Seleb Juga Manusia

Marshanda & video-video youtube-nya spontan jadi perbincangan minggu ini. Tak heran karena serangkaian video “gak penting” dia menghiasi youtube. Reaksinya beragam, tapi tak sedikit yang berkomentar miring/negatif. Apalagi video response-nya yang juga tak kalah lucu & dibuat-buat. Whatever. Itu hak kalian..

Ketika semua sedang ramai memberitakan, menertawakan, menggunjingkan, mencaci maki Marshanda, saya kok miris ya. Saya melihat dari sudut pandang yang berbeda. Ada apa dengan Marshanda? Kenapa dia berbuat seperti itu, mencaci maki teman SD-nya, menampilkan sosok lainnya sebagai seorang artis dari image kalem, lemah lembut & manis, berubah seketika menjadi sosok yang bisa membuat banyak orang terperangah. What? Itukah Marshanda?

Selebritis juga manusia. Punya sisi aneh, unik, gila, bejat, bodoh, tolol, alpha, sama seperti manusia lainnya. Wajar, namanya juga manusia,  bukan malaikat. Kalau malaikat ngapain juga upload-upload video gak penting kaya begitu di youtube, iya kan? Yang ada juga pada sibuk nyatet amal ibadah kita di dunia.

Sama halnya dengan Marshanda, dia pasti juga punya sisi sewajarnya manusia. Gak mungkin selamanya bisa tampil sempurna. Wong sudah berusaha tampil sempurna aja masih dicacatin, dicari-cari sisi buruknya. Iya  kan? Capek lho kalau harus menuruti image & tuntutan publik bahwa seorang selebritis itu wajib & harus selalu tampil sempurna. Mereka juga ingin dikenal sebagai sosok pribadi apa adanya, bukan figur artisnya. Berbahagialah kita yang bisa hidup bebas tanpa kuntitan kamera & wartawan infotainment. Jangankan masalah upload video di youtube, kalian jalan ke warung pakai daster doang bisa-bisa besoknya masuk infotainment & dinarasikan

“artis Z diketahui hanya bisa belanja di warung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Apakah ini seiring dengan turunnya popularitasnya di kancah dunia hiburan sehingga dia sudah tidak mampu lagi memenuhi standar hidup layaaknya seorang selebritis?”.

Mbook, ini cuma gara-gara ketahuan belanja diwarung buat beli vetsin doang, narasinya bisa jadi seenak imaginasi sang script writer ya? Masa iya sih cuma beli vetsin doang mesti dandan dengan make up lapis 7 kaya Krisdayanti?

Memang, banyak yang menyoroti sisi etika Marshanda ketika menyebut nama-namateman SD di video itu seolah dia benci banget dengan orang-orang yang disebutkannya itu. Tapi teman, coba deh lihat lebih dalam ke kehidupan Marshanda. Background kehidupannya gak semulus karirnya didunia hiburan. Ketika sekarang dia berubah total dari sosok yang kalem menjadi sosok yang lebih “berani”, saya melihat itu sebagai proses dari sosok polos & manisnya anak-anak menjadi sosok yang lebih dewasa. Itu pertama. Kedua,  dia seorang anak korban bullying semasa sekolah dulu. Saat itu dia hanya bisa diam & tidak berani melawan. Ketiga, dia besar dalam keluarga yang broken home. Praktis, perhatian & kasih sayang keluarganya tidak semaksimal anak yang hidup ditengah keluarga yang utuh. Bisa jadi diapun tidak punya tempat untuk berbagi senyaman kita. Dia tidak tahu harus share ke siapa, kemana, bagaimana cara menyelesaikan masalahnya. Bisa jadi she trusts no one now. Keempat, karirnya sekarang juga ga sebagus kemarin-kemarin, mulai sedikit redup. Bisa jadi dia stress karena banyak hal. Memikirkan karir, sekolah, masalah keluarga.

Maaf kalau saya kesannya sok tahu ya temans.. Cuma ingin berbagi, cuma ingin share apa yang ada di pikiran saya saja. Ketika semua mulai membicarakan, mentertawakan, mencaci maki. Cuma 1 yang terlintas di pikiran saya. Kasihan. Ya karena saya melihat dia beyond all those things. Itulah kenapa saya tidak ingin ikut mentertawakan kekonyolan dia ataupun video-video responses-nya. Even dia sendiri santai menanggapi respon publik.

Saya bukan & tidak pernah menjadi bagian dalam dunia selebritis, tapi saya tahu betapa beratnya menyandang gelar selebritis itu. Kalian pikir nyaman keluyuran di mall/cafe dengan paparazzi ada di kiri kanan kalian, kamera infotainment nyolong-nyolong menyorot kalian dari kejauhan, atau tiba-tiba ada yang mendadak menyodorkan microphone menyodorkan pertanyaan untuk konfirmasi padahal kalian lagi pengen santai dengan keluarga?

Ada satu hal yang bisa saya ambil sisi positifnya disini, kalau kita tidak ingin menjadi bahan tertawaan & bahasan publik, mulai pilah & bedakan mana area pribadi & mana area publik. Apapun itu jika area pribadi sudah menjadi konsumsi publik itu juga kurang bagus. Pintar-pintar memilih objek untuk di share ke masyarakat luas. Jika Anda adalah publik figur berarti apapun yang Anda lakukan (baik/buruk) sudah pasti akan disorot oleh masyarakat. Dan jika itu adalah keburukan… selamat, Anda akan menjadi topik pembicaraan masyarakat (meskipun bisa saja Anda ngeles dengan mengatakan, “I don’t care.. Go to hell !!” ). Sekalipun Anda selebritis, pikirkan juga untuk tetap menjaga nama baik keluarga. Karena, apapun yang Anda lakukan keluarga pasti akan tersangkut-paut.

Jadi, siapa bilang jadi selebritis itu selamanya enak? Masih mau jadi selebritis? 😉
*dilempar mikropon & kamera infotainment*

 

 

[devieriana]

 

Continue Reading