Avatar

mask

Di sebuah sore yang basah setelah diguyur hujan sejak siang, di salah satu sudut sebuah kedai coffee giant, saya memenuhi janji temu dengan dengan salah satu sahabat yang kebetulan sedang transit di Jakarta seusai dia menghadiri undangan sebagai narasumber di negara tetangga. Seperti biasa, obrolan hangat langsung tercipta karena memang sudah lama sekali kami tidak pernah bertemu karena alasan jarak, waktu, dan kesibukan masing-masing.

Obrolan bergulir begitu saja, mulai dari saling bertukar kabar tentang kondisi masing-masing, berlanjut ke berbagai topik obrolan lain yang sifatnya random. Begitulah memang kebiasaan kami; apapun bisa jadi bahan obrolan sekalipun topiknya absurd.

“Eh, akun facebook kamu kenapa dihapus?”, tanya saya.

“Hmm, nggak apa-apa, lagi jenuh sama social media. Padahal aktivitas social mediaku belum seheboh kamu, ya? ;))” jawabnya sambil menyesap secangkir coffee latte kegemarannya.

“Ah, kamu synical banget, deh. Aku udah nggak seaktif dulu kok. Facebook cuma login kalau lagi pengen, kalau enggak ya nggak login. Kalau ngetwit sih masih, tapi itu juga udah nggak aktif-aktif banget. Aku juga pernah ngerasa jenuh kaya kamu, tapi ya udah, nonaktif sementara aja dari socmed; sambil melakukan hal lain yang jauh lebih real. You know what I mean-lah”, saya tertawa sendiri mendengar kata-kata saya barusan.

Dia tertawa renyah sambil mengunyah sepotong waffle pesanannya. Hingga saat ini dialah partner in crime saya yang paling nyambung untuk berdiskusi tentang apapun. Tema obrolan yang random seringkali mengisi obrolan-obrolan kami. Tapi di balik kerandoman itu selalu ada ending menarik yang bisa saya ambil dan pelajari. Di balik kata-katanya yang sederhana terkadang justru mengandung arti dan pemikiran-pemikiran yang mendalam.

Terakhir dia bertanya seputar kabar aktivitas saya di socmed, dan saya jawab dengan cengengesan. Ya, karena saya tahu, dia adalah orang yang paling kritis dan bawel ketika saya masih eksis di mana-mana. Setiap kali saya bercerita tentang kegiatan saya di akhir pekan, dia selalu geleng-geleng kepala. Menurutnya, saya orang yang nggak sayang sama badan, karena setelah seminggu ngantor, kadang masih harus meeting dengan klien di sore harinya, di akhir pekan masih harus berkegiatan bersama komunitas. Dan selalu, setelah beraktivitas nyaris tanpa istirahat itu kerap kali saya mengeluh kecapekan dan kurang fit, tapi kalau dinasihati saya suka ngeyel. Beberapa diskusi panjang dan sedikit eyel-eyelan kami lalui, sampai akhirnya saya ‘insyaf’ dan mengiyakan nasihat-nasihatnya. Lagi-lagi secara tidak langsung, saya belajar tentang bagaimana cara berkomunikasi. Terkadang untuk meminta orang lain untuk berubah tidak bisa dilakukan dengan jalan intimidasi dan emosi. Dari obrolan yang santai, sederhana, dan tidak menggurui, ajakan/nasihat itu bisa diterima tanpa ada adu argumentasi yang berlebihan kok. Ah ya, lagi-lagi cuma masalah teknik, cara.

Di tengah percakapan tentang blog saya yang sempat ter-suspend, dia cuma tertawa.

“Blog kamu ter-suspend? LAGI?

“Iya, maklumlah, waktu itu hostingannya masih cari yang gratisan, jadi ya gitu deh. Sempat galau nggak bisa nulis selama beberapa bulan. Mana banyak postingan lama yang hilang pula, udah di-back up sih, tapi belum sempat di-download. Terus sekarang pas blognya udah ON lagi, jadi agak males nulis gitu. Kenapa, ya? :-w”

“Mmmh… mungkin karena ada konsep dan tema tulisan tertentu yang kamu paksakan untuk ditulis di blog…ย  :-“”

“Ah, aku nulis apa yang pengen aku tulis aja kok, nggak ada tema/konsep tertentu. Atau…, emang berasanya gitu, ya? :-?”

