Jejak langkah itu..

“Kali, kali apa yang paling panjang? Kalidoskop!” ;))

Ya, kalau sudah di penghujung tahun seperti ini rasanya kurang afdol kalau saya juga tidak membuat postingan edisi akhir tahun. Sekedar melakukan kilas balik tentang ada yang sudah saya lakukan dan apa saja yang sudah terjadi dalam 365 hari perjalanan hidup saya di tahun 2010 ini.

Perjalanan hidup saya tahun ini memang tidak sedramatis tahun 2009 yang penuh dengan kejadian-kejadian mengejutkan yang terlihat mata dan alhamdulillah membahagiakan. Tahun ini berjalan lebih smooth dan tetap alhamdulillah berkah, feel so blessed in so many ways.. [-o<

1. Pegawai Negeri Sipil
Tahun ini adalah tahun kehidupan baru dalam perjalanan karir saya. Setelah hampir sepuluh tahun lamanya saya berkarir di jalur swasta, tahun ini adalah awal karir saya menjadi seorang PNS. Sebuah karir yang sama sekali tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Dulu, jangankan tertarik dan berani untuk ikut test CPNS, membayangkannya saja nggak pernah. Bukan apa-apa, belum-belum saya sudah minder duluan :-s. Tapi tahun lalu justru dari hasil iseng dan coba-coba itu alhamdulillah Tuhan memberi saya kesempatan dan jalan yang begitu mudah untuk menjalani semuanya. Hingga akhirnya, disinilah saya bergabung dalam instansi yang dulu gedungnya hanya bisa saya pandangi dari luar saja [-o< .

2. Protokol
Dulu, jaman saya masih sekolah/kuliah mungkin saya masih bisa sering tampil di depan layar (woogh, jadi berasa nonton misbar). Tapi sejak bekerja sudah sama sekali tidak pernah, cenderung lebih sering bekerja dari balik layar dan memberi dukungan buat yang lain untuk tampil. Nah sekarang justru kebalikannya. Jiwa banci tampil saya seolah dibangkitkan kembali! Berasa kaya film horor pake nggak sih pakai acara dibangkitkan? :-s X_X. Saya yang setelah sekian tahun lamanya merasa, “ya sudahlah” itu jadi sering dilibatkan dalam acara keprotokolan dinas. Disini, pengalaman di dunia call centre (alhamdulillah) berguna untuk hal-hal yang membutuhkan suara. Walaupun masih harus banyak belajar membedakan tone suara di berbagai kesempatan acara. Diujicobakan pertama kali ketika membacakan SK untuk pelantikan CPNS tahun 2009 dengan jaminan nama mbak MC senior ;)). Sejak saat itulah saya officially bergabung dengan tim keprotokolan di kantor.

Pengalaman mengesankan adalah ketika dipercaya untuk membacakan SK Presiden pada pelantikan Sekretaris Menteri Sekretaris Negara di Gedung Utama Sekretariat Negara dan SK pelantikan Ibu Prof. DR. Dewi Fortuna Anwar sebagai Deputi Seswapres Bidang Politik; Bapak Djadja Sukirman, Ak., M.B.A. sebagai Deputi Seswapres Bidang Administrasi; dan Drs. Eddy Purwanto, M.P.A. sebagai Deputi Seswapres Bidang Tata Kelola Pemerintahan. Mungkin buat yang sudah biasa sih biasa aja ya, tapi untuk pertama kalinya “tampil” di depan pejabat eselon I dan Menteri Sekretaris Negara itu merupakan sebuah kehormatan buat saya yang baru saja bergabung di instansi tempat saya bernaung sekarang ini dan terbilang masih sangat hijau di dunia keprotokolan.

