Untuk Jakarta Fashion Week..

 

First of all, saya mau cerita kalau saya alhamdulillah kepilih jadi salah satu penonton yang nantinya akan membuat reportase (eh, gila bahasanya ketinggian bu), apa ya, cerita tentang Jakarta Fashion Week yang salah satu sponsor utamanya adalah majalah Femina. Nanti kita akan diminta posting tentang Jakarta Fashion Week ini di blog masing-masing yang selanjutnya akan dipilih oleh Femina menjadi ulasan terbaik.

Oh Man, ini kesempatan langka. Bisa join di event besar macam ini. Kebanggan tersendiri buat saya untuk bisa membuat sebuah apresiasi terhadap dunia yang pernah saya singgahi beberapa tahun lalu sebelum saya aktif bekerja di telekomunikasi seperti sekarang ini.

Dulu, saya pernah bekerja sebagai desainer di sebuah perusahaan garment yang bergerak di bidang menswear & jeanswear di kota Malang. Nggak nyambung sama background edukasi saya yang sekretaris itu sih. Lebih ke hobby  sebenernya. Hobby menggambar yang saya mix dengan ketertarikan saya dengan dunia fashion, meski saya nggak bisa jahit.. 😀

Dan siang ini ada sebuah email dari salah satu moderator yang meminta saya kirim url blog saya, nomor HP & foto diri buat ID Card masuk ke event pagelaran JFW nantinya. Percakapan lucu via email terjadi antara saya & mbak moderator ..

————————————–
Dear Olive n Devi,

Bisa tolongin gak? Kita butuh nmr hape, alamat blog dan foto kalian berdua buat ID card ke acara ini (JWF). sori kalo udah ngirim di email sebelumnya, sini lg ribet panik bingung mo bongkar2 inbox lagi. Pretty please…aku tunggu secepatnya ya? Thx a lot 🙂

—————————————-

Saya : xixixixix.. tenang bu..
nyoh tak kasih..
* Devi Eriana Safira
0811 177x xxx
http : www.www.devieriana.com
fotonya mesti pasfotokah? aku ndak bawa..

 

Mod :  fotonyaaaaaaaa………. *kok pasfoto sih* 😆

 

Saya :  lho lha iya kan katanya foto.. foto diri kan?
butuhnya yang gimana? berbentuk pasfoto atau boleh apa aja pokoke gambar diri kita?

 

Mod : berbentuk poster atau baliho gitu lah, wahahahaha…
eh mbuh deng aku jg blm tanya fotonya yg kyk gmn, blm ngirim fotoku jg. doh… bntr aku tanyain ya..

 

Saya : woooo emang deh, dasar.. 😆 . Kirain udah paham, ternyata enggak.. :mrgreen: *ngesend foto dalam bentuk spanduk*

 

Mod : Ok pasfoto aja katanya, diattach di email aja. Gak trima spanduk apalagi keset 😆

 

Saya : lhoo.. terlanjur tak send dalam bentuk celana dalam.. 😀
Udah tak bilang tadi kalo yang pasfoto diriku ndak bawa. Tapi kalo foto narsis agak-agak tampak samping gitu ada.. Udah tak crop, tak kasih cap bibir sekalian 😆   .Boleh ndak? wis tho, yang penting kan mukanya sama .. 😀 .
Kalo ok, tak kirim sekarang nih..

 

Mod : Ya udah kirim aja lah  *males mikir*  😆

 

Saya : mwahahahahahahahahahaha.. Ya wis, ini aja ya.. Nggak punya lagi aku..

 

Mod : *glek* SIAPA INIIIII???? CHRISTINE PANJAITAN YAAAAAAA????  😆

 

Saya : ya.. daripada dibilang Azis Gagap.. ya sudahlah, tak apa kau bilang Christine Panjaitan.. Eh butuh yang lainkah? yang ada brengos sama jakunnya mungkin?tak kasih pose yang sebelum operasi ke Thailand..
*ngakak kayang*

 

——————————————-

 

 

Ya begitulah.. Emmh, wish me luck yah.. 🙂

 

 

 

Continue Reading

Untuk Bulat Duniamu..

world in hand

Kau bilang duniamu itu bulat, persis seperti bola yang mudah menggelinding kesana kemari. Aku bilang duniaku bentuknya kotak persis seperti kubus yang hanya bisa diam di tempat mana dia diletakkan & hanya akan berpindah ketika ada yang memindahkan. Kau menertawakanku terbahak-bahak, “hei, mana mungkin dunia itu kubus!”. Tapi coba kau lihat, duniaku memang kubus. Lagi-lagi kau tertawa, bahkan kali ini jauh lebih keras.

Aku termenung gusar… Kami sama-sama punya dunia. Tapi mengapa dunia kami bentuknya berbeda? Seringkali kami berbeda kata menyikapi hal-hal yang terjadi di dunia kami. Ah ya, baiklah… mungkin karena aku belum sempat mengasah sudut-sudut duniaku hingga nantinya tampak bulat seperti duniamu ya?

Aku pun mulai sibuk mengikir sudut-sudut duniaku. Kau diam terpaku sembari sesekali mengernyitkan dahimu. Kenapa? Heran? Aku melakukan ini untukmu.  Ya, lihatlah, setidaknya aku mencoba membulatkan duniaku hingga mirip duniamu supaya kita punya dunia yang sama, dan aku tak salah lagi mengartikan cerita tentang duniamu.

Kupinta kau untuk melihat sejenak dunia yang ada di tanganku menggunakan kacamataku. Bagaimana? Sudah cukup bulatkah? Kau mengerinyitkan dahi dan berseru, “ini belum bulat!” Aku menghela nafas.

Aku lelah, aku tidak punya ribuan pangkat kesabaran seperti yang kau mau. Tak tahukah kau, sebenarnya yang kupinta hanya satu…

Sebuah pengertian…

* sebuah refleksi perenungan dari curhat seorang teman *

[devieriana]

gambar pinjam dari sini

Continue Reading