Cerita dari Purwakarta

Kemarin pagi, kebetulan saya bersama beberapa teman mewakili kantor untuk hadir dalam acara “Penanaman Satu Miliar Pohon” di Waduk Jatiluhur, Purwakarta. Berangkat dari kantor sekitar pukul 06.30 wib dan sampai di lokasi sekitar pukul 08.45 wib (padahal acaranya pukul 09.00) :D. Kalau dibandingkan dengan rekan dari kementerian lain kami memang datang belakangan, selang beberapa menit sebelum Presiden beserta rombongannya datang.

Ada beberapa hal menarik ketika saya berkunjung kesana. Yang paling kelihatan nyata ya sambutan masyarakat Jatiluhur yang.. sumpah.. bikin saya terharu :(. Sepanjang jalan menuju lokasi kami disambut oleh murid-murid SD berseragam Pramuka didampingi oleh guru masing-masing, yang mengacung-acungkan bendera kecil sambil melambaikan tangan ke arah kami. Senyum sumringah terkembang diantara bibir-bibir mereka. Jadi iseng mikir, kira-kira apa ya yang ada dalam pikiran mereka ketika melihat kami? Jangan-jangan mereka mengira kami adalah rombongan Presiden atau bahkan mereka menyangka ada Presiden dan Bu Ani bersama kami ya? :-o. Perasaan saya? Jujur nih ya, campur aduk. Antara geli dan terharu. Terharu karena belum pernah ikut ketularan disambut seperti ini. Gelinya, ya saya merasa lucu, karena kami kan bukan siapa-siapa. Duh, andai mereka tahu kalau yang mereka dadahin ini tukang fotokopi semua ya.. :D.

venue

Venue penanaman pohonnya sendiri agak jauh dari tempat kami parkir. Sisanya harus kami tempuh dengan jalan kaki. Mmmh, rasanya sedikit kagok juga ya berjalan diantara murid-murid SD yang berbaris rapi di pinggir jalan begitu :D. Tak lama kemudian Pampampres dan iring-iringan voorijder Presiden mulai memasuki lokasi, dan seperti biasa pulalah sirinenya sedikit berisik dan nggak penting (setidaknya buat saya). Di dalam mobil terlihat Presiden dan Bu Ani sedang melambaikan tangan ke arah kami yang menyempatkan berhenti sebelum melanjutkan perjalanan kaki kami ke venue, dan ke arah barisan murid-murid SD itu. Riuh rendah suara mereka dan tepukan tangan mengiringi kedatangan Presiden dan Bu Ani ke lokasi. Wow, sedemikian dielu-elukannya ya.. Ya kan tidak semua daerah berkesempatan dikunjungi oleh RI 1 kecuali memang sedang ada acara disana.

jalan menuju venue

Janjian sama temen dari tim advance kepresidenan, malah nggak ketemu. Ya gimana mau ketemu, lha wong sampai lokasi kita nggak bisa komunikasi sama sekali. Karena sesuai dengan standar aturan keprotokolan selama acara kenegaraan yang dihadiri oleh Presiden berlangsung untuk sementara waktu sinyal alat komunikasi akan diacak (di-jamming). Baru bisa berkomunikasi lagi ketika saya sudah beberapa meter meninggalkan lokasi, tepatnya ketika sudah di dalam bus pas mau pulang! 😐 .

barisan murid-murid SD di sepanjang jalan

Pulangnya pun ternyata kami masih mengalami hal yang sama. Dari atas bus yang kami tumpangi itu terlihat sederetan murid-murid SD berseragam Pramuka yang bergerombol melambaikan tangan dan bendera-bendera kecil ke arah kami. Bahkan yang bikin saya terharu ada lho seorang bapak tua berseragam hansip yang hormat kepada kami sampai bus yang kami tumpangi hilang dari pandangannya. Ya Tuhan, masih ada ya orang yang seperti itu loyalitasnya? Sayang nggak sempat saya foto karena bapak itu berdiri pas di tikungan dan bus kami mulai melaju ikut dalam iring-iringan rangkaian team kepresidenan.

