Bincang Edukasi Meetup #6

Tanggal 20 Mei 2012 yang lalu, masih bertempat di At America – Pacific Place Jakarta, Bincang Edukasi Meetup #6 kembali digelar. Masih dengan MC yang sama, dan dengan format acara yang sama, kita menghadirkan 5 orang presentan yang akan berbagi ide, ilmu, dan pengalamannya dalam dunia pendidikan selama 17 menit tanpa sesi tanya jawab, dan di sesi berikutnya akan ada sesi diskusi pendidikan dengan penonton.

Penyelenggaraan Bincang Edukasi Meetup #6 ini sengaja kita pindahkan menjadi di akhir pekan untuk mengetahui perbandingan animo penonton antara Bincang Edukasi yang diselenggarakan di hari kerja dan di akhir pekan. Ternyata, acara yang kemarin ini jumlah yang hadir jauh lebih banyak dari pada acara sebelumnya, karena hampir semua bangku di At America terisi penuh. Yaay! \:D/. Nah, siapa sajakah pembicara kita kali ini? Check it out! 😉

Sebagai pembicara pertama kita menghadirkan Nia Daianti dari Education USA, yang mengambil topik tentang tata kelola workshop di sekolah-sekolah di Amerika (semacam mengajar dengan metode lokakarya). Dalam slide pembukanya, Nia menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan workshop ini adalah sekelompok kecil siswa yang berkumpul dalam waktu tertentu dan mendiskusikan hal tertentu dengan tema tertentu yang dalam kelompok itu siswa bisa berdiskusi, berbagi ide, saling memberi masukan kepada rekan lainnya dalam kelompok tersebut. Jadi sebelum bertemu, siswa sudah harus mempersiapkan diri dan mempelajari materi yang akan didiskusikan. Metode ini menitikberatkan siswa sebagai pusat proses belajar mengajar (student centrered). Sedangkan fokus pembelajaran workshop ini adalah konteks/materi pembelajarannya.

Untuk mempersiapkan sebuah workshop, sebelumnya siswa harus mempelajari dulu semua materi dan teori-teori yang akan dibahas dalam workshop tersebut. Guru juga harus membuat pedoman (guidelines) yang jelas bagi siswa, sekaligus membuat handout. Sedangkan siswa wajib menulis semacam resume, yang merupakan respon mereka terhadap materi yang sedang menjadi fokus bahasan.

Tujuan dari metode pembelajaran ini adalah untuk memotivasi siswa agar berani mengemukakan pendapat, dan meningkatkan wawasan mereka. Selain itu kegiatan ini juga bertujuan untuk berbagi ide dengan rekan sekelasnya guna menjembatani perbedaan antara teori dan praktik, sekaligus mengajak siswa untuk belajar berpikir kritis, dan membangun hubungan antarsiswa. Manfaat lain yang lebih besar dari metode workshop ini adalah ingin membuat siswa merasa dibutuhkan, membangun sense of ownership, membangun komunitas yang berbasis lingkungan, belajar mengekspresikan constructive critism, mempraktikkan kemampuan berpikir secara kritis dan analitis, serta membangun self confidence.

Inspiring, ya? 😉

—–

Presentan kedua, ada 3 orang ganteng, karena kebetulan semuanya laki-laki ;)). Ada Petrus Briyanto Adi (Adoy), Iga Massardi, dan Ruchul Ma’ani dari Kursus Gitar Gratis (KGG), yang akan berbagi tentang inisiatif kelas gitar mingguan gratis. Menarik, ya? Pencetusan ide Kelas Gitar Gratis ini bermula dari obrolan santai antara Iga Massardi dan Adoy yang menginginkan adanya kelas gitar gratis yang bisa diikuti oleh siapa saja yang mau belajar. Dari situlah ide kelas gitar gratis bagi semua orang terwujud. Ruchul Ma’ani yang awalnya ingin belajar gitar justru ditawari menjadi salah satu pengajar, karena sejak awal masuk mungkin sudah terlihat cukup expert, ya? ;))

Kelas Gitar Gratis (KGG) ini pertama kali diselenggarakan di Taman Suropati, sekitar bulan Agustus 2011, pukul 16.00 s.d. pukul 17.00. Siapa saja yang boleh ikut KGG ini? Siapa saja boleh, asalkan niat dan punya gitar (boleh punya sendiri, boleh pinjam temannya), yang penting datang ke sana sudah membawa gitar. Ingat ya, gitar! Bukan suling!

Tujuan diadakannya pembelajaran di ruang terbuka semacam ini supaya belajar gitar terasa jauh lebih menyenangkan, rileks, dan tidak membosankan. Cara pendaftarannya pun cukup mudah, sambil promosi akun, biar sekalian nambah follower sih ini namanya, cukup follow akun twitter @KGGJkt, @igamassardi, @pbadi, dan @pinknista. Gampang, kan? ;))

Nah, bagaimana membuat supaya proses belajar bisa terfokus sesuai dengan tingkat kemampuan siswa? Tentu saja siswa akan “disaring” terlebih dahulu untuk mengetahui grade kemampuan mereka. Selanjutnya akan dibentuk cluster-cluster kecil sesuai dengan grade masing-masing siswa.

Nah, bagi yang ingin belajar musik secara gratis, bisa langsung follow akun tersebut di atas, dan mulai ikuti kelasnya setiap hari Minggu di Taman Suropati Menteng, pukul 15.00.

