Tour de #KantorBaruKASKUS

 

Beberapa waktu yang lalu saya kebetulan diundang dalam acara pembukaan kantor barunya Kaskus. Rasa penasaran mendominasi kedatangan saya malam itu. Bagaimana tidak penasaran, karena katanya, kantor barunya Kaskus ini bakalan beda dengan tampilan kantor yang biasanya. Hmm, dalam bayangan saya mungkin kantornya nanti semacam ruangan luas tanpa sekat dan kubikel gitu, ya? Atau interior yang modern dengan sentuhan furniture yang futuristik mungkin?

Meskipun kantor baru Kaskus yang berlokasi di Menara Palma – Rasuna Said itu terbilang dekat dengan tempat tinggal saya, tapi tetap saja terasa jauh karena macet. Tapi syukurlah saya datang tidak terlalu terlambat. Bahkan di depan lift saya sempat bertemu dengan Mbak Ainun dan Mbak Rara Adam.

Begitu tiba di tempat acara kami disambut dengan mbak-mbak resepsionis yang sudah siap membagikan goodie bag. Sesudah mengisi buku tamu, kami lalu masuk ke ruangan yang berjuluk Green Room. Ruangan yang didesain dengan pencahayaan yang teduh, dengan sentuhan rumput dan pohon artifisial, disanalah kami (para undangan) disambut oleh manajemen Kaskus yang diwakili oleh Ghina Aliya

Selanjutnya adalah tour de office. Kami semua diajak untuk menelusuri satu persatu ruangan yang ada di kantor barunya Kaskus. Dari Green Room kami diajak melewati sebuah lorong yang lantai dan dinding kiri kanannya semua terbuat dari kayu. Dengan pencahayaan yang temaram mengingatkan saya pada jalanan tambang di bawah tanah. Di dinding sebelah kanan terpasang pigura-pigura yang berisi tulisan-tulisan/berita, dan juga foto-foto. Semacam hall of fame, gitu.

Ternyata lorong itu menghubungkan kami pada toilet yang didesain dengan unik. Dindingnya boleh kami coret-coret untuk menjejakkan nama, tanda tangan, dan akun socmed kami. Ketika menoleh ke arah kanan, terpasanglah sebuah WC duduk yang sengaja dipasang terbalik, sebagai tanda bahwa ini adalah kakus! Ya iyalah, masa ruang direksi kaya begini :mrgreen:. Uniknya, kalau tutup dudukan kloset itu dibuka, isinya adalah tempat scan sidik jari. Gokil abis, ya? πŸ˜€

spot unik di toilet kantor Kaskus

Kami lalu diajak mengunjungi sebuah ruangan luas mirip hall dengan daun-daun artifisial yang menjuntai di plafon. Sebutan bagi ruangan ini adalah Playground. Disana ada 4 divisi yang tergabung dalam satu ruangan tanpa sekat/kubikel. Ada bagian Creative, Design, Content, dan Strategist. Jangan salah, disana juga ada tempat bernama X-BOX yang bisa digunakan untuk melepas stress, main games, dan atau main musik. Asli, keren! Jadi pengen kerja disini.. *eh*. Oh ya, masih di hall yang sama, disana juga ada ruangan IT yang dilengkapi dengan scan sidik jari kalau mau masuk kesini.

Playground

Yang paling menarik bagi saya adalah ruang meeting yang ada di balik dinding. Mengingatkan saya pada scene adegan film-film sci-fi. Ketika pintu yang mirip dinding itu dibuka, didalamnya ada sederetan kursi-kursi kulit berwarna putih, dengan meja kaca, pencahayaan putih yang terang benderang, layar LCD, dan dinding yang semuanya dilapisi kaca. Jadi, nggak ada tuh yang namanya whiteboard. Yang mau meeting boleh corat-coret dan brainstorming di kaca itu.

Ruang Meeting Rahasia yang terselip di balik dinding

Berikutnya, kami diajak ke sebuah ruangan yang namanya Secret Chamber. Oh ya, sebelum ke Secret Chamber, kami diajak makan malam dulu di sebuah ruangan mirip ruang makan besar yang terdiri dari meja-meja dan bangku-bangku kayu. Yang terpenting adalah, it’s all free food here! Lumayan kan, kita nggak perlu keluar uang buat beli makan siang/makan malam. Selesai makan malam yang ditutup dengan desert berupa cendol hijau, barulah kami ke secret chamber. Disanalah sejarah Kaskus ditayangkan di sebuah giant screen. Tak kalah menariknya, selain ada games yang memperebutkan Ipad, disana kami dihibur oleh Soulvibe penampilan yang makin memeriahkan suasana malam itu. Sayangnya sih saya nggak dapet Ipad-nya.Ya udahlah nggak apa-apa, ntar beli sendiri. Jiaah, gaya! πŸ˜€

Secret Chamber yang gelap gulita

Soulvibe

Salah satu spot lucu lainnya yaitu booth foto. Disini kami boleh berfoto dengan gaya apa saja, yang nanti akan dicetak dan langsung dibagikan pada kami. Biasalah, kalau ada moment tapi nggak foto-foto kan rasanya kurang afdol ya. Apalagi di kantor sekeren ini. Wajib hukumnya! :p

booth foto Kaskus

Kalau kemarin saya kapan hari pernah nanya kantor impian dan kantor yang asik itu seperti apa dan rata-rata banyak yang menjawab seperti kantornya Google, Facebook, dll. Here we go, di Indonesia ternyata juga ada lho. Dan, kantor dengan desain unik ini sepertinya baru dimiliki oleh Kaskus, yang notabene adalah perusahaan asli Indonesia.

 

Well, akhirnya malam itu saya pulang dengan perasaan puas karena sudah diajak mengubek-ubek seluruh isi kantor keren itu. Ah, andai kantor saya yang tampilannya serius luar dalam itu tiba-tiba dirombak desain interiornya menjadi lebih hype dan modern, dengan fasilitas yang sama seperti kantornya Kaskus ini ya, pasti juga tak kalah kerennya, ya.. πŸ˜€ . Iya, tahu, nggak mungkin juga sih kayanya πŸ˜€

Nah, kalau desain kantor kalian seperti apa? πŸ˜‰

 

 

[devieriana]

 

foto pribadi

Continue Reading

The Final Result!

Sebelumnya maafkan saya yang hampir sebulan belum mengupdate blog. Kali ini bukan karena alasan malas ataupun sibuk, melainkan masalah teknis di blog. Jadi, berhubung blog saya yang diΒ http://devieriana.com sedang mati suri jadilah saya posting di blog lama saya diΒ http://devieriana.wordpress.com dulu. Mumpung ceritanya belum basi-basi banget jadi ya disempatkan share deh. Yang jelas saya ingin berbagi cerita tentang apa yang sudah saya lalui dalam sebulan ini πŸ˜€

Tentu teman-teman masih ingat dengan postinganΒ One Step Closer menuju Grand Final Desain Seragam Pramugari Citilink yang lalu, kan? Nah, tanggal 7 November kemarin adalah acara puncaknya. Acara itu diadakan di Planet Hollywood dan dihadiri oleh para undangan, manajemen Garuda Indonesia, Citilink, awak media cetak dan elektronik.