“Hmm, iya, kadang-kadang ๐Ÿ™‚ . Anyway, aku jadi ingat seorang teman. Dia mulai dikenal orang berawal dari eksistensinya di socmed. Semakin dia dikenal orang, semakin dia dianggap baik, pintar, bijaksana, dan menyenangkan, semakin dia ‘terjebak’ dalam pencitraan yang melelahkan. Tulisan dan status-statusnya berisi kalimat-kalimat inspiratif dan memotivasi banyak orang. Uhhm.. bagus sih, tapi entah kenapa aku melihat dia seperti sebuah avatar; sebuah citra; dia tidak sadar sedang mencitra dirinya. Sebagai manusia, kita pasti punya sisi baik dan buruk, kan? Dia juga manusia biasa yang bisa capek, bisa sebel, bisa galau, bisa misuh-misuh juga kalau lagi marah. Hingga akhirnya dia mengeluh jenuh dengan semua pencitraan yang tidak sengaja telah dibangunnya sendiri. Diam-diam dia rindu jadi dirinya sendiri seperti saat belum banyak dikenal banyak orang. Nah, singkat saja aku bilang, “So, why busy become an avatar kalau kamu capek? “

Spontan saya mengernyitkan dahi. Di saat yang sama saya juga sedang galau tingkat internasional, dan kata-kata dia sore itu membuat saya merenung sendiri. Avatar.

“Di luar sana, ada banyak orang yang berusaha menginspirasi dan memberi semangat ke orang lain, sementara di saat yang sama sebenarnya dia juga sedang butuh pencerahan, inspirasi, dan suntikan semangat. Aku, belum bisa jadi avatar. Aku masih membatasi diriku cukup menjadi guru untuk mahasiswaku saja; nggak lebih. I’m scared if someone really following me. Not yet I am far from wise person. Nggak pengen being toxicate by fame…”

Dengan kapasitas otak yang terbatas, saya manggut-manggut sambil berusaha mencerna kata demi kata yang keluar dari bibirnya dengan cermat.

“Virtual thing is like a knife with two edges. Katakanlah aku yang yang mungkin over protective dengan diriku sendiri, ya. Aku cuma nggak pengen jadi orang yang terlalu menikmati sanjungan, pujian, dan akhirnya jadi overjoyed. Karena kalau manusia sudah berada di titik itu dia akan sulit melihat kesalahannya sendiri, cenderung defensif sama kritik. Kamu pasti masih ingat, kan, gimana narrow minded-nya aku beberapa tahun yang lalu?”

Sekali lagi saya mengangguk pelan,ย  menyesap secangkir Earl Grey yang hampir dingin;ย  sambil terus menebak ke mana arah pembicaraan ini akan bermuara.

“Beberapa temanku masih ada yang menganggap socmed dan pernak-perniknya itu dunia yang sesungguhnya. Lucu, ya? Padahal still there’s a bold line between real and virtual. Hmm… by the way, aku seneng lihat kamu kembali ‘normal’ kaya beberapa tahun lalu ;)”

“Oh, jadi selama ini kamu pikir aku nggak normal, gitu? [-(“

Dia lagi-lagi tertawa,

“Ah, nggak normalnya baru sedikit, kok. Tapi serius, glad to have you back on the track… “

Seusai pertemuan itu, di sepanjang jalan menuju rumah, saya berusaha mencerna kembali inti obrolan kami sore tadi. Semakin banyak orang mengenal seseorang, akan semakin banyak pula hal yang harus dia jaga, dia lindungi, atau dia tutupi; setidaknya agar semua tetap terlihat normal dan baik; kecuali apa yang dicitrakan di luar itu sama dengan dia yang sebenarnya. Namun jika ternyata dia adalah orang dengan pribadi sebaliknya, pencitraan hanya akan menempatkan dirinya ke dalam posisi yang sulit dan serbasalah; terutama ketika dia ingin (kembali) menjadi diri sendiri.