—–

Pembicara yang ketiga ada Lyra Puspa dari Pillar Business, yang siang itu berbagi tentang pentingnya pendidikan kewirausahaan bagi anak. Beliau mengatakan bahwa kewirausahaan itu tidak selalu identik dengan masalah kaya, dan atau masalah uang. Kewirausahaan menurut dia adalah kemandirian (ekonomi, politik, berpendapat, mengatur hidup dengan lebih baik), kesejahteraan (bukan kekayaan), ketika menjadi seorang enterpreuner kita tidak lagi menyalahkan pemerintah, membuka lowongan kerja bagi diri sendiri dan orang lain, memberi solusi bagi diri sendiri, orang lain dan bangsa. membangun jati diri dan kemandirian kita.

Motivasi saja tidak cukup, tapi perlu didukung strategi yang tepat, pendidikan kewirausahaan yang berkesinambungan, dan pendampingan. Seperti contohnya di Amerika, sebuah enterpreunership yang dilakukan tanpa pendampingan, usaha kecil rata-rata gagal 50% dalam 5 tahun pertama. Itu menunjukkan betapa pentingnya pendidikan kewirausahaan. Ketika seorang mulai membuka usaha, dia diibaratkan seperti bayi, belum bisa apa-apa, yang penting punya dulu – bagaimana dia penetrasi pasar dan survive – ketika sudah survive bagaimana dia bisa profitable dan tumbuh berkembang – ketika dia sudah profitable bagaimana dia bisa mengelola secara profesional – ketika sudah bisa mengelola secara profesional bagaimana dia bisa menduplikasi. Kewirausahaan tidak hanya diajarkan tapi ditularkan. Di dalam pendidikan kewirausahaan ada mentoring: training (technical dan strategic), coaching (menggali apa yang ada dalam diri mereka), advising (menularkan dari pengalaman yang sudah ada lebih dahulu), therapy (menghilangkan rasa takut gagal), leveraging melalui integrasi, dan publikasi berbasis data.

Enterpreunership bukan hanya bermodal semangata saja tapi juga dibutuhkan riset. Hingga akhirnya enterpreunership adalah habit dan lingkungan.

—–

Pembicara berikutnya adalah Nisa Faridz dari Sampoerna School of Education yang akan membahas tentang konsep pendidikan bagi calon guru yang diterapkan oleh Sampoerna School of Education. Di awal paparannya Nisa menyampaikan sebuah cerita uniknya tentang bagaimana dia mendapatkan banyak pelajaran berharga saat di lapangan softball. Dari situlah dia memandang apa itu pendidikan, pendidikan bisa didapatkan di mana saja.

Ketika dia selesai S2 dia ingin kembali ke sekolah, dia ingin menjadi praktisi pendidikan, punya sekolah sendiri, sekecil apapun itu, dia akan membangun sekolah sesuai dengan idealismenya dalam mendidikn murid2nya nanti. Menjadi dosen itu diluar rencananya, dari apa yang dia ketahui jabatan dosen adalah jabatan yang berorientasi pada jabatan akademik dan struktural, dan itu sama sekali bukan cita-cita dia. Dia hanya ingin berkarya dan berkontribusi nyata bagi pendidikan dengan mengajar secara langsung atau punya sekolah sendiri.

Di Sampoerna School of Education, Nisa mengajar tentang Metode Penelitian. Tapi ketika sampai di bab Etika penelitian dia tidak ingin menceramahi bagaimana meneliti dengan etis, dia hanya meminta mereka menceritakan melalui drama, melalui gambar/poster, bagaimana penelitian itu dilakukan secara etis. Karena jiwa Nisa yang ingin selalu ingin dekat dengan sekolah, guru, dan siswa, ketika menyelesaikan S2-nya dia bergabung dengan Sampoerna Foundation Teacher Institute.

Dengan bergabung dengan Sampoerna Foundation Teacher Institute dia benar-benar merasakan bagaimana sebuah institusi berusaha walk the talk, benar-benar mencoba menjalankan sebuah teori. Mereka menginginkan bahwa semua pengajar lulusan Sampoerna School of Education adalah educators yang bisa mengajar dengan pendekatan pembelajaran aktif. Artinya dosennya juga wajib paham dan bisa menjalani proses pembelajaran yang aktif itu seperti apa.

Etika Profesional Guru adalah salah satu mata kuliah yang jarang ditemui di kampus lain tapi diajarkan di Sampoerna Foundation Teacher Institute. Tantangan guru Indonesia di abad 21 adalah guru yang punya etika. School Experience Program merupakan program yang dijalankan setiap semester. Sejak semester 1 mahasiswa praktikum di sekolah rekanan Sampoerna Foundation Teacher Institute, semacam lab school. Bagusnya, ketika akan skripsi mereka sudah tahu akan mencari topik apaapa, karena mereka sudah terbiasa dihadapkan dengan isu-isu yang real terjadi di dunia pendidikan seperti apa. Mahasiswa juga diajak berpikir ilmiah sejak awal.
School is cultural landscape where the community members share their knowledge skills, interests, and beliefs, it is an organics place where fresh culture may be cultivated (Butcher, 2010)

—–

Pembicara terakhir kita adalah Bapak Nurrohim dari Sekolah Masjid Terminal Depok, yang akan berbagi kisah tentang inisiatif sekolah berbasis kecerdasan majemuk bagi anak jalanan di Depok. Sekadar informasi, Sekolah Master (Masjid Terminal) ini mendapatkan penghargaan sebagai Sekolah Alternatif Terbaik Se-Jawa Barat \m/

Sekolah Master ini adalah sekolah alternatif untuk masyarakat marjinal, anak-anak tidak mampu yang awalnya didirikan di sekitaran Depok, yang pertama kali didirikan di Depok oleh Pak Nurrohim tahun 2000. Siapa saja yang bisa bergabung dengan Sekolah Master ini? Pak Nurrohim sambil berseloroh mengatakan, “persyaratannya cuma 3, miskin, hidup, mau. Udah, bisa diterima!” Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum berbasis kebutuhan. Awalnya Sekolah Master ini kelasnya terbuat dari kontainer bekas. Sampai dengan sekarang sudah ada 10 Sekolah Master, diantaranya ada 4 pesantren yang berbasis enterpreuner, yang menghasilkan santri-santri siap guna.