Saya sengaja mengambil cuti, khusus untuk mempersiapkan acara itu, karena memang nggak mungkin kalau hanya izin masuk setengah hari atau baru join di acara pas sudah pulang kantor. Beberapa hari sebelumnya saya masih ribet dengan pembuatan storyboard bersama Gum. Ah, saya harus banyak berterima kasih pada Gum yang sudah bersedia meluangkan waktu seharian penuh bersama saya di Kopitiam Oey dekat rumah saya untuk menyelesaikan konsep storyboard yang sesuai dengan apa yang saya mau. Padahal awalnya masih bingung, storyboard ini mau dibikin kaya apa. Tapi last minutes akhirnya kepikiran juga konsepnya mau seperti apa. Makasih ya, Gum *hugs*. Kapan-kapan kita bikin storyboard lagi ya ;))

Acara Grand Finalnya sendiri berlangsung pukul 19.00, tapi pukul 9 pagi seluruh kru dan pendukung acara wajib hadir untuk persiapan dan General Repetition/Rehearsal (GR). Kami, para finalis, berkumpul pukul 11.00 untuk melakukan latihan tampil diatas panggung bersama para model dan pramugari. Baru kali ini saya merasakan tampil bersama model beneran diatas panggung. Dulu, saya hanya menangani persiapan di backstage, dan memastikan semua model tampil sesuai dengan konsep yang ingin ditampilkan.

Jangan tanya apa yang berkecamuk dalam pikiran saya hari itu, yang jelas semua sudah saya pasrahkan sama Yang Diatas untuk apapun hasilnya nanti. Karena sampai 4 besar saja buat saya sudah keajaiban banget, mengingat saya sama sekali belum pernah ikut lomba desain semacam ini. Kalau pun dulu pernah ikut hanya sampai tahap penyisihan saja, nggak sampai ke tahap perwujudan desain dalam bentuk mock up.

Sekitar pukul 15. 00 saya, Rico, dan Dinda, keluyuran di Plaza Semanggi untuk merapikan rambut dan lalu kembali ke lokasi untuk mengadakan persiapan lebih lanjut. Ternyata Tina sudah rapi dengan tampilan make up yang soft hasil karya Mbak Irey, salah satu anggota tim Fortune PR :D. Sementara Dinda yang gantian ditangani oleh Mbak Irey, saya memilih untuk merapikan make up saya sendiri, biar sama-sama selesai tepat waktu, gitu πŸ˜€

Sekitar pukul 16.00 Mbak Era Soekamto beserta tim datang membawa revisi mock up kami dalam keadaan sudah fix dan rapi terseterika lengkap dengan gantungan yang bertulis nama masing-masing pramugari/model yang akan membawakan rancangan kami.

Jujur saya gugup, dan nyali saya langsung ciut ketika melihat hasil revisi teman-teman finalis yang lain yang mendadak langsung jadi ok. Hingga akhirnya muncul kepasrahan dalam diri saya. Posisi apapun yang akan saya raih malam ini, akan saya terima dengan besar hati. Sama sekali nggak berani berharap apa-apa, karena sudah ciut nyali duluan πŸ˜€ Whatever will be, will be, deh…

Hingga akhirnya satu jam sebelum acara, dan dentuman musik itu dimulai, kami berempat pun mulai merapat ke tempat perhelatan acara. Kami berempat duduk di pojok, depan panggung, dekat dengan meja dewan juri. Acara di awali dengan pemutaran video profile para finalis. Gimana rasanya melihat wajah sendiri tampil di giant screen? Aneh dan malu ;)) Dilanjutkan dengan sambutan dari Mr. Con Corfiatis tentang acara ini. Makin deg-degan ketika kami berempat dipanggil untuk segera ke belakang panggung, menyiapkan diri untuk tampil bersama para model dan pramugari diatas panggung. Dari layar LCD di backstage kami melihat Bapak Elisa Lumbantoruan, Mbak Era Soekamto, dan Mr. Con Corfiatis dengan mengadakan sesi tanya jawab sekaligus press conference dengan awak media cetak dan elektronik yang hadir disana.

And, here we go! Satu persatu nama kami pun dipanggil. Diawali oleh penampilan Dinda Pertiwi bersama 3 modelnya, dilanjutkan dengan saya, Rico Tuerah, dan Nurlaela Tinambunan. Ini adalah untuk pertama kalinya saya tampil kembali diatas panggung selain untuk pementasan tari. Setelah fashion show, kami pun kembali duduk di tempat kami masing-masing untuk menyaksikan kembali acara selanjutnya, yaitu peragaan flight safety demo yang diperagakan oleh para pramugari Citilink dalam balutan busana yang kami rancang.

Acara selanjutnya adalah final meeting by judges, yang terdiri dari Mr. Con Corfiatis, Bapak Elisa Lumbantoruan, Mbak Era Soekamto, dan Mbak Flo dari Citilink. Saat itu saya sudah pasrah. Apapun hasil yang akan saya dapatkan di atas panggung nanti pasti itu yang terbaik yang berhak saya terima. FYI, desain yang masuk ke panitia sejak pendaftaran dibuka hingga pendaftaran ditutup adalah sebanyak 132 desain. Seperti Mbak Era bilang pada kami sesaat sebelum acara dimulai,

“kalian itu sebenernya sudah menang. Bayangkan dari 132 desain yang masuk, kalian mampu lolos hingga ke tahap 4 besar. That was so great! So, good luck for all of you! ;)”

Oh ya, malam itu pemenang favorit pilihan media jatuh pada Rico Tuerah yang kebetulan jumlah vote-nya sama persis dengan saya dan Tina. Namun berdasarkan tepuk tangan yang paling meriah akhirnya pilihan media jatuh pada Rico. Jiyeee, Rico.. menang deh! \:D/

Detik-detik yang menegangkan itu pun akhirnya tiba. Kami berempat kembali ke backstage untuk berkumpul dengan para model yang semua badannya sudah tertutup jubah hitam bertuliskan tanda tanya besar berwarna putih. Terkesan misterius, ya? πŸ˜€ Akhirnya kami berempat pun kembali diatas panggung untuk mulai deg-degan. Hyuk mari…

Saat juri mengumumkan juara ke-4 dan mulai berputar-putar mengelilingi kami, saya sudah GR bahwa mungkin sayalah yang akan menyandang sebagai gelar juara ke-4. Tahu nggak, rasanya deg-degan banget, jadi ikut merasakan, “oh, ternyata gini ya kalau pemilihan Puteri Indonesia, kan jurinya juga muter-muter” :)) . Ketika Mbak Flo membuka salah satu jubah model dan terdengar tepuk tangan riuh ternyata juara 4 jatuh pada desain Tina, dan Tina berhak atas hadiah plakat dan 3 free ticket kemana saja by Citilink berlaku selama 3 bulan. Selamat ya, Tina ;). Nah, tinggallah kami bertiga, saya, Dinda, dan Rico yang mules di atas panggung.