tim narsis

Sepanjang jalan saya berpikir sendiri. Ternyata masih ada ya antusiasme, loyalitas, dan keluguan khas masyarakat daerah seperti itu? Ditengah-tengah hujatan dan protes ketidakpuasan atas kepemimpinan SBY, ternyata di daerah-daerah seperti itu masih banyak yang menyambut dan mengelu-elukan. Entahlah, saya sendiri kurang bisa membedakan antara benar-benar mengelu-elukan atau sekedar rasa bangga daerahnya menjadi pusat acara nasional yang dihadiri oleh RI 1 beserta segenap menterinya.

By the way, sampai sekarang pun saya masih takjub lho, Sodara-sodara.. 😀

[devieriana]

 

dokumentasi pribadi

Continue Reading

Kami lucu? Ah, masa?

Seringkali saya & suami dikomentari sebagai pasangan yang  lucu dan unik. Bukan. Bukan karena saya nikah sama gajah, atau tapir. Tapi mungkin karena keunikan pribadi kami yang menyebabkan orang berkomentar seperti itu. Tapi apa iya kami sebenarnya “selucu” dan “seunyu” itu? 😕

Sebenarnya dulu, waktu jaman penjajahan.. eh kelamaan, dulu diawal pernikahan, kami sebenarnya adalah pasangan yang paling egois sedunia! Okelah saya memang sedikit berlebihan untuk menggambarkan kehidupan awal pernikahan kami. But, I have no words to describe how “lebay” we were at that time. Kami seringkali hidup dalam dunia kami masing-masing. Mengalah adalah kata-kata yang kami hindari. Sama-sama gengsi [-(. Lha iya, wong kami adalah dua orang yang sama-sama keras kepala ~X(.

Saya sebagai anak sulung yang biasa dituakan (berasa kepala suku nggak sih?), dan dikantor juga “terbiasa” memimpin sekian anak buah, tiba-tiba harus menyesuaikan diri dengan karakter suami yang juga sama-sama kerasnya dan nggak mau mengalah. Sementara suami yang dalam keluarganya juga termasuk anak laki-laki yang tertua juga punya sifat yang nyaris sama seperti saya. Kalau pas pacaran kan biasanya kelihatan yang bagus-bagusnya aja tuh. Pas sudah menikah? Wohoho, belum tentu. Friksi itu pasti ada. Jadilah kehidupan awal pernikahan kami layaknya kompor yang selalu panas. Ada saja hal yang dipertentangkan. Eh, masih mending ya kalau penting, seringkali pertengkaran kami justru berawal dari hal-hal sepele dan remeh temeh lho. Ujungnya sudah pasti bisa ditebak, adu argumentasi yang sifatnya debat kusir. Untungnya nggak pernah sampai ada KDRT 😀

Capek? Normalnya sih pasti iyalah ya. Sekarang siapa yang nggak capek harus adu argumen setiap hari. Hingga pernah dalam puncak kondisi lelahnya kami masing-masing, mulai sama-sama eneg dan nggak mau berkomunikasi satu sama lain selama beberapa waktu. Intinya stadium enegnya sudah cukup parahlah untuk ukuran pasangan baru seperti kami. Satu tahun pertama kehidupan perkawinan kami adalah masa perang antar suku. Lalu bagaimana ceritanya kami sekarang bisa saling merasa nyaman satu sama lain dan jadi lucu unyu seperti ini? Kami LUCU? Ah, masa sih? :-j

Ada sebuah sebuah titik balik yang membuat kami sadar tentang besarnya arti sebuah kehilangan. Ketika Tuhan memberikan cobaan pada kami berdua dengan diambilnya si kecil dalam usia 6 bulan dalam kandungan. Itu sebuah kejadian maha besar yang membuat kami sadar kalau ternyata ada hal yang jauh lebih penting daripada sekedar mempedulikan ego, yaitu anak. Dari situlah kami mulai belajar sabar, mulai mengerti satu sama lain. Mencoba mengalah yang bukan berarti kalah. Mencoba membuka dan membersihkan kembali keran komunikasi kami yang nyaris tersumbat. Berusaha lebih mendengar apa yang dimaui oleh pasangan dan berdiskusi sehat dengan kepala dan hati yang dingin. Meminta maaf tidak perlu menunggu dari siapa yang dianggap sudah bikin salah duluan. Intinya berusaha menjadi jauh lebih baiklah.

