuatu dari kita jika Dia tidak akan menggantinya dengan yang lebih baik.
Â
Â
.. Ya Allah, maafkan aku.. sekarang aku udah ikhlas kok. .
Â
Â