Untuk menentukan juara ke-3 Mbak Era Soekamto yang kali ini berputar-putar, menelusup, berjalan diantara kami bertiga. Dan akhirnya.. TARAAAA! Salah satu jubah model Rico ternyata yang dibuka, dan dengan demikian Juara ke-3 Lomba Desain Seragam Pramugari Citilink jatuh kepada Rico Lambert Tuerah, dan Rico berhak atas 3 free ticket selama 3 bulan. Waah, selamat ya, Rico! Am proud of you! πŸ˜€

Tinggallah saya dan Dinda yang diatas panggung beserta keenam model kami yang melanjutkan kemulesan. Yang berkenan membuka jubah salah satu model kami adalah Mr. Con Corfiatis dan Bapak Elisa Lumbantoruan. Jangan ditanya gimana dinginnya tangan saya diatas panggung. Diantara kilatan blitz yang menyambar kami berdua, saya yakin Dinda juga sama deg-degannya sama saya :-s. Siapa yang jubahnya dibuka terlebih dahulu, itulah yang juara pertama, dan desainnya berhak dipakai sebagai seragam baru pramugari Citilink.

Ternyata! Bapak Elisa Lumbantoruan membuka jubah salah satu model-nya Dinda, disusul oleh Mr. Con Corfiatis yang membuka salah satu jubah model saya, tepat saat confetti berhamburan diatas kepala kami. Yaay! Selamat buat Dinda yang karyanya sudah terpilih sebagai juara pertama Lomba Desain Seragam Pramugari Citilink dan berhak atas unlimited ticket selama 6 bulan. Ikut seneng! \:D/

Demikianlah akhir kisah perjalanan panjang dan penuh liku-liku itu. Halah ;)) Oh ya, ada yang unik disini. Susunan juaranya sama persis urutannya dengan ketika kita mengambil nomor urutan pas panjurian di Garuda kapan hari. Amazing, ya?

Terima kasih untuk semua pihak yang sudah membantu hingga saya masuk ke dalam tahap ini. Terima kasih untuk Citilink, tim Fortune PR, dan juga Mbak Era Soekamto and crew yang memberikan kami kesempatan untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman yang tak akan kami lupakan ini. Terima kasih juga untuk Goenrock, Cah Ndableg, dan Gum, yang sudah mau saya repotin bikin sample batik Megamendung dan storyboard *>:D<. Juga teman-teman kantor dan komunitas Bloggerngalam yang sudah memberikan dukungan penuh pada saya *ciumin satu-satu*. Tak lupa ucapan terima kasih terbesar untuk keluarga, dan seseorang yang tidak mau disebut namanya tapi sudah memberikan dukungan yang tak kalah luar biasanya πŸ˜‰

You guys, thank you >:D< :-*

I love you all!

 

 

[devieriana]

Continue Reading

One Step Closer!

Hai, masih ingat dengan tulisan tentang perjuangan mengikuti lomba desain seragam pramugari Citilink beberapa waktu lalu? Ya, sekarang masih berlanjut, sodara-sodara. Nggak pernah terbayangkan sebelumnya kalau perjalanan yang harus saya ikuti bersama para finalis lainnya akan sepanjang dan seribet ini.

Berawal dari puluhan atau bahkan ratusan desain yang masuk ke panitia, terpilihlah beberapa desain sebagai semifinalis, dan akhirnya dikerucutkan menjadi 6 finalis yang dianggap berhak maju ke babak selanjutnya dan berkesempatan mengikuti serangkaian kegiatan baik mentoring, presentasi, sampai dengan melihat perwujudan desain kami dalam bentuk real di catwalk.

Dari serangkaian kegiatan yang diadakan oleh Fortune PR, ada sebuah sesi yang sangat berkesan, yaitu mentoring. Para finalis dibimbing langsung oleh seorang konsultan desainer yaitu Mbak Era Soekamto. Mbak Era ini adalah seorang fashion designer kenamaan Indonesia yang dikenal lewat label Urban Crew (rancangan yang bertema urban, rebellious, dan streetwear fashion) serta busana-busana ladies look berlabel Era Soekamto. Tidak pernah terbayangkan bahwa akhirnya saya akan bisa berinteraksi sedekat ini dan mendapatkan ilmu langsung dari pakarnya. Dulu, bertatap muka langsung dengan seorang Era Soekamto mungkin hanya sebatas mimpi di siang bolong, alias nggak mungkin aja, gitu. Tapi ternyata mimpi itu sekarang menjadi nyata \:D/

Pertemuan pertama saya dengan Mbak Era berlangsung pada hari Minggu, 16 Oktober 2011, di Starbuck PIM 1. Ya, hanya ada saya, Mbak Era, dan 2 rekan dari Fortune PR yang menemani sesi mentoring saya siang itu. Mengapa sesi mentoring saya kok seperti spesial sekali, privat dan di Starbuck pula? :D. Karena finalis lainnya baru akan menjalani mentoring hari Senin dan Selasa, tanggal 17 – 18 Oktober 2011 sementara di waktu yang sama, saya harus terbang ke Bali, ada tugas ke Istana Tampaksiring, sehingga sangat tidak memungkinkan jika harus mengikuti acara mentoring selama 2 hari itu. Beruntung rekan-rekan panitia sangat mengerti jadwal kegiatan saya, sehingga saya masih diberikan kesempatan untuk mengikuti sesi mentoring yang sama dengan finalis lainnya.

Di pertemuan itulah mindset saya yang selama ini berjalan lempeng, “diobrak-abrik” oleh Mbak Era. Mata dan pikiran saya pelan-pelan dibuka untuk melihat lebih jauh tentang siapa saya, apa passion saya, bagaimana bekerja di dunia kreatif, bagaimana cara membuat sebuah desain yang everlasting dan tidak membosankan, apa dan siapakah pelaku perubahan dunia, bagaimana cara menggambar postur tubuh manusia,membuat mind mapping, storyboard, dll. Sungguh saya merasa sangat beruntung, karena tanpa perlu mengeluarkan biaya saya bisa mendapatkan ilmu sebanyak itu πŸ˜‰

Jadwal yang diberikan panitia kepada kami memang sangat padat dan terkonsentrasi di Jakarta. Dalam perkembangannya, dari 6 finalis yang dinyatakan lolos, ternyata 2 finalis (dari Bali dan Surabaya) menyatakan mengundurkan diri, sehingga hanya tersisa 4 finalis saja (2 dari Bandung,Β  dan 2 dari Jakarta). Dalam waktu yang sangat singkat kami digembleng habis-habisan baik secara mindset dan arah desain yang harus kami buat. Yang paling berkesan adalah ketika kami nampak mulai jenuh dan gambar kami pun mulai sama antara desain yang satu dengan lainnya, kami harus terus menggambar, tangan nggak boleh berhenti, bahkan kami harus terus cari ide, browsing sana-sini. Ketika puluhan desain kami ajukan dan tidak ada satu pun yang di-confirmed, ya kami harus terus membuat sampai ada yang dinyatakan confirmed. Hwaa :((

Ternyata tidak mudah menggabungkan antara idealisme dan tuntutan perusahaan. Tidak semua ide ajaib bisa bisa diaplikasikan. Tidak semua yang kta anggap bagus itu sesuai dengan yang dimau perusahaan. Intinya, butuh banyak penyesuaian. Masing-masing dari kami diminta untuk membuat 3 desain seragam, terdiri dari terusan one piece, setelan two pieces, dan three pieces. Setelah puluhan desain yang kami buat ditolak mentah-mentah oleh Mbak Era, akhirnya 3 desain pun diterima untuk diwujudkan dalam bentuk mock up yang akan dipresentasikan secara langsung di depan dewan juri tanggal 28 Oktober 2011.