Sesungguhnya ‘fame’ dan ‘pure’ itu cuma beda tipis.

Just my two cents…

 

 

Sebuah sentilan halus di sore menjelang malam yang gerimis.

[devieriana]

 

ilustrasi dipinjam dari sini

Continue Reading

Obrolan Absurd (4)

Entah siapa “pencetus” keluarnya dialog-dialog absurd untuk yang pertama kali di keluarga saya. Tapi sepertinya Papa saya adalah “tersangka utama”-nya, karena biasanya kalau pas kumpul-kumpul di komunitas beliau, si Papa seringkali mengeluarkan jokes yang membuat anak didik maupun rekan sejawatnya ikut terpingkal-pingkal (walaupun Mama saya nggak pernah ikut tertawa dengan alasan : “bosen ah, jokes itu udah pernah denger!” :p).

Nah sepertinya virus ke-absurd-an itu menurun pada kami bertiga, kini tak terkecuali si hubby yang diam-diam juga ikutan tertulari.

1. BALADA MUG

Saya : kamu mau mug nggak, Ndung? Mug dari kantor aku. Terbuat dari dari stainless steel, ukuran imut, ada grafir tulisan tempatku bekerja. Bisa dipakai buat minum kopi atau teh gitu..

Adik : asiiik, mau mauuu.. kirim yah \:D/

Saya : tapi jangan sampai ilang ya. Ini mug limited edition, barang langka itu, nggak dijual di toko! :p

Adik : woogh, berat ya.. ๐Ÿ˜ฎ

Saya : jaga dengan nyawamu yah..

Adik : siyap, akan kujaga mugmu dengan nyawamu, Mbak! \m/

Lah, gimana ceritanya bisa diganti jadi nyawa saya sih? :-?? ๐Ÿ˜

—–

2. BALADA JAKET KULIT

Saya : kamu jadinya mau nitip beli apa?

Adik : mmh.., aku pengen jaket kulit dong, Mbak..

Saya : ya, ntar aku tanyain dulu harganya berapa ya, soalnya kan kulit asli., jadi kayanya sih agak mehel gitu..

Adik : yaah, kalau mahal ya nggak usah deh, Mbak. Tapi kalau kamu mau beliin sih gapapa ;;). Kan kalo kemahalan bisa bayar dengan nyawamu, Mbak.. ;))

Saya :๐Ÿ˜

Mahal banget ya harga jaket kulitnya :((

—–

3. KADONYA MANA?

Percakapan menjelang ulang tahun saya :

Saya : Bibo, kamu nggak ada rencana buat ngado aku? Kan besok aku mau ulang tahun ;;)

Hubby : ada.. tapi nanti pas ulang tahun aku yaa.. ;;)

Saya : bah, lama amat, berarti nunggu Desember dong.. ๐Ÿ˜

Hubby : ya emang gitu.. seru kan? ๐Ÿ˜‰

Saya : emang nanti kadonya apa?

Hubby : kamu beliin mobil buat akuuu.. \:D/

Lah, ini siapa yang ulang tahun dan siapa yang ngado sih? ๐Ÿ˜•

—–

4. PEMADAM KEBAKARAN

Di sebuah perhentian lampu merah di sekitaran Mampang ketika akan berangkat ke kantor, saya melihat ada 2 orang pria sedang berboncengan dengan mengenakan seragam seperti seorang petugas pemadam kebakaran. Hanya saja ini berwarna biru dengan garis silver di lengannya.

Saya : Bibo, itu bapak-bapak yang dua orang itu petugas pemadam kebakaran ya?

Hubby : *menoleh ke arah yang saya maksud* Oh, itu.. Bukan.. Kalo pemadam kebakaran kan warna uniform-nya merah, itu kan biru..

Saya : ya kali aja ada dua seragam buat gantian gitu, Bibo. Kan biar lemarinya isinya nggak baju merah doang gitu..

Hubby : bisa juga sih, atau mungkin pemakaian seragamnya tergantung kasus kebakaran yang akan ditangani..

Saya : maksudnya gimana?