Alhamdulillah memang, berkah dari Yang Diatas tak pernah putus sejak saat itu. Rezeki dan kemudahan selalu mengalir kepada kami. Menjalani kehidupan perkawinan dengan format yang jauh lebih serius tapi santai. Suami saya kebetulan orangnya kaku dan serius, sementara saya pecicilan dan banyak becandanya. Mungkin akhirnya jadi balance-nya disitu. Malah sekarang suami saya suka kadang-kadang tertular ikut pecicilan, tapi anehnya kenapa saya nggak bisa ikut tertular jadi serius 😐

Jadi kalau sekarang teman-teman melihat kami sebagai pasangan yang mesra dan lucu, itu adalah hasil proses benturan-benturan psikologis sampai lebam dan babak belur. Nggak ada yang menyangka kan?  ;)). Sampai sekarang pun sebenarnya kami masih berusaha belajar memahami & menyesuaikan diri kami masing-masing. Mau se-ego apapun kita kalau sudah niatnya berkeluarga, harus mau menurunkan ego masing-masing karena ini bukan lagi masalah kalah atau menang tapi kehidupan bersama. Berusaha lebih open mind, mau mengerti & mendengarkan pasangan. Dan yang paling penting dari semua itu adalah komunikasi dan saling support untuk kebaikan berdua. Eh, gampang banget ya ngomongnya?  Tapi mengimplementasikannya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh waktu, dan kebesaran hati untuk menerima pasangan apa adanya.

Menikah itu butuh kesiapan mental dan psikologis, selain faktor-faktor pendukung lainnya ya. Kalau kata Dr. Rose Mini, AP. M.Psi., begini :

1. Jangan takut akan pernikahan.
Sebaiknya sebelum melangkah ke pernikahan, kenali sisi baik dan buruk masing-masing. Karena setelah memasuki pernikahan, akan makin terlihat sifat-sifat yang tadinya tertutup. Jujur akan segala hal dengan pasangan jika ingin pernikahan berhasil.

2. Siapkan diri.
Tanya dengan diri sendiri, sudah siapkah untuk berbagi segala hal dengan si pasangan? Siapkah untuk maju bersama? Sebab, untuk bisa maju bersama butuh upaya dan kerja keras, karena si pasangan tidak memiliki pola pikir yang sama dengan kita, perlu kesabaran dan tenaga ekstra untuk mau menyamakan visi.

3. Jangan takut perubahan.
Perilaku seseorang bisa diubah. Perilaku bukanlah gen yang tak bisa diubah. Jadi, ketika Anda harus berubah untuk bisa keep up dengan pasangan yang berubah, begitu juga si dia.

Ah, sebenarnya ini cuma sharing seorang yang masih hijau dan newbie dalam kehidupan berumah tangga kok :-”

[devieriana]

Continue Reading

Trus, salah siapa?

Disclaimer : paragraf awal termasuk curhat colongan. Paragraf berikutnya? Silahkan dibaca.. 😉

Saya itu sebenarnya paling sebel kalau mengeluh/curhat sama suami. Bukan apa-apa, yang saya dapat pasti bukan komentar positif tapi banyak negatifnya. Kesel? Iyalah pasti. Lha wong tujuan saya curhat kan untuk memperoleh dukungan, bukan minta diomel-omelin ~X(. Pernah mengalami yang seperti itu juga nggak? No? 😮 . Woogh, berarti Anda termasuk makhluk beruntung. Nggak kaya saya :|. Dulu ya saya pikir suami saya itu suami yang paling tega sedunia yang nggak pernah mengerti perasaan saya, nggak pernah tahu apa yang saya mau :(( *mulai meres serbet*.