Nah, kalau di cerita sebelumnya saya begadang menunggu jahitan, kali ini saya begadang mempersiapkan konsep presentasi dalam bentuk power point, plus diskusi tentang storyboard dengan Cah Ndableg yang sudah baik banget mau saya repoti dengan rikues ini itu dan bawel-bawelnya saya. Makasih ya ^:)^. Begitu juga dengan Goenrock yang di hari sebelumnya saya kejar-kejar untuk menyelesaikan pola Batik Megamendung seperti yang saya mau. Bukan apa-apa, saya juga dikejar-kejar sama orang produksi :-s. Terima kasih ya, kalian sudah baik banget mau bantuin saya. Sayang deh sama kalian *group hugs* >:D<. Beruntung sudah tidak lagi mengurus mock up seperti beberapa waktu lalu, karena 15 mock up desain kami sudah dikerjakan oleh timnya Mbak Era. Pffiuh.. \:D/

Satu hal yang pasti adalah kami benar-benar stress menjelang presentasi, tidak ada satu pun dari kami (saya, Rico Lambert Tuerah, Dinda Pertiwi, dan Tinambunan Kalahari) yang berhasil tidur nyenyak. Ditengah emosi yang nggak jelas lantaran PMS, harus memaksakan otak untuk mengeluarkan ide sekreatif mungkin :-s. Jadi, jangankan tidur, untuk memejamkan mata sebentar saja rata-rata kami sudah tidak sempat. Saya sih sempat tidur, tapi itu sudah menjelang pukul 4 pagi. Si Hubby yang kebetulan belum pulang dari proyek sejak pagi karena menangani proyek kerjaan yang nyaris deadline, dini hari sekitar pukul 2 langsung meluncur untuk mengeprint storyboard yang ukuran A2 di kertas Albatros dan juga motif batik Megamendung dalam Korean Cloth di daerah Benhill. Koordinasi kami untuk soal print menge-print hanya via email, BBM dan telepon. Sangat digital sekali ya komunikasi kami, ya? ;)). Saya paksakan tidur karena paginya harus mengemsi di Upacara Hari Sumpah Pemuda. Jadi mau tidak mau ya harus menyimpan energi dan suara, karena kalau kurang istirahat suara saya mendadak parau πŸ™

Pagi-pagi sekali saya berangkat ke kantor karena upcara berlangsung pukul 07.45, jadi setengah jam sebelumnya sudah harus berada di lokasi. Alhamdulillah semuanya lancar. Selepas upacara, langsung berganti kostum dan bergerak menuju Auditorium Garuda City Centre di Soekarno-Hatta, Cengkareng, tempat dimana penjurian akan berlangsung. Sudah, kalian jangan tanya apa yang saya rasa dan apa yang ada dalam pikiran saya waktu itu. Benar-benar blank page! Pasrah dengan apa yang akan terjadi ketika penjurian nanti. Whatever will be, will be, deh :-s

Ternyata acara yang rencananya berlangsung mulai pukul 9 pagi itu baru dimulai pada pukul 10, karena kostum yang akan dipresentasikan belum datang. Sebelum kostum datang sih kami berempat masih bisa hahahihi, nge-tweet, BBM-an, dan foto-foto, padahal sih aslinya tegang semua ;)). Tapi begitu kostum mulai berdatangan, wajah-wajah kami pun mulai berubah tegang, karena itu pertanda waktu presentasi hanya tinggal menghitung detiknya saja. Satu persatu para pramugari mulai berganti kostum dengan seragam desain kami. Saya, ketika melihat mereka menggunakan baju hasil desain saya, rasanya campur aduk. Terharu dan masih tidak percaya.

Setelah Con Korfiatis beserta para juri sudah lengkap, presentasi pun dimulai. Satu persatu dari kami mulai mempresentasikan karyanya, dimulai dari Dinda Pertiwi, saya, Rico Lambert Tuerah, dan ditutup oleh Tinambunan Kalahari. Jangan ditanya saya ngomong apa aja di depan sana, yang jelas alhamdulillah sesi itu sudah terlampaui dengan baik [-o, tinggal syuting testimoni dan profil finalis saja πŸ˜€

Con Korfiatis, penasihat direksi Garuda untuk pengembangan Citilink, seusai acara mengatakan:

“Saya kagum sekali dengan pencapaian dan kerja keras kalian. Jika dibandingkan dengan desain pertama kalian, perubahan konsep desain kalian sangat menakjubkan. Hanya dalam waktu yang singkat karya kalian bermetamorfosa. Tentu akan sulit bagi kami untuk menentukan siapa yang layak untuk menjadi pemenangnya. Terima kasih untuk semua usaha kalian. Proud of you!”

Ah, akhirnya hampir selesai juga serangkaian acara yang panjang ini. Beruntung teman-teman di kantor dan juga si Bapak yang memberikan semangat dan dukungan penuh kepada saya untuk mengikuti lomba ini, walau dengan konsekuensi saya harus sering meninggalkan kantor selama setengah hari atau seharian penuh selama mengikuti acara ini :-s

Tinggal satu tahap lagi yang harus kami jalani, yaitu Awarding Nite yang jika tidak ada perubahan akan diselenggarakan di Planet Hollywood tanggal 7 November 2011 nanti. Sebenarnya ini adalah acara untuk pers dan media. Menurut informasi yang saya dapat kemarin, akan ada sekitar 70-150 media cetak dan elektronik yang akan meliput acara ini. Selain itu jajaran direksi Garuda dan Citilink juga direncanakan akan hadir dalam acara tersebut. Pffiuh..Β  *ngelap keringat*

Berdoa untuk apapun yang terbaik, karena saya yakin semua sudah berusaha menampilkan yang terbaik untuk acara ini. Terima kasih untuk semua pihak yang sudah membantu dan memberi dukungan buat saya selama mengikuti kegiatan ini. Tanpa kalian saya mungkin tidak akan sampai ke tahap ini ^:)^. Love you, guys! >:D<

Wish me luck!