Hubby : ya kalo seragam merah itu dipakai untuk penanganan kebakaran besar..

Saya : kalo yang biru?

Hubby : buat kebakaran-kebakaran kecil. Misalnya kebakaran jenggot gitu..

Saya : ๐Ÿ˜ฎ

—–

5. PARFUM

Hubby : kamu katanya mau mbeliin aku parfum.. Parfumku udah tinggal dikit nih.. *sambil semprit-semprot parfum yang tinggal seiprit*

Saya : iya, ntar.. nunggu..

Hubby : nunggu apa lagi?

Saya : nunggu kamu gajian.. :p

Hubby : lah kan aku bilang tadi “kamu beliin aku parfum”, semacam kado gitu.. Kadooo.. :((

Saya : ya kan sama aja, gaji kamu kalo udah ke aku kan jadi uang aku juga.. Nanti deh, kalo kamu udah gajian kamu boleh pilih parfum mana yang kamu suka yah.. :-” *ngikir kuku*

Hubby : ๐Ÿ˜

—–

6. MINUMNYA..

Saya : ih tumben yah aku mau minum susu putih begini *sambil meneguk susu gambar beruang*

Hubby : emang biasanya nggak mau?

Saya : enggak.. eneg aja gitu. Mungkin karena sejak kecil dicekokin susu putih terus kemana-mana, jadi sekarang ngeliatnya aja males. Dulu yah, ke sekolah dibekalin susu putih, pas pergi-pergi bekal minumnya juga susu putih. Padahal kan bisa yang seger-seger aja yah.. sirup, soft drink.. atau apalah selain susu..

Hubby : misalnya rawon, soto gitu, yah..

Saya : Hladalaaah.. MINUMNYAA.. MINUMNYA!! Mosok aku disuruh minum kuah rawon sama soto, sih? ๐Ÿ˜ *memandang prihatin*

Hubby : ooh.. :p *ngunyah kue*

—–

 

Demikian ..

 

[devieriana]

 

ilustrasi pinjam dari sini

Continue Reading

Obrolan Absurd 3

Ada salah satu kebiasaan bersama keluarga dan teman-teman kalau sudah kumpul pasti becandaan-becandaan aneh terlontar begitu saja. Kalimat-kalimat absurd bertebaran dimana-mana. Kalau teman-teman sih kebetulan banyak yang sudah lucu dari sananya. Ditambah dengan seringnya kami berkumpul dan ngobrol di BBM makin “terasahlah” bakat lucunya.

Seperti contohnya suami saya yang aslinya pendiam, sejak menikah sepertinya dia sedikit tertular virus absurdnya saya. Bukan hanya ekspresi wajah yang ikutan sok tak bersalah, tapi celetukan-celetukannya juga kadang lucu-lucu garing gitu. Ya namanya suami, kasian kalau udah usaha tapi nggak lucu, jadi sebagai isteri yang baik ikut menyukseskan, ikut berpartisipasi, paling tidak menyumbangkan tawa :))

Seperti beberapa percakapan absurd bersama orang-orang itu saya abadikan disini. Tsaaah, abadikan. Berasa foto..

1. Dengan teman di BBM : Dongeng Dewasa

Teman : PING!
Saya : yes, Bebih..
Teman : lagi apa?
Saya : barusan selesai bikin podcast buat dongeng anak. Mau iseng ikut lomba mendongeng.. ๐Ÿ˜€
Teman : ooh.. kali ini judul dongengmu apa?
Saya : Katak Ingin Jadi Lembu..
Teman : itu cerita anak-anak?
Saya : ya iyalah, mosok judulnya begitu tapi kontennya dongeng dewasa..
Teman : eh, kamu mbok ya sekali-kali bikin dongeng dewasa gitu ..
Saya : bisa aja sih. Kamu mau judul apa? Katak Seksi Dalam Balutan Lingerie?
Teman : errrr… kok aku mendadak males ya.. ๐Ÿ˜

Makanya lain kali kalau minta dongeng dewasa jangan pas habis mendongeng tentang katak. Akhirnya seseksi-seksinya tokoh dongeng dewasanya ya nggak jauh dari tokoh dongeng sebelumnya. Katak-katak juga ;))

