Menjadi seorang ibu tentu saja sebuah pengalaman baru bagi saya. Ada banyak sekali adjustment yang harus saya lakukan sejak hadirnya Alea. Bukan suatu hal yang mudah ketika saya harus menyesuaikan ritme hidup saya dengan ritme hidup si kecil. Contoh paling mudah adalah ketika Si Kecil pola tidurnya masih belum terpola dan ‘berantakan’, saya pun harus rela jam istirahat saya ikut menjadi kacau. Apalagi di awal-awal menyusui. Duh, jangan ditanya bagaimana derita saya waktu itu. Di tengah belum pulihnya kondisi badan saya pascaoperasi, saya juga mengalami stress karena sekujur badan bentol-bentol alergi antibiotik. Belum lagi puting yang mengelupas (para ibu pasti tahu rasanya); payudara yang sempat bengkak karena terlambat menyusukan ke bayi, hingga akhirnya saya demam meriang sekujur badan. Kepala pening karena pola tidur malam yang kacau. Stress karena ASI yang kurang lancar, dan masih banyak lagi contoh lainnya.
Namun seiring dengan waktu akhirnya fisik dan psikis saya mulai menyesuaikan diri. Bahkan sering kali saya merasa berdosa pada putri saya karena di awal-awal kehadirannya saya belum sepenuhnya mencurahkan perhatian saya padanya. Masih banyak ngeluhnya. Hingga akhirnya saya ditegur Mama karena pernah di suatu malam, ketika Alea menangis karena lapar, saya tidak sanggup bangun karena ngantuk berat. Entah sadar atau tidak saya bilang begini, “kan tadi udah mimik, Dek. Masa belum 2 jam udah mimik lagi? Mama ngantuk, Nak…” Walau akhirnya saya susui juga, tapi dengan mata setengah terpejam. Dengan lembut Mama menegur saya, mengingatkan, bahwa perasaan bayi itu sangat peka. Dia bisa merasakan apakah ibunya ikhlas/tidak ketika menyusui, apakah seseorang itu tulus menyayangi dia atau tidak, apakah seseorang itu tulus menerima kehadirannya atau tidak. Jangan sampai Alea merasa saya tidak ikhlas bangun untuk menyusuinya. Jujur, teguran itu menyadarkan saya dan terasa sangat MAKJLEB; membuat saya langsung bangun untuk menyusui Alea hingga kenyang dan tertidur pulas.
“Ya beginilah perjuangan menjadi seorang ibu (baru). Harus rela bangun malam untuk menyusui bayi, mengganti popoknya kalau dia pup, dan menenangkan dia kalau dia nangis/rewel. Bayi nangis kan bukan selalu karena haus, bisa saja karena dia ngantuk atau nggak nyaman. wis, tho… yang ikhlas. Bayi itu bisa merasakan apakah kita sayang atau enggak, tulus atau enggak. Syukuri setiap detikmu menjadi seorang ibu. Banyak orang di luar sana yang menunggu untuk menjadi seorang ibu, dan ketika sudah menjadi seorang ibu pun belum tentu semua bisa menyusui anaknya karena berbagai sebab. Dinikmati saja ya, Wuk…”
Hiks, iya Ma. Terima kasih sudah diingatkan. Alea, maafkan Mama ya, Nak 😥
Ketika saya menulis postingan ini Alea genap berusia 51 hari; hampir 2 bulan. Itu juga berarti semakin dekat pula cuti saya berakhir dan harus kembali ngantor. Agak berat sih, karena saya juga belum dapat pengasuh untuk Alea 🙁 . Nggak mungkin juga saya menggantungkan Alea ke ibu mertua. Beliau sudah sibuk mengurus ayah mertua yang sedang sakit dan juga butuh perhatian. Ya mentok-mentoknya nanti kalau memang belum dapat pengasuh, mungkin Mama saya akan ke Jakarta lagi untuk bantu mengasuh Alea. Ah, kalau ini sih saya bahagia banget, hihihihi 😀
Ada banyak hal mengesankan dan mengharukan selama 51 hari saya menjadi seorang ibu. Pernah di suatu malam, Alea nangis; saya pun buru-buru bangun dan ambil posisi bersandar di headboard tempat tidur sambil memangku Alea siap untuk menyusui. Tapi apa yang terjadi? Alea, setelah tahu bahwa dia sudah ada di pangkuan saya, tangisnya mereda, selama beberapa saat dia memandang saya dan kemudian tertidur pulas dalam keadaan salah satu tangannya salah satu memeluk dada saya. Sontak air mata saya menetes. Ah, ternyata dia cuma ingin bonding, cuma ingin tidur dipeluk mamanya 🙁
Kejadian yang satu ini pun membuat saya menjadi mellow. Sore itu Alea sedang menyusu. Seperti biasa, kalau Alea sedang menyusu salah satu tangan saya pasti sambil membelai kepalanya sambil bilang, “Mama sayang kamu, Dek…”. Tapi ada hal yang berbeda sore itu. Sambil masih menyusu, tiba-tiba kedua tangan Alea memeluk erat tangan saya sambil mata beningnya menatap saya, seolah ingin bilang kalau dia juga sayang sama saya. Duh, Nak… hati Mama langsung meleleh nih 🙁
Ada lagi hal mengharukan, bertepatan dengan aqiqah Alea yang jatuh pada tanggal 21 Agustus 2014 kemarin. Biasanya, Alea suka rewel kalau jenuh, haus, atau gerah. Biasalah namanya juga bayi. Saya juga khawatir selama pengajian nanti dia akan nangis rewel karena jenuh dan capek. Tapi sepertinya saya telah meremehkan putri saya ini. Sepanjang acara yang berlangsung selama kurang lebih 2 jam itu, dia anteng di pangkuan saya seolah menyimak segala doa yang dilantunkan oleh para tamu pengajian yang diperuntukkan baginya. Hanya sekali saja dia mewek karena haus, tapi itu pun tidak lama karena setelah saya susui dia tenang kembali dan khusyu mengikuti keseluruhan jalannya acara aqiqah. Subhanallah…
Dan kejadian terakhir, baru saja terjadi. Biasanya kalau habis mandi sore Alea pengennya menyusu, dan tidur hingga habis maghrib. Lha ini tumben, sampai adzan Isya dia masih melek lebar banget padahal sudah menyusu sampai kenyang dan digendong Nina Bobo muterin kamar sampai kaki saya pegal. Akhirnya ya sudahlah, berhubung saya belum shalat, saya taruh saja dia di tempat tidur, nanti kalau selesai shalat dan dia belum tidur, saya gendong lagi. Sambil mengecup lembut keningnya, saya bilang, “Sayang, Mama mau shalat dulu ya. Sayang bobo di sini dulu ya. Nggak boleh rewel ya, Nak. Love you…” dan saya pun meninggalkan kamar untuk makan dan ambil wudhu. Setelah makan dan wudhu, saya kembali ke kamar dan ternyata menemukan pemandangan princess saya ini sudah lelap, bobo sendiri. Duh, Nak… pinter banget kamu. Tahu gitu dari tadi Mama taruh kamu di kasur ya 😀
Sebagai seorang ibu baru saya masih harus banyak belajar. Belajar jadi ibu yang baik untuk Alea dan belajar mengenal lagi putri saya. Saya tahu perjalanan mengenal Alea masih panjang. Saya juga tahu tidak ada yang manusia yang sempurna, pun menjadi orangtua. Saya dan suami hanya berusaha menjadi dan memberikan yang terbaik untuk Alea.
Maafkan kami yang belum sempurna menjadi orangtua ya, Nak. We do love you, Princess… :*
[devieriana]