Di suatu siang, di sela mengerjakan pekerjaan rutin, berderinglah telepon di meja kerja saya.
“Hai, Mbak Dev… aku dari Biro Humas. Aku mau nanya dong, kira-kira tanggal 5 Maret nanti jadwalnya padat, nggak?”
“Jadwal Bapak?” *sambil melihat ke arah papan jadwal pimpinan*
“No, jadwal kamu…”
“Jadwalku? Kosong, sih… Kenapa, Mbak?”
“Ok, aku mau minta tolong buat jadi MC Forum Tematik Bakohumas, ya. Ini sebenarnya acaranya Kemenkominfo, tapi dia bekerja sama dengan Setneg dan Setkab untuk penyelenggaraannya. Acaranya sendiri nanti di Aula Gedung 3 ya, Mbak…”
“Oh, gitu. Boleh deh… Nanti aku bisa minta run down-nya ya, biar aku pelajari dulu”
“Sip. Untuk detail acara nanti aku email dan fax, ya Mbak”
Tak lama setelah saya menutup telepon, selembar fax masuk; ternyata dari teman yang menelepon barusan. Saya baca sekilas draf susunan acara yang tertera di sana. Tapi sejurus kemudian mata saya berhenti di bagian daftar narasumber. Di situ saya baru sadar, kalau acara yang akan saya pandu nantinya ini ternyata acara yang akan dihadiri bukan hanya oleh pengelola kehumasan di seluruh Indonesia, tapi juga akan dihadiri oleh 4 orang menteri dan Seskab.
Jujur ini agak sedikit di luar perkiraan saya. Tadinya saya cuma berpikir bahwa acara yang akan saya pandu ini ‘sekadar’ acara seminar atau sosialisasi yang akan dinarasumberi oleh pejabat terkait kehumasan, atau seperti acara-acara kantor yang selama ini saya pandu. Kalau sampai 4 menteri ini hadir dalam satu acara, berarti bukan acara yang ‘ala kadarnya’. Baru kali ini saya dipercaya untuk memandu acara antarinstansi seperti ini, dan dengan level acara yang lebih tinggi lagi dari acara-acara yang biasa saya pandu. Bagi saya ini sebuah tambahan pengalaman.
Menurut informasi panitia, hampir 90% pejabat kehumasan pemerintah yang diundang menyatakan confirm hadir dalam acara ini. Bagi panitia ini termasuk rekor karena biasanya yang confirm hadir tidak pernah sebanyak itu. Entahlah, mungkin lokasi acara juga ikut menentukan mood kehadiran peserta 😀
Akhirnya, hari yang dijadwalkan itu tiba. Semua petugas menyiapkan diri sebaik mungkin, termasuk saya. Butuh banyak koordinasi dengan protokol masing-masing menteri/Seskab dan pihak penyelenggara. Ya siapa tahu ada perubahan di tengah acara, kan saya harus mengantisipasi itu.
Acara yang sedianya dijadwalkan mulai pukul 13.30 wib itu nyatanya sempat molor hingga pukul 14.00 karena para menteri ada rapat di Istana Negara. Itu masih untung, karena sedianya rapat digelar di Istana Bogor. Lalu terbayang dong bagaimana ribetnya menteri-menteri itu berpindah acara dari Bogor ke Jakarta dengan perjalanan yang tidak mungkin ditempuh dalam hitungan 5-10 menit, sementara para peserta dan jurnalis media sudah menunggu.
Akhirnya, para narasumber itu pun tiba di lokasi. Ternyata yang berkenan hadir sebagai narasumber ada Mensesneg (Pratikno), Menkominfo (Rudiantara), Menpan RB (Yuddy Chrisnandi), Sekretaris Kabinet (Andi Widjajanto), sementara Mendagri (Tjahjo Kumolo) yang sedianya berkenan hadir sebagai salah satu narasumber ternyata berhalangan hadir karena dalam waktu yang sama beliau ada acara yang tidak bisa ditinggalkan.