Seperti contoh kasus waktu saya punya masalah sama temen. Seperti biasa, saya bukannya dibela tapi malah dikomentari :

“Ah, kamunya aja yang terlalu sensitif kali. Jadi orang itu jangan terlalu perasa. Biasa aja..”.

Atau misal saya yang mulai curhat dengan lebaynya, komentarnya pun lurus-lurus saja :

“Oh, gitu doang? Biasa aja sih menurutku.. Ya seharusnya kamu dong yang bla5x, bukan malah begini, begini, begitu..”.

Kesel kan? Kesel kan? ~X(. Atau yang baru saja terjadi kemarin, waktu saya kepleset sampai lutut beset-beset :

Saya : Biboo, aku habis jatuuuh. Jalannya licin.. :((

Hubby : Oh.. Trus gimana, enak nggak tadi jatuhnya? *ngeliatin lutut saya berdarah-darah dengan muka lempeng*

Saya : Sejak kapan sih ada cerita jatuh itu enak?!! :((

Hubby : Trus tadi bangunnya ditolongin siapa? *cengengesan*

Saya : Aku bangun sendirilah.. 😐

Hubby : Oh, kasian dong. Terus besok masih pakai high heels lagi kalau hujan-hujan?

Saya : Hwaaa… Ho-ooooh.. :(( —> eh, serius lho saya masih sempat jawab gitu sambil mewek

Hubby : Kan udah dibilangin pakai sendal kalo hujan, kamunya bandel tetep pakai sepatu. Trus salah siapa? Salah gue? Salah temen-temen gue? ;;)

Saya : 😐 —> pengen lari ke hutan, lalu ke pantai sambil pecahkan gelas biar ramai..

Nah, seperti itu deh contohnya. Itu baru masalah jatuh, belum masalah yang lainnya. Pokoknya dia orang yang jarang memberikan kata-kata yang membesarkan hati kalau saya lagi curhat. Tapi terkadang justru dari situlah saya akhirnya sadar, dibalik “kejahatan” dan respon-respon pedas untuk semua curhat saya, rasanya kok jauh lebih realistis ya. Jadi mengajak berpikir untuk tidak menyalahkan siapa-siapa dulu sebelum mengintrospeksi diri sendiri. Bisa saja saya jatuh kemarin bukan karena jalanan yang licin, atau hak sepatu saya yang ketinggian. Tapi karena sayanya yang kurang hati-hati. Sudah tahu jalanan licin kok pakai high heels. Saya yang cari masalah kan? :p :-”

Dulu saya pernah baca -entah dimana, saya lupa sumbernya- : menyalahkan orang lain adalah sebuah seni. Saking indahnya kemasan “menyalahkan” ini membuat kita seringkali tidak sadar kalau sudah melakukan pelimpahan kesalahan kepada orang lain. Yang sering terjadi adalah ketika kita mulai dihadapkan pada sebuah masalah, maka solusi termudah yang bisa ditemukan adalah, “ini salah siapa sehingga menyebabkan kejadian seperti ini?”.

Kata-kata terakhir yang cukup menohok saya adalah, “lah, bukannya kamu sudah baca The Seven Habits. Terus mana implementasinya?”. Saya cuma bisa nyengir aja. Ok, saya memang suka baca tapi kalau sudah baca suka lupa saya tadi baca apa ;)) *melihat lemparan buku melayang-layang di udara ke arah saya*

Yah, baiklah. Terimakasih hubby, sudah mengingatkan saya untuk kembali mengingat poin ini di buku Seven Habit of Highly Effective People-nya Steven R. Covey :

“Your life doesn’t just “happen.” Whether you know it or not, it is carefully designed by you. The choices, after all, are yours. You choose happiness. You choose sadness. You choose decisiveness. You choose ambivalence. You choose success. You choose failure. You choose courage. You choose fear. Just remember that every moment, every situation, provides a new choice. And in doing so, it gives you a perfect opportunity to do things differently to produce more positive results.”

“Habit 1: Be Proactive is about taking responsibility for your life. You can’t keep blaming everything on your parents or grandparents. Proactive people recognize that they are “response-able.” They don’t blame genetics, circumstances, conditions, or conditioning for their behavior. They know they choose their behavior”.