2. Dengan Hubby : Balada Stiker

Saya : Bibo, kamu mau stiker yang khusus buat kendaraan rangkaian, limited edition, nggak?
Hubby : Mau, mau. Ada warna apa aja?
Saya : Ada gold, putih, sama silver
Hubby : Ok, nanti beliin 3 yah..
Saya : Iya, tapi nanti aku reimburse yak ๐Ÿ˜€
Hubby : Iye, masih sepuluh ribuan kan?
Saya : Iya (padahal harga aslinya ada yang 4 ribuan dan 5 ribuan ;)) ). Dikalikan 3 jadinya 50 ribu yak!
Hubby : matematikanya dari mana sih, wong harganya masing-masing 10 ribuan, dikalikan 3 kok jadi 50 ribu. Aneh! ๐Ÿ˜
Saya : Ih, emang ngitung itu harus selalu pakai ilmu matematika? Aku ngitung pake bahasa Inggris!
Hubby : Barusan kamu ngitung pake gigi sih..
Saya : Gigimu gendut!
Hubby : Aku gigi, kamu gendut!
Saya : Kami, GIGI GENDUT!

Walaupun itu obrolan di BBM tapi closing percakapan itu bisa saya bayangkan karena sering kami lakukan dengan ####a persis seperti di Opera Van Java waktu adegan kampanye Pilkada, mengepalkan tangan pasangannya :))

3. Dengan Hubby : Goodie Bag

Saya : Bibo, aku baru dapet goodie bag dong..
Hubby : dapet dari mana?
Saya : dari acaranya ibu-ibu Dharma Wanita, ada acara di Gedung III
Hubby : Oh. Dapet apa?
Saya : tempat sampah yang buat mobil. Lumayan sih dari kulit gitu..
Hubby : ya udah nanti disimpen. Kita kumpulin dulu pernak-perniknya..
Saya : iya, mobilnya beli entah kapan yang penting tempat sampahnya udah ada..
Hubby : iya, besok beli tempat tissuenya, ambipur, bantal, sama pentil bannya..

Kadang semua hal besar itu diawali dari hal-hal kecil. Ingat, seribu langkah itu juga berawal dari satu langkah lho. Eh, jadi inget iklan susu untuk tulang ;))

4. Dengan SPG Toko Perlengkapan Bayi : Cari yang..

Saya : Mbak, ini apa sih?
SPG : oh, ini tempat buat mandiin bayi, Mbak. Jadi nggak perlu ember lagi..
Saya : oh, gitu.. Lucu yah. Eh tapi ini buat baby usia berapa sampai berapa ya?
SPG : buat bayi usia 0 – 12 bulan, Mbak..
Hubby : kalo buat yang usia anak SMA gitu ada nggak, Mbak?
Saya & SPG : *memandang Hubby dengan pandangan trenyuh* ๐Ÿ˜

Si Hubby balas melihat kami dengan muka inosen sambil beringsut duduk di kursi dan pura-pura sibuk dengan BB-nya.

5. Dengan Mas Penjual Buku Ensiklopedia : Tahan Air

Masnya : Silakan Bu, buku ensiklopedia untuk anak. Enam buku hanya 100 ribu saja. Buku ini sangat lengkap, dengan gambar-gambar berwarna yang pasti disukai anak-anak. Bla..bla..bla..
Saya : *setengah menyimak*
Masnya : Oh ya, sampul bukunya juga hard cover lho, Bu.. Jadi tahan air, dan tahan basah..
Saya : Kalau misal saya masukin ke ember isi air gimana?
Masnya : Ya Ibu ngapain masukin buku ke ember isi air?
Saya : Kan kata Mas bukunya tahan air, tahan basah.. Jadi gimana, masih basah nggak kalo kecemplung ke bak misalnya?
Masnya : iya, basah sih, Bu..