Ada yang sedikit unik di acara ini. Kalau boleh saya istilahkan, acara yang sedikit ‘koboian’. Seharusnya, sesuai dengan susunan acara, Menkominfo akan memberikan memberikan sambutan sekaligus membuka acara ini secara resmi. Tapi ketika saya undang untuk memberikan sambutan, yang maju adalah Mensesneg. Semua panitia sempat kaget, karena ini di luar skenario kami. Ternyata hal itu memang disengaja oleh Mensesneg karena kebetulan beliau pukul 14.00 harus menghadap Presiden, sementara jadwal beliau untuk membawakan keynote speech baru nanti pukul 14.05-14.20 wib, jadilah terpaksa bertukar jadwal dengan Menkominfo untuk mengejar kesesuaian jadwal acara bersama Presiden. Pffiuh! Lha, ini saya baru deg-degan. Saya pikir saya yang salah 😐
Lalu ‘koboi’-nya di mana? Ya gaya tukar menukar jadwal tanpa koordinasi ke panitia itu termasuk gaya ‘koboi’. Gaya penyampaian speech beliau pun tidak formal/kaku, dan tidak menggunakan slideshow seperti layaknya sebuah paparan. Tapi justru seperti sedang memberikan kuliah umum. Mungkin jiwa dosennya masih terbawa . Btw, sebenarnya Pak Menteri kurang menyukai adanya podium dan panggung, tapi apa boleh buat setting dari ‘sananya’ sudah begitu. Gaya tanpa slideshow presentasi ini ternyata juga diikuti oleh Seskab dan semua menteri yang hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut. Pokoknya gaya para narasumber semuanya santai dan ya itu tadi semacam forum sharing.
Dalam kesempatan itu Menkominfo mengimbau kepada seluruh jajaran pengelola kehumasan, selain memanfaatkan media konvensional, mereka juga harus memanfaatkan teknologi media sosial. Intinya menggunakan pendekatan ke masyarakat dengan cara yang lebih modern dan partisipatif. Memiliki dan menggunakan akun twitter juga disarankan oleh Menkominfo. Karena humas berada di dunia yang sangat dinamis, jadi sesuatu yang reachable sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Humas harus punya setidaknya dua akun twitter; akun kantor dan pribadi, dua-duanya harus jalan.
Oh ya, sebagai orang yang kadang-kadang masih bermain di ranah socmed, saya setuju dengan pernyataan Menkominfo, “media sosial membuat semua orang bisa menjadi jurnalis. Entah isinya kredibel, semi kredibel, atau tidak kredibel sama sekali.”
Mensesneg dalam kesempatan ini mencontohkan website yang sudah mencerminkan karakter pemerintah yaitu http://setkab.go.id . “Kehumasan itu mencakup hal yang sangat kaya, menjembatani dua pihak, membangun publik trust. Saya ingin humas itu seindah aslinya. Bukan hanya isi kebijakan tetapi juga karakternya.” Ada pernyataan Mensesneg yang cukup menarik dan sempat saya twit juga, “Adanya media sosial, membuat adanya jurnalisme tanpa dewan redaksi”. Benar, Pak. Semua bisa memberitakan apapun via akun socmednya. Dewan redaksinya ya pemilik akun masing-masing.
Masih ada paparan menarik yang lainnya yang juga disuguhkan oleh Seskab. Sebagai orang yang selalu mendampingi Presiden di dalam tugasnya sehari-hari, Seskab mendayagunakan socmed untuk meng- up date kegiatan Presiden. Saya sendiri baru tahu lho, kalau ternyata 1/3 foto yang ada di http://setkab.go.id dan yang ada di akun twitter resmi Setkab adalah hasil jepretan Andi Widjajanto. Andi Widjajanto juga menuturkan bahwa sebenarnya bahasa narasi sudah lewat masanya, sekarang adalah masanya bahasa visual. Bahkan bahasa visual ini pun sekarang sudah berkembang menjadi animasi.
Walaupun saya bukan bekerja di bagian yang menangani kehumasan, tapi melalui kegiatan ini saya jadi mendapatkan up date informasi dan tambahan pengetahuan baru tentang bagaimana seharusnya seorang humas pemerintah itu menjalankan tugasnya di era yang serbacanggih ini.
Btw, thank you teman-teman Kemenkominfo yang sudah memberi saya kepercayaan untuk memandu acara Forum Tematik Bakohumas beberapa waktu lalu ya 🙂