[devieriana]

 

dokumentasi pribadi

Continue Reading

#Bined03 : Bincang Santai Tapi Seru

“Mbak, jaga kesehatan ya, kan kamu hari Jumat ngemsi”, demikian bunyi BBM Kreshna siang hari seminggu sebelum acara Bincang Edukasi tanggal 30 September 2011. Sedikit menunjukkan perhatian, walaupun ada butuhnya disitu, dan saya pun mengiyakan. Toh saya juga tidak ingin mengecewakan sahabat saya itu dengan tampil buruk di muka audiens dia nanti. Uhuk! *batuk beneran*

Tapi apa daya, justru di hari Minggu, tepat beberapa hari sebelum acara Bincang Edukasi berlangsung saya justru mengalami radang tenggorokan dan dilanjutkan batuk hingga saya pun demam. Mungkin efek kecapekan juga, karena hampir tiap minggu nonstop sebelum acara saya tidak punya waktu untuk istirahat. Ada saja kegiatan yang membuat saya harus keluar rumah seharian. Efeknya saya pun ambruk. Sakit ini mungkin salah satu cara badan saya berkomunikasi dan minta waktu untuk istirahat.

Dengan segera saya menuju klinik di kantor (itu juga karena dipaksa sama sahabat saya yang satu lagi yang dengan setia hampir setiap jam mengontrol saya, sekadar bertanya apakah saya sudah ke klinik atau belum). Entahlah, kalau saya nggak segera ke klinik mungkin suara saya akan tetap seperti suara nenek sihir. Singkat cerita batuk saya pun mereda dan alhamdulillah tidak membatukkan diri selama saya memandu Bincang Edukasi malam itu hingga acara selesai. *sujud syukur*

Seperti Bincang Edukasi sebelumnya, acara kali ini masih diadakan di @atamerica – Pacific Place, dengan menghadirkan 5 pembicara yang merupakan praktisi pendidikan yang sangat berkompeten di bidangnya dan akan berbagi ilmu serta pengalaman-pengalaman mereka dalam durasi 17 menit. Dalam Bincang Edukasi Meetup #3 kali ini menghadirkan Novi Hardian, Lala Purwono, Petrus Briyanto Adi, Chandra Marsono, dan Najeela Shihab sebagai pembicara.

Acara dibuka oleh Mbak Adelaine dari @atamerica yang menjelaskan sedikit tentang @atamerica beserta program-program kegiatannya, baru setelah itu menyerahkan acara sepenuhnya pada saya.

It’s a show time!

*****

Sebagai pembicara pertama yaitu Mas Novi Hardian dari Sekolah Alam Indonesia. Mas Novi ini adalah Direktur Akademik di Sekolah Alam Indonesia. Malam itu beliau berbagi cerita tentang suka dukanya selama 10 tahun mengelola Sekolah Alam Indonesia.

“Kami memiliki mimpi kelak anak-anak yang bersekolah di Sekolah Alam Indonesia akan menjadi generasi yang memimpin,” demikian kata Mas Novi membuka paparannya malam itu.

Sekolah Alam Indonesia adalah sekolah yg tidak hanya berbasis alam, tapi juga berbasis komunitas di mana yayasan, guru dan orang tua bertanggung jawab pada pelaksanaan pendidikan. Sekolah Alam Indonesia berdiri sejak tahun 1998 dan berlokasi di Ciganjur. Bisa dijumpai di situs http://sekolahalamindonesia.org.

Ada beberapa alasan mengapa dibentuk Sekolah Alam. Diantaranya adalah karena adanya keprihatinan akan kualitas hasil pendidikan nasional. Sekolah menjadi bisnis, sehingga biaya pendidikan menjadi semakin mahal. Hubungan lembaga sekolah dengan orangtua siswa semakin tereduksi sebatas penjual jasa dan konsumen. Akibatnya, peran orangtua dalam pendidikan anak-anaknya pun semakin menyempit.

Beberapa alasan itulah yang menjadi landasan awal berdirinya Sekolah Alam. Sekolah Alam memberikan sebuah konsep pembelajaran yang memanfaatkan alam semesta sebagai media belajar, sekaligus memanfaatkna kekuatan komunitas dalam menyelenggarakan pendidikan. Kenapa memilih alam? Karena alam menyediakan segala sesuatu yang bisa kita pelajari. Learning is fun, anytime, anywhere.

Dalam slide terebut Mas Novi menayangkan metamorfosa Sekolah Alam tahun 2001 hingga 2000. Sekolah Alam yang awalnya hanyalah sebuah bangunan sederhana diatas tanah rawa, pelan-pelan berubah menjadi sekolah dengan lingkungan yang hijau dan teduh. Para konseptor Sekolah Alam ini juga meyakini bahwa mutu pendidikan di Indonesia ditentukan oleh 3 faktor, yaitu guru yang berkualitas, metode pengajaran yang tepat, dan ketersediaan sumber-sumber ilmu.

Lalu, apa maksud sekolah yang berbasis komunitas? Tidak ada pemilik individual. Pemilik sekolah adalah semua pemangku berkepentingan. Siapa saja mereka? Mereka adalah guru, orangtua, karyawan, dan siswa. Penyelenggaraan pendidikan tidak berorientasi pada profit semata. Kalau boleh saya meminjam istilah Mas Novi, “pendidikan anak adalah fardhu ain yang dikerjakan secara berjamaah”. Tumbuh kembang sekolah adalah tanggung jawab bersama.

Di akhir paparan Mas Novi menyebutkan bahwa, pendidikan yang berkualitas bukan hanya untuk kalangan tertentu saja, tapi untuk semua. Setiap anak itu unik. Mereka punya potensi yang bisa dikembangkan. Oleh karena itu mereka berhak mendapatkan peluang yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik sesuai dengan potensinya.

Ah, sudah selayaknya saya menjura dalam-dalam buat Mas Novi dan segenap pengajar di Sekolah Alam. Thumbs up! :-bd

 

*****

Malam itu praktisi homeschooling Mira Julia (bisa dijumpai di akun twitter @_lala_ ) menjadi pembicara yang kedua. Secara pribadi, ini adalah topik yang selalu mengulik rasa penasaran saya tentang bagaimana seorang anak bisa menjalani pendidikan yang maksimal di rumah. Mbak Mira Julia –yang akrab dipanggil Mbak Lala– membagikan tips dan pengalamannya tentang bagaimana beliau menggunakan konsep homeschooling sebagai cara untuk memberikan pendidikan bagi putranya sehingga mampu mengantarkan putra tercintanya lulus Ujian Nasional SD dengan hasil yang baik. Kuncinya adalah di konsep : belajar itu dilakukan karena membutuhkan dan menyukai.