Mungkin dalam hati Mas itu : “sarap nih kayanya si Ibu, beli juga kagak.. ngecengin gue aja..” . Iya sih, saya cuma pengen becandain Masnya aja, nggak beli. Abisnya keponakan saya pada masih bayi. Jadi ya biar Bapak/Ibunya saja yang nanti beli sendiri :p

6. Dengan Hubby : Reimburse

Saya : “Nah, bon-bon pembelian baju yang tadi dikumpulin niiih..”
Hubby : “buat kamu nanti bayar ke aku yah?”
Saya : “Nuduh? Bukan dong.. ini aku kumpulin buat direimburse ke kamu… :-“”
Hubby : “Lha kan aku yang mbeliin, kok aku yang harus nggantiin sih? Aneh kamu.. :-o”
Saya : “Lho, emang nggak boleh? IYA? NGGAK BOLEH? :|”

Kirain suami saya bakal nggak nyadar gitu. Kirain dia bakal mengiyakan aja gitu, terus membayar sejumlah harga baju yang dia belikan untuk saya kemarin. Ih, ternyata enggak lho, Tweeps :p. Berarti suami saya masih sehat wal afiat, fisik, lahir dan bathin!
;))

Jadi ya begitu deh, obrolan-obrolan absurd nan tak penting itu..

[devieriana]

Continue Reading

Obrolan Absurd (2)

Sudah lama saya nggak posting tentang yang absurd-absurd disini ya ;)). Kalau kapan hari saya posting tentangย Obrolan Absurd sama temen-temen, sekarang sekalian suami saya juga suka ketularan absurdnya.Yang absurd siapa sebenarnya sih tergantung situasi dan kondisi aja sih. Saya? Ah saya kan sebenarnya anak yang pendiam, nggak ngomong kalau nggak ditanya.. *ngikir kuku* :-”

1. Dengan si hubby : Balada radang tenggorokan

Saya : Duh, paling males deh kalau lagi radang gini. Pasti demam.. ๐Ÿ™
Hubby : Ya udah nih minum minyak ikan nih..ย  *mengulurkan botol besar berisi kapsul minyak ikan punya Bapak dan meminta saya mengambil 2 butir kapsul bening*
Saya : Emang ngaruh gitu kalau minum minyak ikan? Efeknya apa? *ragu-ragu*
Hubby : Ya udah ambil, minum. Bawel amat! Efeknya? Abis ini kamu bisa renang!


2. Sama si hubby : Balada macet (di depan lampu merah KFC Mampang)

Hubby : Yaelah, macetnya kok ya sampai sepanjang ini? Hari apa sih ini?
Saya : Sabtu, malem Minggu. Halah kaya baru jadi orang Jakarta aja pake ngeluh macet segala..
Hubby : Ya tapi ini antrian macetnya panjang banget kali..
Saya : Ya kan mereka mau nonton Harry Potter, Bibo.. *kalem*
Hubby : *noleh ke belakang dengan tatapan aneh ke saya*
Saya : Ya? Kenapa? Ada yang salah gitu? *muka inosen*
Hubby : @#$%*&@#


3. Sama temen di BBM Group : Balada makan siang

Temen 1 (Istana Negara) : Temans, yuk makan bareng di kantin yuk ..
Temen 2 (Istana Bogor) : Duh, aku nggak punya temen nih.. Makan sendiri dong aku .. ๐Ÿ™
Saya : Jangan sedih gitu dong.. kan disana juga banyak temen angkatan kita..
Temen 2 : Oh ya? Emang ada lagi yang ditempatkan di Istana Bogor selain aku?
Saya : Lah, aslinya kan seangkatan kita bukan 37 orang, tapi 58.
Temen 2 : Hwaa, iyakah? Kok aku baru tahu? ๐Ÿ˜•
Saya : Iya, sisanya berbentuk rusa!