3. Ulang Tahun & Prajabatan
Berulang tahun di saat prajabatan menjadi moment yang sangat bersejarah dan mengharukan dalam hidup saya. Hal paling berkesan adalah ketika seluruh teman-teman dan pengajar di kelas menyanyikan lagu Happy Birthday buat saya, mendadak langsung meleleh deh airmata saya. Moment langka yang hanya terjadi sekali dalam hidup saya, bisa menjalani dua hal penting dalam satu waktu. Untuk pertama kalinya pula saya mendapatkan ucapan selamat ulang tahun dari Bapak & Ibu Menteri. Hihi, kok jadi pengen memigurakan kartu ucapan selamatnya ya ;)) \:D/*norak*

4. Narasumber di Pesta Blogger
Dulu sahabat saya pernah bilang, “sebenernya jiwa kamu itu jadi pengajar, bisa terlihat dari cara kamu bicara dan tulisan-tulisanmu..”. Jujur saya dulu sempat mengabaikan pendapat ini. Sampai akhirnya saya benar-benar merasakan kangen jadi seorang trainer. Iya, dulu saya sempat menjadi seorang trainer di tempat berkarir sebelumnya. Seperti sebuah keasyikan tersendiri memberikan pencerahan ke orang-orang baru, bertemu dengan teman-teman baru, berbagi dan saling berdiskusi, dan sebuah tantangan bagi saya menjadikan seseorang yang awalnya tidak mengerti menjadi mengerti. Suatu hal yang tidak mudah bagi saya :D. Ternyata, bak gayung bersambut, rasa kangen saya sedikit terobati ketika moderator Ngerumpi menawarkan saya berdua dengan teman ngeludruk saya di twitter, Astri Kunto , untuk menjadi narasumber di Pesta Blogger 2010 yang diadakan di Epicentrum Walk- Kuningan. Walaupun waktunya terbilang singkat (hanya 30 menit karena harus berbagi slot dengan teman-teman dari gantibaju[dot]com) tapi alhamdulillah hasilnya memuaskan. Apalagi melihat peserta yang memadati kelas kami jumlahnya diluar apa yang kami perkirakan >:D<

5. Pendongeng
Ketika permainan dan aktivitas dunia cyber merajalela, dongeng menjadi suatu hal yang langka. Mengingat tak banyak orangtua yang masih membiasakan diri untuk membacakan dongeng bagi putra-putrinya. Dongeng akhirnya menjadi hal mewah yang tak bisa dirasakan oleh semua anak. Beruntung dulu saya masih sempat merasakan dongengan-dongengan orangtua, buku-buku cerita dan kaset Sanggar Cerita yang secara berkala dibelikan oleh orangtua saya. Alhamdulillah [-o<

Tapi kalau menjadi seorang pendongeng itu sama sekali diluar bayangan saya. Membayangkan bercerita didepan anak-anak pun sama sekali belum pernah. Semua berawal dari keisengan saya merekam suara dalam bentuk podcast (rekaman suara) dan saya beranikan untuk mempublikasikannya di situs Kisah Anak yang dikelola oleh Mbah Wong Iseng . Dari keisengan itulah sekarang akhirnya saya “diperkenalkan” oleh teman-teman dari Indonesia Bercerita sebagai pendongeng. Sempat kurang pede, karena jenis pita suara saya itu cempreng, tipis, dan gaya bicara saya kalau cenderung cepat. Singkat kata akhirnya tahun ini saya adalah seorang pendongeng abal-abal. Ya, kalau sudah begini pengennya suatu saat nanti bisa serius menjadi seorang pendongeng dan bisa menyampaikan misi pendidikan melalui media dongeng. Amien. Oh ya saat ini saya juga sedang bergabung dalam project #22hari220cerita , mendongeng via podcast (rekaman). Semoga bisa ikut membantu teman-teman di Indonesia Bercerita untuk mendidik anak melalui dongeng ya 😀

7.  Penulis dan Buku
Menjadi seorang penulis dan punya buku sendiri masih menjadi salah satu mimpi terbesar saya. Tahun lalu tanpa sengaja terbitlah buku kompilasi hasil tulisan saya dan beberapa blogger Ngerumpi di buku Berbagi Cerita Berbagi Cinta. Setelah itu, saya belum berani berharap saya akan kembali menghasilkan buku lagi, mengingat materi untuk menulis buku saja saya nggak punya :(. Namun siapa sangka tahun ini saya alhamdulillah bisa kembali membuat buku kompilasi kedua yang berjudul Be Strong Indonesia #1 hasil tulisan bersama para penulis lainnya melalui project #writers4indonesia. Project sosial ini berlatar belakang keprihatinan dan kepedulian kami terhadap para korban bencana alam yang beberapa waktu yang lalu sempat bertubi-tubi dirasakan oleh sebagian rakyat Indonesia di Mentawai, Yogyakarta, dan Wasior. Dari sanalah ide ini muncul. Seluruh royalti dan hasil penjualan buku ini akan disumbangkan kepada para korban bencana alam. Semoga apa yang kami lakukan ini dapat berguna bagi yang membutuhkan ya. Amien3x..