Jika kita berbicara tentang kesejahteraan sosial anak, kita bukan hanya bicara tentang pendidikan, tapi jug bicara tentang hak-hak mereka yang terampas. Rata-rata anak jalanan tidak punya akte kelahiran dan kartu keluarga, yang merupakan prasyarat diterimanya masuk sekolah formal. Tapi tidak di Sekolah Master, mereka bisa tetap mendapatkan hak mendapatkan pendidikan, di mana mereka bisa mengikuti ujian nasional sebanyak 4x dalam setahun, dan bisa diikuti dari jalur mana pun. Kalau pemerintah ada program wajib belajar 9 tahun, kalau di Sekolah Master belajar tidak mengenal usia, bisa sampai kapan saja, selama hayat dikandung badan :D.

—–

Dari beberapa kali saya mengikuti acara Bincang Edukasi, hingga akhirnya dipercaya sebagai salah satu kurator Bincang Edukasi Jakarta bersama Dana Oktiana (walaupun masih belum maksimal) ambience yang dibangun terasa sangat menyenangkan. Pembicaraan yang awalnya terasa akan berat buat saya yang bukan berkutat di dunia pendidikan, ternyata acara ini dikemas secara ringan, serius tapi santai. Senang rasanya bisa jadi bagian dan memiliki semangat yang sama dengan para education evangelist, para inisiator pendidikan.

Intinya adalah pendidikan adalah hak setiap manusia. Belajar bisa dilakukan kapan saja, dan di mana saja, asalkan kita punya kemauan.

Sampai jumpa di Bincang Edukasi Meetup #8 di Atamerica, Pacific Place sekitar bulan Juli 2012 :-h

 

[devieriana]

Continue Reading

Dongeng Kebun Nutrisi

Hari Sabtu, 28 Januari 2012, pukul 15.00-16.00 kemarin Tim Indonesia Bercerita Jakarta kembali tampil menghibur anak-anak. Kali ini @IDceritaJKT  bersama Sari Husada tampil mendongeng dalam Dongeng Kampung Gizi: Dongeng Kebun Nutrisi – Kidfest & Edufair 2012 di panggung utama Istora Senayan. Yaaay! \m/ \:D/

Seperti biasa, beberapa minggu sebelum tampil kami sudah berdiskusi dengan anggota lainnya via milis. Kami memang lebih banyak berkoordinasi secara online ketimbang offline demi efektifitas waktu dan tenaga, karena hampir semua anggota @IDceritaJKT adalah pekerja yang tidak bisa sering-sering ketemu kalau tidak sedang ada event, karena lokasi kerja kami terpencar jauh-jauh. Setelah berdiskusi sana-sini akhirnya saya, Dauz, Dana, dan Rika memutuskan untuk ketemu dulu dengan teman-teman dari Lotus PR yang merupakan EO dari Sari Husada yaitu Mbak Zadana dan Mas Bagus di Plaza Semanggi sepulang kami dari kantor.

Setelah acara meeting malam itu menghasilkan materi berupa PR untuk kami. Pihak klien menginginkan kami  meng-create sebuah pertunjukan dongeng yang ceritanya merupakan penggabungan ide antara nutrisi, gizi dan juga berkebun. Hmm, sepertinya harus menulis dongeng baru nih, karena stok dongeng yang sudah ada kebetulan belum ada yang memenuhi tema itu 😕

Setelah berjibaku, gedebugan sana-sini, akhirnya lahirlah sebuah dongeng yang berjudul Nubi dan Rakuza yang naskah aslinya ditulis oleh Kak Rudi Cahyo, dan dikembangkan oleh Tim @IDceritaJKT .  Setelah itu gimana? Sudah selesai? Satu setengah minggu menjelang pertunjukan dan kami belum siap dengan pemain… Baguus! Bukan karena nggak ada yang mau, tapi memang personil inti (yang sudah biasa manggung bersama) memang kurang karena banyak yang tidak bisa tampil di hari yang sama, ditawarkan ke beberapa alumni workshop Mendidik Melalui Cerita kapan hari pun kebetulan kok ya banyak yang nggak bisa :-s

Akhirnya, saya, Rika, Dana, Dauz pun memutuskan untuk meeting lagi di Plaza Semanggi. Alhamdulillah malam itu ada tambahan satu anggota baru yang siap bergabung, yaitu Deni. Halo, selamat bergabung bersama @IDceritaJKT , Kak Deni :D. Di meeting malam itu kami juga membuka penawaran di twitter. Siapa saja yang bersedia bergabung dan siap tampil bersama kami untuk acara tanggal 28 Januari 2012 dengan senang hati akan kami terima tanpa syarat. Soalnya memang kami lagi butuh banget 😀