4. Sama temen SMA di BBM : Balada MC acara pengajian


Saya : Aduh, mendadak sakit peruuut.. ๐Ÿ™
Temen : Lha, ngapain sih? Kebelet?
Saya : Nggak, psikis sih.. ๐Ÿ™ :-ss
Temen : Trus, kenapa?
Saya : Mmmh.., nganu, disuruh ngemsi di acara pengajian kantor nih ๐Ÿ™
Temen : Mwahahahaha.. KAMU?! Ngemsi di acara pengajian?! :)) . Nggak salah ta panitianya ini? :))
Saya : Iyaaa.. Udah pake jilbab niih.. ๐Ÿ˜
Temen : Mwahaha, eh, kamu jadi MC di acara pengajian lagi dihukum sama Allah yah?! :))
Saya :ย  *plak! tabok pake talenan*


5. Sama temen SMA : Balada crepes


Temen : Oii, gimana ngemsinya? ๐Ÿ˜€
Saya : Alhamdulillah lancar.. Kamu lagi dimana ini?
Temen : Lagi dijalan, mau pulang. Keujanan, neduh dulu. Eh, aku pinjem duitnya napaaah..
Saya : Hahaha, gak keliru tah? Heh, kebodohan apa yang sudah kamu lakukan? ;))
Temen : Nganu, aku kan tadi neduh, trus beli crepes. Lha, pas crepes-nya udah jadi aku baru sadar kalo dompetku ketinggalan
Saya : KAPOK!! :)) Ya wis ninggal-ninggal apa dulu sana, kunci motor kek, kaos atau apa gitu..
Temen : Aku tadi mau ninggal crepes-ku sebagai jaminan tapi sama masnya nggak boleh.. ๐Ÿ˜
Saya : Ya emang itu masnya yang bikin *plak!!*. Gila! :))
Temen :
gimana kalo masnya aku kasih penawaran diskon liputan dan foto manten gitu ya ๐Ÿ˜• —> kebetulan temen saya ini fotografer & videografer.
Saya : Jangan lupa suruh bedakan dulu ya. Masa mau diliput kok mukanya
kumus-kumus minyakan bau crepes gitu..
Temen : Siyaap!

Jadi demikianlah, keabsurdan itu akan tercipta jika ada pihak-pihak yang mendadak absurd, sudah absurd dari sononya, atau tertular absurd..
Sekian.
;))

[devieriana]

Continue Reading

Obrolan Absurd

Eh, hai.. sudah pada masuk kantor lagi atau masih cuti? Hari ini hari pertama saya masuk kerja lagi setelah libur sejak tanggal 9 September 2010. Suasana kantor masih lengang, sudah banyak yang masuk, tapi tak sedikit pula yang masih cuti.

Seperti tahun-tahun sebelumnya seusai lebaran, di hari pertama masuk kembali ke kantor akan disibukkan dengan kegiatan halal bihalal sebentar dengan Pak Menteri dan para pejabat eselon I s/d IV di gedung utama Mensesneg. Habis itu? Ya sudah kembali ke alam masing-masing. Kerja? Belum tentu juga, wong belum ada kesibukan, hawanya masih hawa lebaran, jadi ya masih kegiatan silaturahmi. Istilahnya masih hari krida :D. Tadi aja saking sepinya kita sudah pengen keluar nonton, tetapi mendadak batal gara-gara pak Deputi justru yang sudah sibuk mondar-mandir bawa berkas ;))

Seperti yang saya bilang kapan hari, lebaran tahun ini saya nggak mudik ke Surabaya, selain karena lebarannya gantian sama suami, sayanya juga belum dapat cuti :((. Nanti deh insyaallah Desember besok pulang sekalian datang ke nikahnya keponakan. Ternyata kalau nggak pulang itu efeknya selama lebaran disini bawaannya mupeng melulu kalau lihat orang mudik. Tapi uniknya selama lebaran ndilalah banyak obrolan lucu dari adik dan teman-teman. Jadilah saya sehari-hari ngikik-ngikik sendiri. Mungkin Allah pengen kasih saya hiburan biar nggak mupeng melulu lihat orang mudik ya ;)).