Pelajaran yang saya ambil setelah mengalami beberapa kejadian di 2 tahun terakhir ini, jalani semuanya dengan tanpa beban dan ekspektasi yang berlebihan. Karena terkadang hal-hal yang tak terduga bisa terjadi diluar apa yang kita harapkan. Jalani segala sesuatunya secara mengalir dan tetap fokus dengan apa yang ingin kita raih.

Soal apa harapan saya di tahun 2011, sederhana saja, semoga tetap ada keberkahan dan hal-hal baik yang menyertai perjalanan saya di sepanjang 365 hari ke depan. Semoga apa yang belum sempat saya raih tahun ini bisa saya raih di tahun depan. Amien..

Last but not least, wishing you the most shiny, prosperous, healthy, and a Happy New Year !! Let’s hope that 2011 has at least a little bit of heaven.. Amien… [-o<

<:-P

[devieriana]

gambar minjem dari sini

Continue Reading

Kemewahan itu bernama waktu luang

Dulu jaman kita masih belum ada kesibukan & belum ada kerjaan, yang namanya waktu luang itu jadi barang murah yang bisa kita nikmati kapan saja sampai kita bosan sendiri. Tapi giliran kesibukan sudah mulai padat merayap rasanya stress, kepala mendadak berasap, gejala penuaan dini mulai menghampiri, sensitif, badan terasa sering pegal-pegal dan pengen jambak-jambak rambut… teman ~X( *lho?!*. Jangankan untuk ngeblog, nafas aja itu juga kalau sempat :-<. Oh ya, baiklah.. memang saya sedang berlebihan.. 8-|

Ceritanya seperti sahabat saya yang baru back for good dari luar negeri dan berencana untuk menetap di Indonesia lagi. Sekarang sedang sibuk-sibuknya mencari pekerjaan disini. Ya namanya juga lagi masa penyesuaian dan sedang dalam proses mencari pekerjaan, tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh waktu dan kesabaran. Saya sering telpon/sms sekedar tanya kabar atau progress pencarian kerjanya. Jawabannya, “Bosen bener dah, nggak ada kesibukan 🙁 “. Padahal ketika masih tinggal di luar negeri jadwal dia termasuk padat. Bahkan ketika sakit pun masih dibela-belain ngantor dengan alasan nggak ada yang bertanggung jawab di kantor. Alhasil kalau sedang libur dimaksimalkan untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Maklum disana dia tinggal sendiri di apartemen dan nggak ada bibik-bibik yang bantu nyuci, nyetrika atau masak. Nah ya, jadi berbahagialah kalian yang hidupnya didampingi oleh seorang asisten rumah tangga, jadi nggak harus susah-susah ngerjain pekerjaan rumah selain pekerjaan kantor :D.

Kebalikan sama teman saya satu lagi. Kalau yang ini edisi super sibuk. Sepertinya angka-angka di kalender dia semuanya berwarna hitam. Mulai Senin sampai Sabtu dia pasti sibuk beredar. Hari Minggu pun kadang masih suka diisi sama acara off air. Jadi narasumber seminar disini, disitu. Meeting dengan klien ini, anu, itu. Belum selesai meeting sudah ditunggu dengan presentasi disana dan disini. Saking sibuknya kadang saya mikir mungkin dia sehari-harinya makan batere ya. Kalau saya dengan jadwal sesibuk itu mungkin sudah jalan pakai infus kemana-mana. Dia baru benar-benar istirahat kalau lagi sakit atau cuti. Tapi ya masa sih kalau pengen istirahat harus sakit dulu? Oh ya, cuti pun jangan salah, dia juga masih meng-handle kerjaan jarak jauh lho. Tipe workaholic sejati memang si teman satu ini \m/.