Banyak mention yang saya terima malam itu, ya karena memang saya yang awalnya iseng membuka tawaran untuk tampil bergabung tampil di acara Kidfest & Edufair 2012 itu sih. Sampai akhirnya peran-peran tersebut satu persatu terisi dan tinggal beberapa peran saja yang belum terpenuhi karena setelah saya konfirmasi ulang ternyata di hari H nanti Si A masih ada yang di Bandung, Si B ada ujian, Si C ternyata harus tampil di acara lain, dll. Tapi syukurlah, menjelang hari H justru banyak yang menawarkan diri untuk bergabung. Ah, akhirnyaa…. >:D<

latihan di TIM

Singkat cerita, setelah bagi tugas ini itu, kami pun memutuskan untuk melakukan reading, pembagian peran, sekaligus langsung latihan di Taman Ismail Marzuki. Sebenarnya ada kejadian kurang mengenakkan siang itu karena mobil saya ditabrak dari belakang di daerah Grand Indonesia ketika akan beli konsumsi untuk latihan hingga penyok, hiks :(.  Tapi ya sudahlah, itu sekarang masih dalam penyelesaian dengan pihak penabrak deh.

Hari Jumat malam, kami berkumpul di Istora untuk rehearsal. Seperti biasa, kami tuh kalau rehearsal memang selalu begitu banyak cekikikannya, terkesan kurang serius, kurang meyakinkanlah pokoknya. Tapi alhamdulillah kalau sudah menjelang tampil tanggung jawab masing-masing langsung muncul. Pernah kok kami berbagi peran dan latihan hanya beberapa jam sebelum manggung 😉

briefing sebelum tampil

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu itu tiba. Pukul 12.00 kami sudah berkumpul dengan manis di belakang panggung. Enam set kostum dengan karakter buah, sayur, dan raksasa sudah disiapkan oleh Kak Deny. Hai, Kak Deny, terima kasih ya sudah mau susah payah mengangkut kostum-kostum itu ke Istora, hmmm… ternyata lumayan berat ya :p *nyeret plastik kostum dari pintu depan ke belakang panggung utama*. Di belakang panggung kami mulai berganti kostum dan… mulai cekakakan ketika melihat Rakuza yang tinggi besar itu harus memakai wig. Terlontar celetukan si pemeran raksasa  yang membuat perut kami kaku, “baru kali ini lho ada raksasa pake hair extension!” :)) .

Langsung tergambar setting raksasa dengan rok dan rambut yang berkibar-kibar terkena blower diiringi  backsound lagu Anang – Syahrini:

“…jangan memilih aku, bila kau tak mampu setia. Kau tak mengerti aku, diriku yang pernah terlukaaa…”

Rakuza ber-hair extension

pengisi acara (masyaalloh Rakuzaaaa! :-o)

MC

Taraaaa.. pukul 15.00 adalah jatah slot kami untuk tampil. Saya membuka acara sore itu bersama Dana. Penonton yang awalnya berjubel setelah menyaksikan penampilan Kak Bimo yang suara dan cara mendongengnya keren itu terlihat meninggalkan tempat satu-persatu. Sempat agak khawatir kalau show dongeng kami yang bertajuk Nubi dan Rakuza itu nanti bakal sepi. Tapi ternyata kekhawatiran saya tidak terbukti. Satu persatu penonton kembali memadati arena depan panggung. Anak-anak kecil terlihat antusias berebut duduk di tangga panggung, ingin menyaksikan kami lebih dekat. Ah, senangnya 🙂

kerumunan pada Bunda

menyimak dongeng bersama Bunda masing-masing

anak-anak yang khusyuk menyimak dongeng Nubi dan Rakuza

Sepanjang dongeng Nubi dan Rakuza saya bacakan, anak-anak terlihat menyimak dengan seksama. Bukan hanya anak-anaknya saja, ternyata para ayah dan bunda yang ada disitu pun betah menyimak hingga akhir cerita. Ada satu sesi dimana sempat saya hampir tidak bisa menahan tawa, yaitu ketika scene wig Rakuza mendadak lepas di panggung dan… taraaa… Rakuza mendadak mengalami problem kerontokan rambut  :))

Rakuza mengalami problem kerontokan rambut

Si Kecil ini tiba-tiba menghampiri saya sambil bilang, “namaku Lana…”

Ada berbagai kelucuan yang terjadi sepanjang acara. Apalagi di sesi berbagi goodie bag dari Indonesia Bercerita dan Sari Husada. Anak-anak berebut mengacungkan tangan padahal pertanyaannya saja belum kami ajukan, ih lucu banget sih kalian :-*. Ada pula yang belum pakai celana sudah naik ke atas panggung. Saking antusiasnya ada juga yang tiba-tiba mendekati saya sambil berbisik menyebutkan namanya (padahal ditanya juga enggak) :))

Kak Ahim rupanya sukses memerankan peran Rakuza, karena anak-anak ketakutan beneran sama dia. Sampai saya dengan konyol membujuk, “jangan takut, Sayang… anggap aja ini Syahrini, ya…”  Tapi lama-lama mikir juga, Syahrini kok segede bagong gini, berwarna hijau pula. Mungkin inilah yang disebut totalitas. Kak Ahim telah berhasil mewujudkan karakter raksasa yang sebenar-benarnya ;)). Yang lucu lagi ada yang waktu pertanyaan belum selesai dilontarkan tapi dia sudah mengacungkan tangan lebih dulu, giliran menjawab malah nanya ke temen yang ada di bawah panggung sambil mengode pakai kaki, berbisik, “eh, jawabannya apaan? heh.. heh… psst, apaan?” ;))

goodie bag IDceritaJKT

“salam bahagia, salam Indonesia Bercerita”