Ternyata, suami saya itu sebenernya baik juga yah..  😕

[devieriana]

Continue Reading

Balada Panitia CPNS

Halo, ada yang kangen sama saya nggak? ;;). Haduh, sebelumnya maafkan saya kalau lama sekali tidak meng-update blog lantaran kesibukan menjelang pengadaan CPNS. Sebenarnya ada ide buat nulis tapi namanya nulis kalau nggak  konsen hasilnya malah kurang nendang. Halah ;)). Iya, jadi mulai awal bulan November 2010 ini sampai dengan puncak pengadaan CPNS tanggal 15 November 2010 kemarin biro saya memang lagi sibuk-sibuknya. Maklum, ini memang hajatan tahunannya biro saya. Selama beberapa hari kami pulang diatas pukul 19.00 untuk mempersiapkan segala sesuatu berkenaan dengan pengadaan CPNS. Pegel? Iyalah.. :-< . Tapi seru kok 😉

Pengadaan CPNS tahun ini memang sedikit berbeda dengan waktu penerimaan CPNS jaman angkatan saya. Kalau sebelumnya semua masih serba manual termasuk pendaftarannya, tahun ini sudah dilakukan via online. Hanya saja untuk pengambilan kartu ujian peserta yang dinyatakan lulus verifikasi berkas memang harus datang sendiri. Jaman saya kemarin juga begitu, tapi seluruh proses pendaftarannya masih manual, jadi harus datang sendiri. Bisa dibayangkan betapa hiruk pikuk dan sibuknya sibuknya Pusdiklat waktu itu kalau ada hajatan tahunan penerimaan CPNS.

Nah, sebenarnya saya nggak langsung terjun jadi petugas verifikasi, karena saya harus standby di kantor. Tapi ada kesempatan ketika saya harus ke Krida Bhakti (venue tempat melakukan verifikasi dokumen) dan sempat bantu-bantu sedikit disana. Ada hal menarik ketika melakukan proses verifikasi kemarin. Datanglah seorang peserta untuk verifikasi berkas asli ke meja kami berdua (kebetulan saya bagian yang stempel kartu ujian, teman saya bagian verifikasi berkas) :

Peserta : “Pak, kan fotonya seharusnya 3 lembar, tapi saya hanya punya 2 lembar, yang 1 lembar kaya gini boleh nggak, Pak?” –> dia mengulurkan sebuah foto dengan beberap bekas cap stempel dibawah dan disamping foto.

Teman : “Lho, lha kok foto bekas gini? Yang masih baru emang nggak ada?”

Peserta : “Nggak ada Pak. Tapi kalau hitam putih saya bawa sekarang. Boleh nggak, Pak?” –> sambil membuka tas ransel lusuhnya.

Saya : “Kan di persyaratannya kemarin disebutkan kalau foto berwarna dan berlatar belakang merah, Mas..”

Peserta : “Iya, Mbak.. Tapi saya nggak punya.. 🙁 “

Saya : “Atau gini aja, masnya coba afdruk dulu ke depan situ, kita disini masih sampai jam 15.00 kok..”

Peserta : “Mmmmh.. iya, tapi gini Mbak, Pak.. uang saya ngepres, tinggal sepuluh ribu..” —> dia mukanya memelas banget, sambil menatap kami bergantian.

Saya : “Emang Mas ini rumahnya dimana?”

Peserta : “Rumah saya di Pekalongan, saya baru datang tadi pagi dan langsung kesini..” –> nunduk 🙁

Makjleb! Andai saya ke Krida Bhakti bawa dompet, insyaallah saya akan bantu tapi sayangnya kok ya pas nggak bawa :(. Untunglah teman saya memberikan kebijakan boleh mengumpulkan  kekurangan fotonya nanti sebelum ujian tanggal 15 November 2010.