Ngomongin temen sendiri jadi dejavu, saya dulu juga pernah mengalami masa-masa seperti itu :-s. Kelihatannya aja saya cuti, secara fisik saya di Surabaya. Tapi jiwa saya di Jakarta. Gimana mau merasakan cuti kalau saya masih terima telpon, masih kirim dan terima email, masih ngecek kerjaan anak buah (walau telpon/sms hanya untuk sekedar tanya ada kesulitan/nggak). Harusnya saya matiin HP dan email saya ya. Tapi nggak bisa semudah itu juga. Ada tuntutan tanggung jawab disana. Di saat itulah saya mulai merasa seperti diperbudak sama kerjaan dan deadline.. :-s

Nyadar nggak sih, ketika kita sudah terlalu sibuk dengan pekerjaan, syndrom I Hate Monday pun menggejala tanpa kita sadari. Belum berangkat ke kantor saja sudah terbayang-bayang tumpukan berkas dan email yang bejibun. Belum buka buku agenda saja sudah meriang duluan membayangkan rentetan jadwal padat didalamnya. Akhirnya saking menumpuknya pekerjaan yang harus diselesaikan terpaksa kita harus bekerja di hari libur dan tanpa dibayar pula *ngenes to the max* :((. Smartphone dan netbook harus menjadi teman di akhir pekan untuk menyelesaikan tugas padahal keluarga, teman, mall dan sale sedang menunggu.. *remet-remet kertas satu rim*

Akibatnya, hubungan dengan keluarga dan kehidupan sosial pun lambat laun jadi terabaikan. Batas antara kehidupan pribadi dan pekerjaan jadi kabur. Akhirnya kebanyakan kita memilih mengorbankan keluarga dan pribadinya untuk memenuhi tuntutan beban pekerjaan yang sudah overload. Tapi nggak semua pekerja bersedia mengorbankan keluarga diatas pekerjaan, malah ada yang akhirnya memilih resign untuk lebih konsentrasi ke keluarganya.

Idealnya sih kita harus bisa mengatur keseimbangan dan tahu posisi kita sedang ada dimana ya. Melihat mana yang paling penting dalam hidup. Keluarga atau pekerjaan? Memang keduanya sama penting tapi pasti ada skala prioritasnya. Ada waktu untuk konsen ke pekerjaan, tapi ada saatnya juga kita menjadi milik keluarga, dan menikmati “me time”.

Kalau kata Nick Deligiannis :

“Remember, a professional is a person who never allowed himself to dissolve in the job and no longer have time for personal life”

Jadi, kapan kita menikur pedikur bareng? :>

[devieriana]

Continue Reading

Hari Ibu bukan Mother’s Day

summer_flowerHampir setiap tanggal 22 Desember, Indonesia selalu memperingatinya sebagai Hari Ibu. Tapi sebenarnya ada hal unik di balik peringatan Hari Ibu di Indonesia. Latar belakang sejarah mengapa hari ini diperingati sebagai Hari Ibu, menjadi blurry ketika dalam implementasinya lebih menyerupai Mother’s Day. Padahal sebenarnya konteks peringatan Hari Ibu dengan Mother’s Day itu jauh berbeda :D.

Kalau kita menilik kembali ke sejarah masa lalu peringatan Hari Ibu itu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dalam Kongres Perempuan Indonesia I pada tanggal 22 – 25 Desember 1928 di Yogyakarta. Kongres itu dihadiri oleh sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Peristiwa itu dianggap sebagai salah satu peristiwa penting sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia, karena di sanalah para pemimpin organisasi perempuan se-Indonesia berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan.

Para pejuang perempuan itu mengadakan Kongres Perempuan sebanyak 3x. Kongres Perempuan II diadakan bulan Maret 1932, dan Kongres Perempuan III diadakan pada tahun 1938. Cikal bakal peringatan Hari Ibu ini dirumuskan dalam Kongres Perempuan III ini. Jadi, sebenarnya misi diperingatinya Hari Ibu pada awalnya lebih untuk mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa Indonesia.

Lalu bagaimana ceritanya peringatan Hari Ibu yang misi awalnya mengenang semangat para perempuan untuk memperbaiki kualitas bangsa ini bergeser maknanya menjadi peringatan yang bersifat ‘pemujaan’ kepada ibu? Sepertinya kata-kata ‘IBU’ inilah yang membuat pemaknaan Hari Ibu mengarah menjadi Mother’s Day, padahal secara sejarah maknanya bukan seperti itu. Kalau makna Hari Ibu berdasarkan Kongres Perempuan III ya seperti yang sudah dibahas tadi. Tapi kalau peringatan Mother’s Day ini banyak diperingati di lebih dari 75 negara, seperti Australia, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Singapura, Taiwan, dan Hongkong, yang lebih mengarah ke worshiping motherhood dan peran perempuan sebagai ibu dan isteri yang seutuhnya. Peringatan Mother’s Day sendiri jatuh pada bulan Maret yang berawal dari kebiasaan memuja Dewi Rhea, istri Dewa Kronos, dan ibu para dewa dalam sejarah Yunani kuno.