Bukan hanya itu, kami juga menantang 3 bunda yang berani tampil menyanyikan lagu yang kami nyanyikan sepanjang cerita Nubi dan Rakuza. Ternyata ada yang berani tampil menyanyi ke depan lho. Terima kasih buat spontanitas dan antusiasmenya ya, Bun >:D<

para Bunda yang menyanyikan OST Nubi dan Rakuza

di backstage bersama kru MetroTV

Yang paling seru adalah di backstage ternyata kami sudah ditunggu oleh crew dari Wide Shot MetroTV untuk diliput dan di-interview. Bukan hanya itu, ternyata ada Kak Pitra yang memotret kegiatan kami, dan Kak Goenrock yang mengabadikan penampilan kami dalam bentuk video. Nah, pas sesi interview sama Kak Goen ini yang lucu. Ketika saya sudah selesai direkam untuk video profile, dan hasilnya sedang dilihat ulang (review), kok ya pas di sudut sana ada penampakan Rakuza sedang ganti baju dan pakai singlet tho ya… Jyaaan, Kak Ahim ini memang merusak pemandangan  kok… ;))

Terima kasih Sari Husada yang sudah mengajak @IDceritaJKT untuk tampil di acara Kidfest & Edufair 2012. Acara yang seru! \m/. Semoga lain waktu akan ada tawaran kerja sama lain yang juga tak kalah menariknya ya 😉
*ngarep*

 

[devieriana]

Foto: dokumentasi pribadi, Kak @Pitra dan Kak @denald

Continue Reading

Berani Berinovasi?

“A dream with courage is innovation. A dream without courage is a delusion”
Anonymous

—–

Pernah nggak sih kita membayangkan dan coba flashback ke masa-masa sebelum ada teknologi? Ke jaman teknologi belum secanggih sekarang, ketika kita harus menjalankan segalanya secara manual dan serba memakan waktu. Wih, nggak bisa membayangkan bagaimana ribetnya, ya? Kalau mau kirim kabar mesti pakai kurir atau burung merpati. Kalau kemana-mana mesti jalan kaki, naik kuda, atau naik naga-naga (haiyah, berasa sinetron yang itu dong? ;)))

Nah, pernah membayangkan juga nggak sih kalau kita menjadi seorang penemu atau bahasa kerennya inovator, gitu? Enggak? Nggak mungkin? Hei, istilah penemu itu nggak selalu harus yang berbau dengan teknologi canggih lho. Nggak perlulah kita jauh-jauh membayangkan bikin robot, menemukan listrik, atau pesawat terbang seperti halnya Thomas Alva Edison atau Wright Bersaudara. Inovasi itu bisa saja idenya lahir dari hal-hal yang sederhana. Intinya, kalau kita peka, mau peduli, dan mau menciptakan sesuatu yang baru, belum pernah ada sebelumnya, dan ternyata setelah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari manfaatnya bisa dirasakan secara nyata oleh lingkungan sekitar kita ya kita sudah bisa disebut inovator. Iya semudah itu 🙂

Sebut saja R. Kamir Brata, Dosen Ilmu Tanah, Air, dan Konservasi lahan Fakultas Pertanian IPB sebagai inovator teknologi pembuatan lubang resapan biopori. Pernah denger biopori, kan? Nah, apakah beliau menciptakan sebuah inovasi secara heboh dengan teknologi tinggi? No, cara kerja biopori yang beliau temukan itu sangat sederhana dan  bisa dibuat di mana saja. Tanah cuma dilubangi dengan diameter 10 sentimeter sedalam satu meter, air dituang hingga tanah jadi lembek dan mudah dilubangi. Kemudian, sampah organik dijejalkan ke dalamnya. Semacam sumur resapan, gitu. Saat ini teknologi biopori telah mengurangi kekhawatiran akan ancaman banjir di daerah-daerah yang curah hujannya tinggi dan rawan banjir.

Atau, sebut saja inovator asal Indonesia yang lainnya yaitu Tirto Utomo. Beliau adalah founder air minum dalam kemasan bermerk AQUA. Memprakarsai sebuah ide inovatif dari pemikiran yang sederhana. Coba kalau nggak ada Pak Tirto Utomo,  kebayang nggak sih betapa ribetnya kita kalau kemana-mana harus bawa termo, botol kaca, atau jerigen? Woogh, sekalian buat nimba dong…

Nah, ngomong-ngomong masalah inovasi, bisa nggak sih kita-kita jadi seorang inovator? Hei, nggak ada yang nggak mungkin lho. Hmm, caranya?

1. Kalau kita punya hobby tertentu dan apalagi sudah bisa menemukan passion kita, tekuni hobby dan passion kita itu secara serius dan mendalam.
2. Asah kepekaan. Coba deh cari tahu masalah apa sih yang paling sering dipermasalahkan orang-orang di lingkungan kalian tapi sampai saat ini belum ada solusinya.
3. Pikirkan dan cari tahu, ide kreatif apa yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah tersebut.
4. Nah, kalau sudah nemu idenya apa, langsung action. Segera wujudkan ide tersebut menjadi sebuah inovasi baru.