Nah, entah dimana salahnya sepanjang siang sampai sore saya layaknya petugas callcentre yang menerima telepon dari mana-mana menanyakan sampai jam berapa bisa mengambil kartu ujian dan verifikasi dokumen. Padahal sebenarnya di website sudah ada. Tapi ternyata ada banyak calon peserta yang missed dengan tanggal yang telah ditentukan sementara posisi mereka masih ada yang di Surabaya, Bandung, Yogyakarta, bahkan ada yang masih di Riau padahal waktu sudah menunjukkan pukul 14.15 wib, yang berarti tinggal 45 menit lagi menuju pukul 15.00 wib (waktu terakhir verifikasi & pengambilan nomor ujian) #-o.

Sebagaimana penyelenggaraan test CPNS di tahun-tahun sebelumnya, pelaksanaan kali ini pun diadakan di Tennis Indoor Senayan. Pukul 07.00 wib venue sudah mulai disibukkan dengan mulai hadirnya peserta dan tentu saja kami, para panitia yang hari itu ber-dress code batik tampak sudah mulai hilir mudik di arena & tribun, berkumpul untuk melakukan briefing sebelum penyelenggaraan ujian.

sebagian kecil panitia.. (yang narsis saja tentunya) :p

Alhamdulillah, penyelenggaraan ujian yang diadakan mulai pukul 08.30 – 13.30 wib berjalan lancar. Jumlah peserta yang mengikuti ujian sekitar 980 peserta dari total 4430 pelamar, yang terdiri dari S-1, D3 dan SMK. Walaupun di awal-awal ujian sempat ada beberapa calon peserta yang ternyata datang tapi belum melakukan verifikasi dokumen sehingga sayang sekali mereka tidak dapat mengikuti ujian, walaupun mereka dinyatakan lolos seleksi administratif tapi kalau ternyata missed di salah satu tahapan tentu akan membuat mereka jadi kurang memenuhi syarat.


persiapan

pelaksanaan ujian CPNS

Jadi, demikianlah teman-teman, kesibukan saya selama hampir sebulan ini. Ceritanya cuma “segini” ya, padahal kalau dijabarkan lagi bisa lebih lho :D. Nah, kalau saya nggak update selama beberapa minggu ini bukan karena saya males posting, tapi memang lagi sibuk beneran.. –> gaya ;)) *pijit-pijit kaki*. Jadi, siapa yang mau bantuin pijit tangan sama kaki saya? *tetep pakai high heels* :p

[devieriana]

 

 

dokumentasi pribadi

Continue Reading

Imagine View

“Imagination is not a talent of some people, but is the health of every person”
– Ralph Waldo Emerson –

Suatu siang di hari Minggu, saya dikenalkan oleh teman saya Wongiseng kepada seorang teman yang peduli dengan cerita, dongeng, dan dunia imajinasi yaitu Mas Bukik. Lho, kok tiba-tiba? Iya, gara-gara saya pernah mendongeng di situs Kisah Anak yang dikelola oleh om Wongiseng beberapa waktu yang lalu. Hingga tersambunglah pada permintaan untuk melakukan interview #imagineview bersama @ImagineID . Hmm.. Mau nggak ya? 😕

Apa itu Imagineview? Imagineview adalah interview via twitter (proses atau penyebarannya) yang bertujuan untuk memicu imajinasi, cara berpikir berbeda. Imagineview diadakan oleh Imagine Indonesia (@ImagineID) sebuah gerakan sosial (social movement) yang mencita-citakan terwujudnya Indonesia sebagaimana yang kita imajinasikan. Saat ini mereka tengah menyebarluaskan Free Ebook Indonesia Bercerita yang sementara ini dapat diunduh di . Saat ini @ImagineID tengah menggagas http://indonesiabercerita.org/, mendidik melalui cerita, membebaskan imajinasi anak, membangun karakter bangsa. Aktivitas utamanya menyediakan podcast cerita gratis yang dpt digunakan ibu/guru/pejuang muda untuk bercerita pada anak/murid/komunitas.