Nah, yang terjadi di Indonesia, makna peringatan Hari Ibu itu lambat laun mengalami pendangkalan esensi. Akhirnya banyak yang ikut menjadikan perayaan Hari Ibu menjadi peringatan hari menyayangi ibu, hari membalas jasa kepada ibu, lagi-lagi jatuhnya ke worshiping motherhood juga, bedanya peringatannya menggunakan tanggal dicanangkannya Hari Ibu yang ditetapkan melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959.

Perayaan Hari Ibu di Indonesia masih dirayakan dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat simbolis, seperti lomba memasak, lomba merangkai bunga, lomba ngadi salira ngadi busana, bahkan ada juga acara mencuci kaki ibu yang dilakukan oleh anak-anak TK yang katanya itu adalah sebagai bentuk tanda bakti anak kepada ibunya. Selain kegiatan-kegiatan tadi ada juga yang merayakannya dengan membebastugaskan ibu dari tugas-tugas domestik yang selama ini mengiringinya.

Sebenarnya sah-sah saja kalau ada yang merayakan Hari Ibu dengan berbagai cara, tapi rasanya kok ironis ya kalau kita mengingat latar belakang sejarah tanggal ini ditetapkan, karena setelah melewati lebih dari 50 tahun ternyata realitas kondisi perempuan di Indonesia belum banyak berubah, tugas pokok dan fungsinya masih berada dalam ranah domestik. Meliburkan mereka dari peran-peran domestiknya itu sama saja menunjukkan bahwa peran utama perempuan adalah ‘peran domestik’.

Dengan mengingat latar belakang peringatan Hari Ibu ini, sudah selayaknya kita memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh perempuan di Indonesia (bukan hanya yang sudah berstatus sebagai ibu saja), dengan memberi mereka ruang dan kesempatan untuk berkembang dan berkiprah bersama kaum laki-laki dalam berbagai sektor sesuai dengan kemampuan dan peran kodratinya; memberikan apresiasi atas prestasi dan pencapaian-pencapaian yang sudah diraihnya; dan satu lagi yang sering terlupakan, dalam menjalani kodratnya sebagai perempuan sekaligus ibu, sudah selayaknya mereka mendapatkan lokasi yang layak/memadai dan nyaman untuk menyusui/memerah ASI di tempat kerja maupun di tempat umum lainnya.

Terlepas dari apakah hari ini diperingati sebagai Hari Ibu yang sesuai dengan latar belakang sejarah atau ke arah Mother’s Day, saya ingin mengucapkan,

1. versi yang benar: “Selamat Hari Ibu…” untuk semua perempuan di Indonesia;

2. versi yang sudah terlanjur berlaku di masyarakat Indonesia: “Selamat Hari Ibu untuk semua ibu, terimakasih buat semuanya ya. Thousand words from a million language will never be enough to prove that I really love you.. 😡 >:D<” ;

3. untuk para PNS: “Ayo kita upacara!” ;)) *ngapalin Mars Hari Ibu & Hymne Hari Ibu*

[devieriana]

 

ilustrasi diambil dari sini

Continue Reading

Dibalik tulisan tangan saya

Grafologi adalah seni membaca karakter tulisan tangan. Semirip-miripnya tulisan seseorang dengan lainnya pasti ada bedanya karena tulisan tangan seseorang itu khas. Dari tulisan tangan pula karakter dan kepribadian kita bisa terbaca. Ada yang menyatakan bahwa tulisan tangan disebut juga dengan tulisan otak sebab perintah gerak yang membuat tulisan itu berasal dari otak, bukan dari tangan.

Nah, kemarin, gara-gara saya ngambeg sama salah satu sahabat saya yang super sibuk, akhirnya dia “meluluhkan hati saya” (halah) dengan mau membaca karakter saya melalui tulisan tangan. Aheey!\:D/. Padahal kita sudah hampir 5 tahunan kenal dan (kayanya sih) sudah sama-sama tahu karakter masing-masing. Tapi tak apalah, hitung-hitung buat menebus kesalahan dia karena sudah nyuekin saya selama beberapa waktu karena kesibukannya itu. Halah.. ;)).