Dari tadi ngomongin inovasi, inovasi, ada apa sih? Gini lho, saya itu mau kasih tau, kalau sekarang ada  sebuah program yang bisa membantu kita untuk menjadi seorang penemu, istilah kerennya inovator. Namanya Lenovo DoNetworkID Program. Siapa tahu nanti salah satu dari kita bisa jadi seorang inovator, seorang yang bisa menubah peradaban dunia menjadi lebih baik daripada sebelumnya.

Kalau kalian tertarik, coba deh bentuk tim dari sekarang. Karena program ini memang mengharuskan seperti itu. Lalu kalian rundingkan kira-kira ide gila dan proyek inovatif apa yang akan diikutsertakan dalam program ini. Setelah itu, silakan langsung bergabung dengan Lenovo DoNetworkID Program. Trus kita disuruh ngapain? Ada 3 tantangan yang bisa kalian pilih untuk dijadikan fokus dalam grup kalian yang bisa dilihat di sini . Nah, gimana? Sudah mulai ada pancingan ide kreatif?

Menariknya para peserta akan langsung dipandu oleh 3 mentor handal di Indonesia, yaitu:
1. Budi Putra (konsultan teknologi);
2. Nurdiansyah (peneliti dan pemerhati pendidikan);
3. Onno W Purbo (independent IT writer).

Mereka bukan hanya akan sekadar mengedukasi, tapi juga mendampingi para peserta untuk mewujudkan ide-ide dan inovasi kreatif mereka.

Nah, buat kalian yang berminat ikut program ini, coba simak beberapa info berikut ini ya. Penting!
* Pendaftaran sudah bisa tanggal 8 Desember 2011 s.d 25 Januari 2012  (mumpung masih lama tuh, buruan daftar sekarang deh);
* Pemilihan peserta favorit dilangsungkan pada tanggal  5 s.d 25 Januari 2012;
* Pengumuman finalis pada tanggal 26 Januari  s.d. 29 Februari 2012.
Udah, itu aja? Belum dong… Puncak acara dan pengumuman pemenang akan dilangsungkan pada tanggal 1 Maret 2012.

Tim yang terpilih mewakili Indonesia akan berkompetisi denganTim dari Rusia dan India lho. Wow! Yang lebih menariknya lagi nih, ada hadiah senilai USD 25.000 sudah menunggu kalian, lho! \m/  Kalau kalian tertarik dan mau tahu info lebih lanjut mengenai program ini bisa langsung baca-baca di Lenovo Do Network  deh, dan jangan lupa untuk dukung program Do Network ini dengan menggunakan twibbon di http://t.co/Yae7e1Dt  ini ya 😉

Mumpung masih ada waktu sampai dengan 25 Januari 2012 tuh, buruan  deh submit ide keren kalian untuk diikutkan dalam program ini. Siapa tahu inovator handal Indonesia bahkan dunia, berasal dari kontestan Indonesia, dan itu adalah… kamu! \:D/

Selamat menjadi calon-calon inovator baru bersama Lenovo DoNetworkID Program ya.
Good luck!

[devieriana]

 

sumber gambar: panitia Lenovo Do Network

Continue Reading

Community Gathering Radio A Jakarta

Tanggal 7 Desember 2011 yang lalu saya diundang oleh Radio A 96.7 FM Jakarta untuk hadir dalam Pakdeshow –  Community Gathering. Pakdeshow sendiri adalah nama salah satu program talkshow di Radio A 96.7 FM Jakarta. Acara dimulai pukul 18.00 di Black Cat Jazz & Blues Club, Plaza Arcadia Senayan.

Saya datang mewakili komunitas Indonesia Bercerita yang kebetulan waktu acara Socmedfest kemarin dikunjungi oleh Radio A Jakarta untuk sekedar ngobrol ringan di booth. Awalnya agak canggung juga karena ketika saya datang sepertinya acara sudah dimulai, dan saya sama sekali nggak ada yang kenal, kecuali teman saya Ade dan Patty Hutagalung, teman penyiar yang suka saya gangguin dengan request lagu dan obrolan nggak penting kalau sedang siaran. Selebihnya, nggak ada. Ada sih, beberapa sosok selebritis yang wajahnya cukup familiar, tapi ya tetep aja jatuhnya saya nggak kenal, kan? ;))

Sampai akhirnya teman saya, Ade, yang malam itu menjadi host mulai menyadari kehadiran saya, mulai memperkenalkan saya ke tamu-tamu undangan yang lain. Dengan wajah kikuk saya ‘say hi’ dan  tersenyum ke arah mereka. Ah, untung suasana kafe itu redup, jadi kalau tampang saya agak kucrut jadi nggak terlalu kelihatan, maklum pulang kantor, datang hanya berbekal high heels doang biar keliatan eksis tingginya! :))

Sempat agak heran juga karena kok yang hadir disana kok kebanyakan komunitas bola, ada Milanisti Indonesia, Indo Barca, Juventus Club Indonesia, Madridista Indonesia. Lha saya yang mewakili komunitas imut dan unyu ini kan ya agak jadi berasa salah kumpul komunitas, gitu. Yang lainnya komunitas bola, ya masa saya sendirian aja gitu dari komunitas pendongeng :-s. Seharusnya saya datang bersama rekan saya, Fiki Maulani, tapi dia jam segitu masih ada acara lain, jadilah dia datang menyusul agak malam setelah acara dia selesai. Tapi untunglah ternyata ada juga yang hadir mewakili dari komunitas film yang diwakili oleh Adilla Dimitri (suami Wulan Guritno), Komunitas Dog Does Disco yang diwakili oleh Amanda Sukasah (puteri Ghea panggabean), Yayasan Syair yang diwakili oleh Deasy Noviyanti, serta dari Jakarta Bergerak yang dimotori oleh Wanda Hamidah ternyata juga hadir dalam acara itu. Pffiuh… \:D/