Berikut ini obrolan-obrolan absurd yang terkumpul selama lebaran :

1. Dengan si Adik via Blackberry Messenger : Balada The Last Airbender

Saya : Adek, kamu lagi ngapain?
Adik : lagi nonton. Kamu lagi ngapain, Mbak?
Saya : lagi habis tarawih nih.. ;))
Adik : oh, kamu habis buka puasa ya? :p
Saya : iya, abis ini mau lanjut tadarusan ;)). Kamu lagi nonton film apa?
Adik : The Last Airbender
Saya : eh, The Last Airbender itu film animasi atau kartun ya? Aku lupa..
Adik : lah, kalau yang kartun itu di Global TV, Mbak!
Saya : oh, lha trus jadinya apa? manusia yah?
Adik : Bukan, Gorilla! ๐Ÿ˜
Saya : halah ๐Ÿ˜ฎ :))

2. Temen SMA (fotografer) via Blackberry Messenger : Untuk portfolio

Saya : Desember insya Allah aku ke Malang
Temen : oh ya? Dalam rangka ada?
Saya : ada sepupu sama keponakan mau lamaran sama nikah..
Temen : sip, sip.. nanti aku foto-foto deh..
Saya : emang sepupuku jadi pakai kamu ya?
Temen : nggak sih. Maksudku moto kamu..
Saya : oh, asyiikk. Mau, mau! :D. Eh, tapi kok aku jadi grogi ya mau difoto-foto sama kamu :))
Temen : tenang aja, selama jadi fotografer aku udah biasa moto model yang mukanya standar kok.. :p
Saya : halah! :)) *ngaca*

3. Temen blogger via gtalk : Menikah era 2.0

Temen : mbak’e maap lahir dan batin ya
Saya : Haduh iyaaa.. Sama-sama, lama nggak keliatan, udah balik ke Jakarta lagi atau masih di Bali?
Temen : masih di Bali.. Nganu, sekalian ini sekalian nyuwun doa restu iki..
Saya : eh, mau nikah yak? Kapaaan? .
Temen : iya, makanya cutinya lama. Insya Allah tanggal 25 September nanti mbak..
Saya : amien, semoga lancar ya.. Dimana?
Temen : di Manado..
Saya : trus undangan dan tiketnya nggak ada nih buat aku?
Temen : semua kok minta tiket :))
Saya : trus, di Jakarta diadain lagi atau cuma di Manado aja?
Temen : di Manado aja, Mbak.. Maunya sih bikin roadshow di seluruh kota, tapi nggak ada sponsor :))
Saya : idih..gaya bener sih, emangnya Pesta Blogger? :))
Temen : Ya begitulah, berhubung calonnya orang sana, ya acara diadakan di sana..
Saya : ya kirain ada acara ngunduh mantu gitu..
Temen : Seiring kemajuan teknologi, sekarang ngunduhnya bs lewat download manager. Biar lebih ringan, nanti mantunya dizip
Saya : blah! :))

dan obrolan pun berlanjut dengan masih membahas hal-hal absurd lainnya dan istilah “pengejawantahan”. Nggak penting banget ya? Besok-besok mau belajar pantun sama majas deh, kali aja keluar pas UAN ;))

4. Sepupu via sambungan telepon : Buta Jakarta

Sepupu : Eh, minal aidzin wal faidzin ya..
Saya : sama-sama.. Kamu lebaran di Antapani (Bandung) yah? salam buat semua ya.. ๐Ÿ™‚
Sepupu : iya, kamu nggak kesini?
Saya : iya insyaallah kalau udah nggak sibuk aku kesana
Sepupu : kamu lebaran dimana?
Saya : Cipayung, dirumah hubby
Sepupu : Oh.. Wah, deket sama rumahnya Gus Dur dong?
Saya : Lah, itu kan Ciganjur.. ;))
Sepupu : Ooh.. (agak ragu). Berarti deket sama rumahnya SBY?
Saya : hiihihi, itu Cikeas, sayang..
Sepupu : Oooh.. jauh ya? Nggak ada hubungannya sama lokasi-lokasi tadi? :))
Saya : nggak adalah, jauh :)). Cipayung itu tempatnya Pelatnas PBSI
Sepupu : oooh.. hahahaha, iya maap, aku kan nggak apal Jakarta.. :))
Saya : *baiklah* ;))

Sebenarnya sih banyak yang lucu-lucu, termasuk di twitter. Tapi kalau semuanya di posting ya bakal seperti memindahkan chattingan disinilah ;)). Bagaimana dengan lebaran kalian? Pasti juga jauh lebih menyenangkan ya ๐Ÿ™‚

[devieriana]

Continue Reading