Pendidikan itu identik dengan istilah belajar-mengajar. Menurut Mbak Lala ada dua perbedaan signifikan tentang cara pandang patut dicermati antara metode pengajaran sekolah dan homeschooling. Yang pertama, sekolah berpandangan bahwa anak itu ibarat kertas putih kosong yang harus diisi. Sementara cara pandang homeschooling adalah setiap anak terlahir jenius, tinggal kita sebagai pengajar dan orangtua yang menggali potensi anak. Jadi bukan hanya melulu menjejalkan materi, tapi juga mengeluarkan apa yang mereka miliki. Cara pandang berikutnya yang berbeda adalah di fokus pendidikan. Fokus sekolah adalah menjadikan anak pintar. Sedangkan homeschooling berfokus pada bagaimana menjadikan anak sebagai pembelajar mandiri. Oh ya, ternyata kebiasaan mengobrol dan bertukar pikiran (berdiskusi) dengan anak juga merupakan fondasi terbaik dalam pendidikan anak lho. Jadi, mulailah sering menjalin komunikasi dengan anak πŸ˜‰

Mbak Lala mengutip pernyataan Robert T. Kiyosaki, “arti kata Education dalam bahasa asalnya adalah Educare, yang artinya mengeluarkan”. Jadi, jika menilik arti kalimat yang dikemukakan oleh Robert T. Kiyosaki tersebut berarti konsep homeschooling ini sudah dalam konsep pengajaran yang sesuai.

Oh ya, ada hal menarik yang dikemukakan oleh Alvin Toffler, dalam slide yang dipaparkan oleh Mbak Lala itu menyebutkan bahwa yang dinamakan buta huruf abad ke-21 itu bukanlah orang yang tidak mampu membaca/menulis, tapi orang-orang yang tidak mampu melakukan learn, unlearn, dan relearn. Semoga kita bukan termasuk dalam golongan orang yang buta huruf itu ya :-s

Homeschooling membebaskan anak untuk mengeksplorasi dunianya. Namun lebih dari itu, homeschooling juga mengajak orangtua untuk ikut berperan aktif dalam kualitas pendidikan anak-anaknya. Karena seperti yang diutarakan oleh Naomi Aldort, seorang penulis buku parenting :

“Raising Our Children, raising ourselves..”

 

*****

Pembicara ketiga memberikan tema pembelajaran yang tak kalah menariknya dengan dua pembicara sebelumnya. Kali ini kita menghadirkan Mas Petrus Briyanto Adi yang bisa dijumpai di akun twitter @pbadi, lebih akrab dipanggil Adoy. Mas Adoy ini adalah produser, composer dan musisi band Cozy Street Corner. Dia juga composer, co-produser dan musisi di BONITA & the husBand. Kali ini Mas Adoy akan berbagi tentang Valuing Music Project. Penasaran kan apa itu Valuing Music Project? Sama, saya juga πŸ˜€

Mas Adoy membuka presentasinya dengan membawakan sebuah lagu yang berjudul Rumah Temanku. Walaupun dibawakan secara sederhana tapi asli keren banget, suaranya itu lho meneduhkan (pohon kali’ teduh). Dia mengatakan bahwa pada dasarnya tidak ada seorang pun yang tidak musikal. Musikal artinya mampu menginderai dan merespon musik. Dia lalu meminta kita untuk memejamkan mata, membayangkan sebuah lagu yang paling berkesan dan paling kita ingat. Saya pun mulai memutar ingatan saya pada lagu Mama yang pernah dinyanyikan oleh Spice Girls. Lagu itu berkesan karena sangat “saya dan Mama” banget :D. Beberapa diantara kami ditanya apa lagu yang ada dalam benak kami dan sebutkan apa alasannya menyukai/mengingat lagu tersebut. Ternyata bisa ditarik kesimpulan bahwa musik itu bukanlah sebuah objek, melainkan experience. Setuju! πŸ˜‰

Tidaklah terlalu berlebihan jika ada yang mengatakan tanpa musik dunia akan hampa. Sama seperti hidup, peak experience atau tingkatan paling advance dalam musikal adalah fase ketika ketika kita bisa memberi makna dalam musik. Namun kenyataan yang ada di dunia pendidikan kita adalah ketika di sekolah murid diminta untuk hafal not, tahu hitungan, birama, dst. Yang intinya pendidikan musik itu tidak ada kaitannya dengan pengalaman. Hmm, atau mungkin maksudnya biar murid “melek” notasi dulu kali ya? CMIIW..

Mas Adoy mengatakan bahwa ada irisan antara musik dengan pendidikan. Ada hubungan antara musik dan pendidikan, karena sejatinya musik bisa menciptakan atmosfer yang memudahkan proses belajar. Selain itu musik juga berfungsi sebagai sarana survival, teman hidup, cara untuk mengekspresikan diri, dll. Keren ya? Padahal selama ini mungkin kita hanya menganggap musik sebagai salah satu sarana hiburan. Eh tapi kalau saya, musik itu juga bisa sebagai sarana untuk relaksasi diri dan pembangkit mood lho. Curhat dikit gapapa ya πŸ˜‰

Di akhir presentasi Mas Adoy mengajak kita untuk membayangkan satu kualitas baik yang membuat hidup lebih baik lagi. Pilih dua suku kata saja. Wiih, mau bikin lagu apa lagi nih Mas Adoy dengan kata-kata itu ya? ;;). Saya pun memilih kata “indah”.

“Aku indah, kamu indah, semuanya indah. Bersama semua, dunia semakin indah”.

JREEENG! πŸ˜‰

*****

Setelah kita sedikit dihibur sama Mas Adoy, kita kembali ke topik yang serius tapi masih tak kalah menariknya. Kita menghadirkan Mas Chandra Marsono yang membawakan topik Cross Culture Management. Mas Chandra Marsono ini adalah Dosen di STIE Trianandra, Business Development Manager di Oxford Course Indonesia Education, Founder & Board of Director di PT Sedna: Writers Academy, TOEFIS, dan Committee Member di FreSh [Freedom of Sharing]. Wiih, banyak ya jabatannya? πŸ˜€

Nah, sekarang apa itu Cross Culture Management? Cross Culture Management itu adalah cara bagaimana memahami kultur budaya seseorang, dan menggunakannya untuk mendapatkan sebuah hubungan yang kondusif dan saling menghormati.

Pertanyaan menarik yang dilontarkan oleh Mas Chandra, “ketika bertemu dengan orang asing banyak orang Indonesia yang minder, kenapa?”. Budaya itu diwariskan, tidak terletak pada DNA manusia. Budaya juga akan membentuk asumsi dasar, norma, dan nilai. Budaya mencitra dalam diri seseorang hingga dia berusia 7 tahun melalui Mental Conditioning. Jadi kalau ada orang Indonesia yang minder ketika bertemu dengan orang asing berarti ada budaya Indonesia yang membentuk perilaku seperti itu. Dari mana saja pengaruh itu didapatkan? Bisa dari orangtua, lingkungan, sekolah, dan pribadi.

Nah, itulah jawabannya πŸ™‚

 

*****

Sebagai pembicara terakhir adalah Mbak Najeela Shihab, pendiri Sekolah Cikal & Rumah Main Cikal. Malam ini Mbak Ela –demikian beliau kerap dipanggil– akan berbagi pengalaman dan kisah tentang konsep & mimpi-mimpi pendidikan yang coba diterapkan melalui Sekolah Cikal.