Malam itu kami bukan hanya dihibur oleh special performance dari Dhisa yang dikenal lewat lagu (galau) Cintaku Kamu, tapi juga ada pemutaran spesial trailer film Dilema The Movie yang baru pertama kalinya diputar khusus di acara itu. Bukan itu saja, kami juga dihibur oleh penampilan Mario Ricardo, Bemby Noor, dan juga Tengku Shafick. Mereka bertiga adalah pencipta lagu sekaligus komposer lagu-lagu hits di Indonesia, macam lagu-lagunya Afgan, Marcel Siahaan, dll. Malam itu mereka bukan hanya perform menyanyi saja, namun juga ternyata berani menerima tantangan untuk menciptakan lagu diatas panggung dalam waktu 5 menit saja dengan 3 kata yang diberikan oleh pengunjung secara spontan. Amanda Sukasah memberikan kata “dilema”, saya menyumbang kata “cinta”, dan Adilla Dimitri menyumbang kata “hidup”. Tak lama kemudian, taraaa… jadilah sebuah lagu easy listening dan super catchy! :-bd

Satu-persatu dari kami mulai memperkenalkan diri mewakili komunitas masing-masing. Tak disangka malam itu terjadi banyak engagement antar komunitas. Yang suka bikin film indie ternyata malam itu ketemu dengan sutradara dan movie maker, yang suka bikin lagu tapi belum ada kesempatan untuk merekam lagu-lagunya ternyata ketemu sama komposer beneran. Nah saya, kebetulan bertemu sama Deasy Noviyanti yang ternyata adalah salah satu aktivis di Yayasan Syair. Yayasan Syair ini adalah sebuah yayasan yang berusaha mengajak masyarakat agar lebih memahami tentang HIV dan AIDS, membina dan memberdayakan ODHA agar bisa hidup mandiri, dan membantu memperpanjang harapan hidup ODHA dengan harapan bisa menekan laju penyebaran HIV dan AIDS di Indonesia.

Kami saling bercerita tentang komunitas dan gerakan kami masing-masing. Deasy juga menuturkan bahwa di yayasan yang dibinanya itu ada banyak anak yang sudah terkena HIV adan AIDS karena orangtuanya. Rata-rata mereka dari kalangan kurang mampu. Salut dengan gerakan ini karena mereka ingin membuat bagaimana para ODHA itu kembali punya semangat hidup, dan tetap merasa hidupnya berguna bagi orang lain. Caranya dengan mengadakan pelatihan-pelatihan ketrampilan, penyuluhan kesehatan secara berkala, pengobatan dan konsultasi kesehatan secara cuma-cuma, dan kegiatan hiburan bagi anak-anak.

Di akhir perjumpaan Deasy ingin mengajak Indonesia Bercerita suatu hari nanti ikut memberikan hiburan bagi anak-anak penyandang HIV dan AIDS yang ada di Yayasan Syair berupa dongeng. Bagaimanapun mereka adalah anak-anak yang tetap butuh hiburan, dan butuh suntikan motivasi, dan dia merasa melalui media dongenglah pesan-pesan itu akan lebih mudah tersampaikan.

Selepas acara, sambil menunggu jemputan, sembari menahan AC yang super dingin itu, saya menyaksikan penampilan Idang Rasyidi yang malam itu tampil di Black Cat Jazz & Blues Club. Hmm, saya sebenernya suka musik Jazz (yang easy listening jazz terutama), tapi entahlah… malam itu saya mendadak bego aja gitu karena nonton sambil ngomel nggak jelas dalam hati.

“Ini intonasinya kemana? Ini nyanyi apaan, sih? Nyanyi apa kumur, Mbak? Kalau cuma nyanyi dubidadidam-dumdumdum doang sih aku juga bisa”

*BLETAK!* *dilempar mikropon*

Yah gitu deh, mungkin efek mata ngantuk dan badan capek kali, ya. Tapi overall saya puas dengan acara malam itu, karena bukan hanya dapat goodie bag yang isinya ok, dan sekedar kumpul-kumpul nggak jelas, tapi saya juga jadi punya ilmu dan teman baru. Oh ya, yang lebih penting lagi adalah, saya punya 10 tiket nonton bareng di Blitzmegaplex Grand Indonesia buat nonton rame-rame sekomunitas, dong! \:D/ *kipas-kipas*

Terima kasih juga buat Radio A 96.7 FM yang sudah berkenan mengundang saya. Terima kasih juga untuk email “thank you regarding last night”-nya. How sweet you are, Guys!

Sampai ketemu lagi di event berikutnya (kalau masih diundang)! :-h

 

 

[devieriana]

sumber gambar : twitternya Pakdeshow  & koleksi pribadi

Continue Reading

Just a cup of idea

“The principal goal of education is to create (people) who are capable of doing new things, not simply of repeating what other generations have done.”