Berhubung sayanya di Jakarta, dan dia di Tangerang maka percakapan dilangsungkan via chat di gtalk. Pertama-tama saya diminta menuliskan tentang apa saja di selembar kertas HVS polos (jangan kertas koran), semakin banyak apa yang saya tulis semakin bagus. Saya diminta menulis pakai bolpoin yang biasa aja, nggak usah pakai yang mahal-mahal. Ya iyalah, saya mana punya bolpoin mahal sih. Blah! Menghina! [-(. Jangan lupa di akhir tulisan disertakan tanda tangan. Nah, nanti kalau sudah selesai, tulisannya langsung di-scan dan dikirimkan ke email dia.

Akhirnya saya pun mulai menulis dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Tak terasa hampir 2 paragraf tulisan berhasil saya selesaikan, yang kalau dilihat-lihat tulisan saya itu lebih mirip tulisannya bebek ketimbang tulisan manusia..

Saya : udah aku kirim tuh, ternyata tulisanku kalau diliat-liat jelek ya 😐

Teman : OK, aku analisa dulu ya..

Saya : gaya deh bahasanya sekarang analisaaa.. ;))

Teman : kamu yang gaya, pakai di-convert ke pdf segala :p

Saya : ih itu otomatis tau! Trus, gimana? Apa yang bisa kamu baca dari tulisan tanganku?

Teman : yaelah, sabar dong, Bu. Ini juga baru mau dibaca.. ~X(

Saya : ah, bilang aja kamu mau buka contekan.. *nuduh semena-mena*

Teman : ih, kagaaaak! Serius nih, lagi mengamati tulisan kamu.. :-B

Saya : :> :p

Teman : sambil melihat apakah ada perilaku seksual kamu yang aneh.. :))

Saya : wooogh, emang bisa juga, ya? *mulai panik, mulai panik* 😮

Teman : hoho, ya bisalah.. Kenapa, lo? Panik ya? Panik ya? :p ;))

Saya : haduh, perilaku seksualku selama ini menyimpang nggak ya? :-s

Teman : hayoh loooh. Udah sana, sambil diingat-ingat gih, jangan-jangan beneran ada yang menyimpang, entah berapa derajat gitu.. :p

Saya : ih, kampret deh.. [-( . Udah, buruan!

Teman : hiiih, sabar Bawel! Lagi ditulis iniiiih… ~X(

Saya : :-w

Semenit. Dua menit. Tiga menit. Enam menit. Sepuluh menit. Lima belas menit. Triiing! Bebe saya pun akhirnya berbunyi, satu email saya terima. Kemunculannya bak suara oven toaster memunculkan roti panggang yang sudah matang. Saya dengan harap-harap cemas seperti sedang menanti kelahiran bayi, mulai membaca dengan seksama dari atas ke bawah. Ya iyalah masa mau dari kanan ke kiri, emangnya tulisan Arab. Mendadak senyum-senyum sendiri, kadang ngikik-ngikik sendiri. Sedikit surprise karena kok banyak benernya ;)). Ya setidaknya ada deh beberapa poin yang saya akuin iya saya banget. Tumben dia agak-agak jenius membaca karakter saya.

Mau tahu nggak hasilnya seperti apa? Tapi sengaja nggak saya tulis semua ya, saya rangkum aja soalnya panjang. Kalau saya tulis semua jadi terbongkar dong daftar panjang kejahatan kemanusiaan saya :-“. Ini dia hasilnya :