“Saya punya pengalaman sekolah ‘sukses’. Kuliah cepat & lulus cumlaude. Tapi saya merasa tidak bermakna,” demikian Mbak Ela membuka paparannya malam itu. Dari situlah bermula ide terbentuknya Sekolah Cikal dan Rumah Main Cikal.

Belajar itu sequential atau continuous? Sekolah Cikal percaya bahwa belajar itu continuous. Sekolah Cikal berdiri 13 tahun yang lalu, berawal dari preschool. Hingga saat ini sudah berdiri SD, SMP, dan tahun ini mulai berdiri SMA-nya. Sekolah Cikal juga sudah berada di Jakarta dan Surabaya, dalam waktu dekat segera menyusul berdiri di kota-kota lainnya.

Sekolah Cikal menerapkan sistem Five Stars Competencies:
1. Emmotionally, spiritually, and morally rich;
2. Skilfull and an effective thinker;
3. Breadminded and phisically sound;
4. Self-regulated learner;
5. Empowering member of just, sustainable, and peaceful global society

Mbak Ela menyebutkan bahwa kurikulum pendidikan itu ada 2, intangible curriculum (tidak konkret, abstrak) & tangible curriculum (nyata). Alasan mengapa Sekolah Cikal didirikan adalah karena sesungguhnya pendidikan itu dibentuk oleh intangible curriculum, karena Sekolah Cikal percaya bahwa creativity comes from a diciplined mind.

Dalam slide-nya Mbak Ela juga menyebutkan bahwa konspirasi terbesar pendidikan adalah school then life dan school for life. Ada hal yang harus dipilih antara apakah kita sekolah dulu baru kerja untuk hidup (meskipun pekerjaan itu nantinya tidak ada hubungannya dengan dunia pendidikan yang pernah dijalani), ataukah sekolah itu harus mampu merepresentasikan dunia yang akan dihadapi sehingga anak siap utk terjun kesana? Sepertinya (idealnya) pilihan kedua ya, walaupun banyak yang “terjerumus” dalam pilihan pertama. Iya, termasuk saya ;))

 

*****

Ketika jarum jam menunjukkan pukul 21.00, berakhir pulalah acara Bincang Edukasi Meetup #3. Alhamdulillah semua berjalan lancar dan menyenangkan. Ada banyak pembelajaran yang saya dapatkan malam itu, dan utamanya bisa bertemu dengan beberapa teman baru yang sebelumnya hanya saya kenal di timeline.

Terima kasih juga buat Mas Adoy yang sudah memberikan pencerahan seusai acara Bincang Edukasi tentang apa itu suara Voice Over. Ternyata itu adalah istilah untuk suara yang sering digunakan untuk iklan, sulih suara, suara MC, dan suara yang biasa digunakan dalam acara-acara kenegaraan. Suara yang “utuh”.

Uhuk! I’m honored.. *menjura*

Terima kasih buat semuanya. Sampai bertemu dalam Bincang Edukasi Meetup #4 bulan November nanti ya πŸ™‚
:-h

 

 

[devieriana]

 

dokumentasi pribadi

Continue Reading

Kisah Dibalik Keisengan Itu

Sebelum saya cerita ini itu, mumpung masih bulan Syawal, izinkanlah saya mohon maaf lahir bathin buat semuanya, terutama karena saya sudah lama nggak posting tulisan apa-apa :(( *sungkem*. Bukan maksud hati tidak ingin posting tulisan apapun setelah sekian lama, namun karena kesibukan dan jaringan yang kurang bersahabat mengakibatkan sekian banyak cerita saya menjadi untold stories :(.

Nah, sekarang saya mau cerita tentang sebuah event besar yang diselenggarakan olehΒ  Citilink sejak bulan lalu sampai dengan bulan ini. Sebenarnya memang dari awal saya sudah mau ikut. Ya, kalau dibilang niat banget sih enggak juga, tapi saya mau ikut. Iseng-iseng berhadiahlah, pikir saya. Nah tapi, berhubung kesibukan dan beberapa acara yang hampir ada di setiap weekend, plus mood yang naik turun, akhirnya desain yang seharusnya segera dibuat dan segera di-submit kepada panitia pun terbengkalai. Kalau saja saya tidak memaksakan diri untuk membawa “peralatan perang” saya berupa krayon, pensil, penghapus, dan spidol ke kantor lalu menyelesaikannya disana, mungkin sampai akhir deadline desain itu tidak akan terwujud.

Menggambar di kantor itu tantangannya banyak. Ide belum pasti ada, dikerubuti teman-teman (berasa tontonan), kerjaan yang silih berganti datang menghampiri. Ya maklum, saya kan menggambarnya pas jam kerja :p. Setelah melalui perjuangan berat, desain baru selesai pukul 4 sore, tapi baru bisa saya submit ke wall Citilink sekitar pukul 9 malam. Biasalah, koneksi ajrut-ajrutan. Tapi syukurlah akhirnya bisa terkirim juga di wall fanpage Citilink di facebook.

Jujur saya sudah jarang buka facebook. Sesekali sih buka tapi parahnya saya sempat lupa kalau ikut lomba desain seragam itu. Makanya ketika masuk semifinal dan final kemarin saya justru tahunya dari teman, bukan hasil melihat sendiri. Tahu-tahu dikasih selamat aja.

Nah, sekarang saya mau cerita tantangan terbesarnya. Ketika saya diumumkan masuk final, waktu untuk mempersiapkan desain menjadi mock upΒ (baju jadi) tinggal beberapa hari menjelang libur lebaran. Bisa dibayangkan dong betapa paniknya saya. Seperti sewajarnya lomba desain, peserta yang dinyatakan sebagai finalis ujung-ujungnya pasti akan diminta membuat mock up desain dan presentasi. Kebetulan saya kebagian tanggal 12 September 2011. Disitulah paniknya. Toko kain diΒ  Tanah Abang sudah banyak yang tutup karena menjelang lebaran, dan warna kain yang ditentukan termasuk jarang ada di pasaran (saya mencari warna yang sesuai dengan permintaan Citilink yaitu Pantone 355C dan atau 360C). Demi mendapatkan warna yang sesuai, kemana-mana saya bawa 2 lembar Pantone warna itu untuk ditunjukkan ke setiap toko kain, supaya warna kain yang saya beli tidak terlalu lari dari yang sudah ditentukan. Benar-benar perjuangan yang melelahkan mencari warna yang sesuai untuk dua desain saya itu, selain juga harus mengejar waktu ke penjahit sebelum mereka mudik lebaran :((

Setelah tahapan yang menegangkan itu saya pikir saya sudah boleh bernafas lega. Iya dong, kan kain dan penjahit sudah dapat, tinggal menunggu hasil jadinya saja, kan? Oh jangan salah, ternyata “cobaan” tidak berhenti sampai disitu. Penjahit yang saya harapkan bisa menyelesaikan 2 desain saya maksimal tanggal 10 ternyata memberitahukan hal yang membuat saya kaget bukan kepalang. Tukang potong yang juga sekaligus tukang pola ternyata baru kembali dari Cilacap hari Sabtu tanggal 10 September. Itu artinya dia baru akan ada di Jakarta tanggal 11 September. Hanya selang sehari menjelang waktu presentasi saya. Belum lagi baca sms dia yang bilang begini : “bantu doa ya, Mbak. Semoga tukang cutting saya balik ke Jakarta tepat waktu”. Hwaa, makin paniklah saya..:((

Namun saya berusaha tenang, ketika hari Sabtu pagi, saya ditelepon Citilink.