Awalnya sempat kurang PD karena saya bukan murni seorang pencerita. Saya juga merasa kalau kehadiran saya di dunia dongeng anak hanya bersifat temporer. Saya “setor” suara hanya beberapa kali, dan sekarang-sekarang belum lagi, walaupun sudah diminta ;)). Saya merasa belum sepenuhnya menceburkan diri sebagai seorang pendongeng. Sempat menjadi pertanyaan di diri sendiri, sebenarnya apa menariknya sih menginterview saya ya? :-?. Tapi toh akhirnya saya iyakan juga walaupun untuk menjawab email berisi 8 pertanyaan itu saja membutuhkan waktu beberapa hari terkait dengan kesibukan –> tepatnya sok sibuk ;)).

Inilah adalah versi asli imagine view bersama saya sebelum diedit kedalam versi twitter oleh @ImagineID, yang di-publish via twitter pada tanggal 31 Oktober 2010 kemarin. Silahkan menyimak :

Q1. Apa kesibukan saat ini? Adakah yang terkait cerita (story)?

A1. Kesibukan saya saat ini sebagai PNS di Sekretariat Negara. Tidak ada kaitannya sama sekali dengan dunia perdongengan ya? :D. Tapi kalau dari segi suara sering dilibatkan untuk mengisi acara sebagai master of ceremony di acara-acara kantor/protokoler.

Q2. Apa pengalaman paling mengesankan tentang cerita atau anda sebagai pencerita?

A2. Saya ceritain dulu awalnya kenapa saya ikut-ikutan mendongeng via web ya. Saya penasaran aja dengan situs http://kisahanak.wordpress.com yang dikelola oleh @wongiseng. Nah kebetulan background saya dulu mantan orang callcentre, jadi saya mencoba mendongeng dengan suara alakadarnya ala saya. Jadi sebenarnya menjadi seorang pencerita itu tidak sengaja 😀

Kesukaan saya dengan dongeng berawal dari pengalaman masa kecil saya dulu yang terbiasa didongengi oleh orangtua saya, dibelikan buku dongeng, dan juga dibelikan kaset Sanggar Cerita yang waktu itu ngehits banget 😀 (ketahuan deh usia saya berapa). Semua cerita saya suka karena pasti ada nilai-nilai kehidupan yang ingin disampaikan dengan cara yang sederhana dan mudah diterima untuk anak seusia saya pada waktu itu.

Kalau pengalaman mengesankan sebagai pencerita, saya itu orangnya ekspresif, jadi kalau saya sedang bercerita ya saya akan sertai mimik, suara dan gaya sesuai tokoh yang saya ceritakan. Nah, paling seneng kalau sudah melihat ekspresi bocah-bocah itu tertawa atau melihat saya dengan ekspresi heran, karena itu berarti saya sudah berhasil menjadikan saya manusia yang aneh buat mereka, hihihi.. \m/ ;))

Q3. Sebagai pencerita, apa sebuah benda yang melukiskan diri anda? Apa artinya?

A3. Oh ya, saya mengibaratkan diri saya seperti sekotak pensil warna. Kenapa? Ya karena punya banyak warna itu penting. Sekarang coba bayangkan apa jadinya kalau dunia ini cuma ada satu warna saja? Tentunya nggak asik banget ya? Nah, kebetulan saya memang orangnya rame, jadi semoga saya bisa ikut melengkapi “warna-warna” yang sudah ada sehingga terlihat lebih harmonis dan manis (kaya saya), hahaha.. :)) :-”

Q4. Cerita itu sendiri bisa dianalogikan sebagai apa? Apa kekuatannya?

A4. Dongeng itu menurut saya bisa dianalogikan sebagai sebuah tempat sekolah dengan halaman bermain didalamnya. Kita bisa sambil bermain dengan imajinasi melalui kata-kata/gambar , sekaligus mendapatkan ilmu pengetahuan dan pelajaran berharga tentang hidup melalui pesan moral yang tersirat didalamnya. Bahkan David McClelland dalam artikel The Need for Achievement pernah mengatakan bahwa dongeng dan cerita anak itu memiliki fungsi lain selain sekedar membawa pesan moral. Lebih besar daripada itu,  dongeng sebelum tidur bisa mempengaruhi nasib sebuah bangsa.