– Jean Piaget –

—–

Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan datang ke acara ON|OFF yang penyelenggaraannya masih sama dengan tahun sebelumnya, Pesta Blogger 2010, di Epicentrum Walk – Rasuna Said. Walaupun penyelenggaraan event kali ini terbilang lebih sepi dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun demikian sama sekali tidak menyurutkan langkah saya untuk tetap hadir disana, karena kebetulan saya ada janji untuk melihat penampilan Peduli Musik Anak, dan hadir dalam breakout session-nya Bincang Edukasi.

Dalam diskusi sepanjang satu jam itu ternyata ada banyak ide dan mimpi seru yang bisa diwujudkan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Kami diminta untuk menuliskan ide di selembar kertas, dan lalu mendiskusikan ide-ide tersebut dalam kelompok yang terdiri dari 5-7 orang. Diskusi tentang apa sih mimpi kita untuk dunia pendidikan di Indonesia. Berat ya bahasannya? Kita hanya diberikan clue untuk mengaitkan dengan apa yang menjadi ketertarikan kita. Nah, gimana tuh? Eh iya, iseng saya lihat sebelah, jadi ketawa sendiri. Dia menulis begini :

“Yah, saya nggak punya ide, Kak. Saya bingung. Kan saya bukan guru..” ;))

Dulu, saya pernah menulis tentang salah satu bahasan Bincang Edukasi Meet Up #2 di sini. Disana ada kisah Mas Agus Sampurno, seorang guru sebuah sekolah internasional dan seorang edublogger yang memanfaatkan kekuatan social media sebagai salah satu alat pengajaran dan berbagi. Nah, salah satu ide yang coba kita share dalam diskusi kemarin adalah bagaimana mengoptimalkan fungsi social media menjadi salah satu bagian dari proses belajar belajar. Menurut kami ini akan menjadi sebuah fenomena yang sangat menarik dan bisa menginspirasi para pengajar yang lain. Mengingat perkembangan dunia social media sekarang semakin pesat, dan pelajar jaman sekarang juga sudah sangat maju pergaulannya, karena hampir semua punya akun social media. Nah, mengapa kita tidak mencoba untuk mengoptimalkan penggunaan social media sebagai salah satu penunjang pendidikan? Emang bisa? Emang bakal efektif? Emang bakal menyenangkan? Nggak ribet?

Ada seorang teman yang cerita kalau salah satu adiknya yang masih SMA pernah diminta untuk mengumpulkan tugas via email dan atau facebook oleh gurunya. Tugas sekolah pun diberikan via facebook (terkadang juga via email), dan pengumpulannya pun via kedua media tersebut. Tentu saja jika guru menggunakan cara seperti ini otomatis semua murid wajib punya akun facebook dan punya email, dong. Disinilah proses belajar mengajar menjadi lebih fun 😀

Saya sempat tanya, kok bisa muncul ide kasih tugas via facebook atau media digital lainnya itu gimana ceritanya? Dia bilang alasannya karena mayoritas murid lebih tertarik membuka akun social media daripada situs intranet sekolah, akhirnya guru melihat adanya celah untuk melibatkan socmed sebagai sarana belajar mengajar. Saya tertawa, sambil mengiyakan dalam hati ;)). Iya juga sih, jangankan mereka, saya saja yang kerja kantoran, lebih sering buka akun socmed ketimbang intranet kantor kok… *eh* #pengakuan.

Menurut saya ini ide yang cukup unik. Namun tentu saja jenis pengajaran yang seperti ini hanya bisa diterapkan di sekolah-sekolah yang mayoritas pengajar dan siswanya sudah banyak yang melek teknologi. Intinya, pelibatan akun socmed dalam dunia pendidikan harus sudah ditunjang  dengan SDM yang sama-sama siap, dan jika diterapkan dalam porsi yang wajar dan ditangani oleh orang yang tepat diharapkan akan memberikan hasil yang maksimal. IMHO.

Nah, ide kedua yang kami khayalkan bisa diterapkan di dunia pendidikan di Indonesia adalah bagaimana mewujudkan pendidikan yang fun bagi guru dan murid. Bagaimana guru mampu menggali potensi dan kesukaan anak didiknya, bagaimana cara mengembangkan pengajaran yang menggunakan “out of the box methods”, dan bagaimana mengembangkan positive rewards yang mengasyikkan bagi anak didik.

Di sekolah, biasanya murid berprestasi paling reward-nya kalau nggak beasiswa, ya piagam. Tapi mengapa tidak dicoba dengan sesekali memberikan reward yang memang diinginkan oleh si murid? Jadi selain murid akan lebih terpacu semangat belajarnya, juga reward yang akan diterima sesuai dengan apa yang diinginkan oleh mereka.

Kita mungkin bisa mulai melakukan survey tentang apa sih yang disukai murid? Misalnya, ternyata si A suka musik, ya kenapa tidak sesekali bisa menjanjikan nonton konser musik bareng. Atau ketika kita tahu kalau ternyata si B punya hobby travelling, ya mengapa tidak sesekali diberikan hadiah berupa tiket jalan-jalan atau travelling, misalnya. Atau murid ternyata punya hobby membaca, bisa kita berikan hadiah buku yang benar-benar mereka inginkan. Begitu pula untuk jika ada potensi-potensi lain yang dimiliki si murid, ya reward-nya akan disesuaikan dengan potensi dan hobby mereka.

Ya, namanya juga berkhayal, dan kebetulan ini adalah hasil saripati khayalan berjamaah setelah didiskusikan di kelas kemarin 😀

Nah, kalau kalian punya ide/khayalan seru apa buat dunia pendidikan di Indonesia? 🙂

[devieriana]

 

Continue Reading