” Pengendalian diri kamu bagus. Seringkali kalau punya keinginan, cenderung “memaksakan” kehendakmu pada orang lain, tapi dengan cara yang diplomatis. Sadar keindahan. Punya jiwa bisnis. Ekspresif. Cukup well organized. Mudah bosan, tapi tetap punya optimis, ambisi yang bagus dalam mencapai tujuan, inisiatif dan proaktif yang baik. Mampu bekerja dalam tim. Bisa merespon ide baru, dan tidak gampang berkecil hati. Kamu sangat talkative, senang bicara, fasenya sudah tergolong gawat. Dapat memutuskan sesuatu dengan cepat dan terarah. Multi talented, bakatnya banyak. Bisa observasi dengan baik sebelum mengambil keputusan. Yang mengagumkan dari kamu, kamu dapat memutuskan sesuatu dengan cepat tapi tetap berusaha mendapatkan data yang banyak terlebih dulu sebelum memutuskan sesuatu. Nggak segan-segan untuk berbohong walaupun itu untuk kebaikan. Suka menolong orang lain. Pikiranmu kritis. Mampu berpikir cepat. Punya antusiasme yang besar. Cerdas, dapat diandalkan. Kemampuan sosial dan inisiatifmu baik. Terbuka banget orangnya. Punya cita-cita yang tinggi. Tidak punya masalah sex. Hubungan sosial bagus, dan ingin mempertahankan hubungan sosial yang sekarang sudah dimiliki… dst “

Alhamdulillah.. Nggak sia-sia deh saya nulis sampai jari minta di-makarizo. Sebagian sih benar. Sebagian besar saya baru tahu kalau saya ternyata begitu orangnya. Terutama pas dibilang talkative dan fasenya sudah cukup gawat :-s. Selama ini nyadar kalau saya orangnya cerewet, tapi stadiumnya nggak sampai parahlah, biasa aja gitu. Sebagian lagi, “ah sebenernya saya nggak gitu-gitu amat kok..”. Nggak gitu-gitu amat cerdasnya.. *sibakkan poni, benerin sanggul.

Tak lama setelah menerima email balasan, saya langsung merespon untuk bilang terimakasih dong sama sahabat saya itu.

Teman : hmm, ok.. trus gimana komentarmu? Berapa persen kebenarannyaa? 100%? Ayo cerita sama aku.. 😕

Saya : hahaha, aku nggak tahu harus berapa persen ngasih ukuran keakuratannya. Tapi kayanya sih antara 80% – 90% bener deh. Tumben pinter.. *puk-puk*

Teman : hmm gitu deh pasti. Kalau yang bagus-bagus aja dibilang bener. Tapi coba kalau aku kasih yang jelek-jelek pasti dibilang salah semua [-(. Itu sih belum seberapa, Neng. Tadinya mau aku kasih yang bagus-bagus semua. Bisa kuduga pasti tingkat prosentase akurasi yang bakal kamu kasih ke aku adalah 100%. :))

Saya : Eh siapa bilang itu nggak ada negatifnya? Ada dong, dan aku setuju dengan itu.. Tuh yang kamu bilang aku “talkative parah”, negatif kan? Serius aku baru tahu. Huhuhu, emang aku separah itu ya? Mesti bawa lakban dong kalau kemana-mana.. :-?. Terus, yang memaksakan kehendak, itu juga bener. Aku kadang suka begitu sih #-o

Teman : :-” *ngikir kuku*

Jadi begitulah.. Sedikit banyak saya jadi tahu siapa saya sebenarnya. Berasa jadi pahlawan pembasmi kejahatan nggak sih? >-). Ya walaupun jujur sampai sekarang sebenarnya saya lebih penasaran sama hasil psikotest yang dulu sering saya ikuti itu. Apalagi pas sesi menggambar orang, pohon, atau menggambar lainnya. Pengen tahu aja sebenernya saya pantes ikut lomba menggambar apa enggak, gitu.. :-B

*PLAAAKKK!!*

[devieriana]

Continue Reading

Iya, cuma alasan saya..

Teman saya, saking banyaknya kegiatan yang diikuti sampai bingung mana duluan yang mau di posting di blog. Lha saya? Malah bingung mau nulis apaan di blog, gara-gara nggak ada kegiatan yang ditulis :)). Ada beberapa faktor yang bikin saya nggak selancar dulu kalau mau posting. Padahal kalau soal waktu sekarang jauh lebih banyak waktu buat menulis dibanding ketika saya masih hectic di telco. Seharusnya bisa posting 3x sehari ya.. (woogh, minum obat, Bu? :-o).


1. Malas

Nah ini penyakitnya.. Saya itu kadang suka menumpuk ide. Padahal bagusnya kalau ada ide menulis sebaiknya langsung diposting hari itu juga ya. Sebelum keburu hilang feel-nya. Kalau lagi banyak ide selalu saya selamatkan di notepad. Disimpannya pun kadang masih dalam kondisi masih mentah banget. Malah kalau dibaca lagi pas sudah beberapa hari suka ngomel sendiri, “idih, ini mau nulis apa sih kemarin? Kagak jelas begini idenya..”. Delete. Begitulah..