Q5. Menurut anda, apa arti anak-anak (jamak) bagi kehidupan dan Indonesia?

A5. Anak-anak itu ibarat kertas putih yang kosong. Dia akan menjadi berwarna atau tertulis apa tergantung dari lingkungan yang “menggambarnya”. Mereka punya kecenderungan untuk menyimpang dari aturan, hukum, dan ketertiban karena terbatasnya pengetahuan yang mereka miliki. Mereka akan lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang sederhana. Dia nantinya juga akan tumbuh berkembang menjadi dewasa seperti kita. Tentu saja jiwa yang terbentuk adalah hasil olahan didikan di masa kecil. Jadi kalau ingin menjadikan mereka sebagai sosok calon manusia yang positif ya tanamkan nilai-nilai positif sejak dini. Sehingga melalui prinsip positive parenting diharapkan anak-anak Indonesia akan tumbuh lebih optimal secara fisik, psikososial/kepribadian, kemampuan verbal, berpikir, dan kreatifitas.

Q6. Bila semua harapan anda bisa terwujud, Indonesia seperti apa yang anda saksikan pada tahun 2045?

A6. Belum ada sebuah bangsa yang benar-benar ideal di dunia ini. Tapi jika ada banyak perubahan yang  signifikan di Indonesia tentu akan menimbulkan sebuah kebanggaan buat kita sebagai warga negara Indonesia yang sepertinya sekarang masih banyak keluhan disana-sini ya. Wah, kalau semua harapan saya bisa terwujud saya bisa membayangkan Indonesia di tahun 2045 menjadi sebuah bangsa besar yang maju pesat, yang tak hanya kaya sumber daya alam, namun mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas, mumpuni dan berkarakter yang bisa mengolah sumber dayanya secara mandiri. Ah bakal kerenlah pokoknya ;;)

Q7. Bagaimana cerita dan pencerita bisa berkonstribusi dalam pembentukan karakter anak dan bangsa?

A7. Lewat dongeng daya fantasi anak bisa lebih berkembang. Lewat dongeng anak akan dibawa ke sebuah dunia yang tanpa batas, yang pencitraannya bisa diatur sesuai imajinasi mereka. Lewat cerita/dongeng, secara tak langsung kita (pencerita atau orangtua) ikut membantu anak menambah perbendaharaan kata, karena umumnya jika ada kata-kata yang tidak dimengerti mereka pasti akan bertanya. Melalui cerita/dongeng kita akan ikut membantu anak untuk mengembangkan imajinasi, sehingga akal pikiran mereka tetap aktif, terlatih untuk memecahkan beragam masalah. Kita juga bisa menjadikan dongeng sebagai media perantara untuk menyampaikan unsur ilmu pengetahuan, pendidikan akhlak, moral, maupun nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Sehingga diharapkan nantinya melalui dongeng kita juga bisa ikut membentuk karakter anak dan bangsa.

Q8. Adakah tips untuk membuat Indonesia yg kita imajinasikan terwujud?

A8. Kita kadang perlu mempunyai mimpi, imajinasi, khayalan, keinginan yang kuat untuk mencapai sesuatu. Seperti kata Paulo Coelho, “When you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it”. Ya, jika kita punya keinginan dan niat yang kuat, dunia akan membantu kita untuk mewujudkannya. Jadi, jangan remehkan kekuatan mimpi & imajinasi. Kalau kita punya mimpi Indonesia akan lebih baik di masa yang akan datang, ya mulailah dari diri sendiri dulu. Nggak perlu menunggu atau menyalahkan orang lain. Karena yang ada sekarang kita cenderung menyalahkan, belum sampai pada tahap mampu memberikan solusi. Jangan tanyakan apa yang negara bisa berikan kepadamu tapi tanyakan apa yang bisa kau berikan pada negara.. 😉

Panjang ya? ;)). Untuk menyimak versi twitternya bisa dilihat disini. Hayo, siapa yang mau saya dongengi? :-”

[devieriana]

 

ilustrasi : http://archann.deviantart.com

Continue Reading