Citilink : Halo, dengan Mbak Devi?

Saya : iya, saya sendiri. Dari mana?

Citilink : saya dari Citilink, Mbak. Mbak Devi sudah tahu kan kalau Mbak presentasi hari Senin tanggal 12 September 2011 pukul 09.00-10.00?

Saya : iya, Mbak.. Saya sudah terima emailnya kok..

Citilink : ok, Mbak.. Mbak Devi bisa hadir kan? Sudah siap dengan mock up desainnya kan?

Saya : insyaallah hadir, Mbak. Insyaallah siap..

Citilink : baik, sampai ketemu hari Senin jam 9 ya, Mbak..

Saya : iya, Mbak.. Makasih πŸ™‚

Habis tutup telepon,barulahΒ  rasa suntuk, bete, dan gelisah, campur aduk jadi satu. Kalau orang Jawa bilang “kemrungsung” alias galau. Hanya bisa pasrah dan berdoa semoga diberikan ketenangan, setidaknya hingga saya dipertemukan dengan penjahitnya besok. Jika memang ini adalah rezeki saya dan berkah, semoga dimudahkan dan dibukakan jalannya oleh Allah Swt. Sudah, itu saja doa saya. Terlalu berisiko memang. Suami sih pengennya saya ambil kain yang sudah ada di penjahit itu lalu kita keliling cari penjahit yang lain. Tapi entah kenapa, saya kurang setuju dengan ide itu, karena si Mbak penjahit menyanggupi dan bersedia lembur sampai jahitan selesai. Sampai salah satu sahabat yang saya curhati mengajak untuk shalat dhuha bareng, biar saya lebih tenang. Uniknya posisi saya di Mampang, dia di Cibubur :). Tapi terima kasih lho, saya jadi sedikit lebih tenang dibandingkan sebelumnya πŸ™‚ >:D<

Hari Minggu, tanggal 11 September 2011, tepat pukul 9 saya akhirnya bertemu dengan bapak pembuat pola. Setelah berdiskusi dan menjelaskan maksud desain yang saya maksudkan akhirnya dia pun mulai mengerjakan desain saya yang ribet itu. Ya gimana nggak ribet, lha wong saya dengan tega menggabungkan dua model menjadi satu. Kulot sekaligus sackdress (rok terusan). Jadilah desain yang hybrid. Mumet, mumet deh yang bikin pola. Duh, maaf ya Pak, sudah merepotkan.. :-s. Penjahit saya pun menjanjikan kedua baju itu bisa selesai sekitar pukul 10 malam. Jadi yuk mari kita melekan..

Nah, sekitar pukul 9 malam terjadi sedikit kehebohan. Si Mbak penjahit mendadak sms dan bilang kalau kancing bungkus yang saya minta ternyata tidak ada, sudah dicari ke beberapa toko tidak ada yang ready stock. Makin paniklah saya, mau cari kemana saya malam-malam begitu, jam 9 lebih, plus hari Minggu pula :-s. Terus gimana caranya mengancingkan baju kalau kancingnya sendiri nggak ada? :((. Mau dikasih lem? Ditempel pakai double tape? Sepanjang jalan menuju tempat penjahit itu saya gelisah. Wajah si hubby sudah tidak terdeskripsikan, apalagi saya. Tak henti-henti berdoa semoga ada keajaiban yang terjadi pada saya. Sesampainya disana, alhamdulillah ternyata si Mbak penjahit menyimpan 1 gross kancing warna hijau sisa produksi, yang ketika saya pasangkan di baju saya itu warnanya pas sekali. Alhamdulillah.. *sujud syukur*

Sudah lega dong ya, kan sudah beres, tuh? Oh, siapa bilang? Ternyata setelah saya cek lagi ternyata kemeja hijau mudanya salah model. Oh, no.. :((. Itu artinya jahitan harus dibongkar, harus dibuat pola baru lagi, dan yang jelas itu sangat memakan tenaga dan waktu. Yang seharusnya pukul 22.00 seluruh jahitan sudah jadi, terpaksa molor hingga pukul 01.00 dini hari. Bayangkan, jam segitu saya masih berkutat dengan jahitan dan tukang jahit. Syukurlah, tepat pukul 01.00 seluruh jahitan selesai dalam keadaan sudah rapi terseterika dan dimasukkan dalam portable suit cover, dan saya tiba di rumah seperti habis pulang dugem dong, pukul 02.00 dini hari.. Pffiuh..

Singkat cerita, keesokan harinya, tepat pukul 09.00 saya presentasi di depan Con Korfiatis, beberapa flight attendant, dan beberapa orang dari management Citilink. Awalnya 2 baju itu hanya saya gantungkan sambil saya jelaskan desain saya. Tapi Si Con rupanya kurang puas, maka 2 flight attendant diminta untuk mencoba baju-baju saya. Sempat khawatir kurang pas di badan mereka. Tapi syukurlah, pas, ya walaupun tidak sengepas kalau pakai ukuran mereka sendiri ya. Alhamdulillah presentasi selama satu jam itu berjalan lancar, saya pun tak lagi nervous, karena mungkin saya bawa santai kaya orang lagi ngobrol atau ketika saya sedang ngemsi, kali ya. Kalau menang ya alhamdulillah, kalau kalah pun tak apa. Yang penting sudah berusaha, setidaknya saya sudah mencoba walaupun berangkat dari iseng. Oh ya, foto-foto peserta lainnya bisa dilihat di sini .

Nah, jika direnungkan, sepanjang perjalanan “keisengan” saya hingga menuju final ini (ternyata) saya sudah melakukan sebuah hal yang gambling sekali. Bayangkan, saya percaya bahwa desain saya itu akan beneran jadi, dan berani-beraninya saya menyatakan bahwa saya akan hadir dalam acara presentasi padahal yang di penjahit masih berupa lembaran kain 3 meteran. Lha kalau ternyata tukang cutting/jahitnya nggak jadi datang, jadi apa kain-kain saya itu? Taplak? Seprei? Gorden? :-s

Oh ya, masih ada satu acara lagi, sebagai acara puncaknya yaitu pengumuman yang dikemas dalam acara fashion show, seperti selazimnya launching seragam sebuah maskapai penerbangan. Kalau acaranya terbuka untuk umum, datang yuk! Kasih semangat buat saya gitu :). Untuk waktu dan tempatnya masih tentatif sih. Jujur, saya tidak berani berharap banyak dari hasil semua keisengan ini. Yang jelas, apapun hasilnya akan saya syukuri, kok πŸ™‚

Do your best, and let God do the rest.. πŸ˜€

[devieriana]

dokumentasi pribadi

Continue Reading