2. Mood

Nah kadang, datangnya ide itu pakai sistem borongan. Tapi sayang tak selalu dibarengi dengan mood menulis yang juga sama borongannya. Alhasil menulisnya pun menunggu mood datang *alasan*. Karena saya itu kalau menulis tapi nggak pakai feel jadinya kaya tulisan yang asal-asalan, sekedar kejar setoran posting. Nah pertanyaannya adalah : emang selama ini nulisnya nggak asal-asalan? :-??

3. Konten/Tema

Kalau awal-awal menulis dulu saya suka menulis semau-mau saya, dengan bahasa yang sesuka-sukanya saya. Sekarang sudah jauh lebih tertib. Ya memang saya nggak mau seperti itu lagi sih :p. Dulu saya juga punya lebih dari 6 blog yang ternyata nggak terurus karena saya nggak fokus sama konten yang saya tulis. Ternyata beternak blog dimana-mana itu bukan hal yang mudah ya, apalagi kalau orangnya nggak telaten seperti saya. Alhasil kalau nggak lupa login dan password ternyata kontennya satu sama lain nggak jauh beda. Lha terus ngapain punya blog banyak-banyak kalau isinya sama aja? Akhirnya ya sudahlah, saya buat saja 1 tapi saya bisa fokus mengurusnya. Jadilah website ini, Sodara-sodara =D> . Nah bagaimana dengan isi postingannya? Blog saya ini supergado-gado. Berusaha menulis tema apa saja yang bisa dibaca semua kalangan. Ditulis dengan bahasa yang sederhana, ringan, kadang lucu, kadang serius, temanya nggak berat. Sengaja nggak pilih tema yang berat-berat karena tulisan dengan tema yang serius sudah banyak, jadi buat apa saya juga nulis dengan tema yang sama. Lagi-lagi alasan :)). Sebenernya, karena saya nggak bisa nulis yang susah-susah. Otaknya nggak nyampe :(( *nangis tergugu dipojokan*. Ya kalaupun ada tema tulisan yang sekiranya bakal berat saya bikin gaya bahasa yang ringan sajalah. Nah itu yang nggak selalu mudah. Ah ya, baiklah.. silahkan bilang saja saya malas.. ;))

4. Waktu

Nah saya itu kalau mau posting kadang lihat waktu juga. Ada kalanya ide muncul sekonyong-konyong pas lagi meeting, atau pas lagi hectic-hecticnya kerja. Nah kalau sudah begitu kan berarti saya harus menunda untuk sementara waktu sampai ada waktu yang tepat buat menuangkannya dalam bentuk tulisan kan ya? Atau parahnya malah nggak muncul ide samasekali padahal saya lagi punya waktu senggang *ngremes jarik*. Pengen njambak-njambak rambut nggak sih? ~X(. Kadang sudah ada ide buat nulis, eh moodnya hilang.. Ya sudahlah, saya pasrah sajalah kalau sudah begini mah.. Maafkan juga bagi teman-teman yang blognya belum saya kunjungi sampai saat ini. Bukan saya sombong, tapi memang akhir-akhir ini pekerjaan lagi menumpuk, dinas luar melulu *halah*. Kalau saya lagi senggang saya pasti main-main ke blog kalian deh 😉 :-bd. Maaf yaa.. 🙁 *sungkemin satu-satu*

Okelah ya, diantara 4 poin diatas itu adalah alasan lebay saya kenapa saya jarang update blog dan blogwalking. Tapi saya sebenarnya nggak malas-malas amat kok. Buktinya kalau saya lagi senggang seperti sekarang nih.. *tolah-toleh lihat sekeliling* saya bisa bikin postingan (walau sangat nggak penting), bisa iseng sambil main-main ke blog teman-teman blogger yang lain walaupun sekedar jadi silent reader. Uniknya justru draft yang sudah saya simpan di email atau notepad sering tidak terpakai karena saya malah mengandalkan ide on the spot macam sekarang ini.

Nah kalau kalian, apa alasannya kalau blog nggak di update-update? 😀 *cari temen*

[devieriana]

 

 

Continue Reading