Blurry ..

 

untitled

 

 

Siapa yang bener, siapa yang salah sama -sama ga jelas. Yang jelas, kemarin saya bengong karena harus mendengarkan perdebatan 2 pihak yang samasekali beda divisi dengan saya yang mengaku sama benarnya. Inti topiknya adalah masalah katering alias makanan. Yang 1 ngakunya sudah menyediakan sesuai dengan jumlah total karyawan yang makan di pantry, yang 1 lagi ngaku kalau tidak pernah kebagian makanan karena makanan selalu habis ketika mereka ber-13 mau makan.. Hmm.. (??! really?)

 

Sempet bingung juga karena setahu saya (karena saya baru saja mendarat dari pantry) makanan masih full & tidak ada indikasi makanan sudah habis karena petugas katering masih standby. Hyaaeeyyyalah, secara masih jam 12 an gitu, masih jam makan siang. Akhirnya setelah beradu argumentasi yang cukup emosional mendapat hasil akhir : mulai besok tgl 24 Maret 2009 tolong sediakan makan nasi dus aja untuk 13 porsi..  —> dengan nada esmosi tentunya..  🙁

 

Ya ampun, masalah makanan aja kok ya sampai jadi rame sih.. Entah dimana letak misunderstanding-nya. Semua pihak merasa merekalah yang paling benar, sama-sama menunjukkan arogansi. Saya sempat speechless ketika satu-persatu menceritakan kronologis dengan versi masing-masing. Entah siapa yang benar, siapa yang salah.. Yang jelas buat saya semuanya tidak ada yang benar, tidak ada yang salah..

 

Belum ada titik temu. Yang ada adalah perang dingin yang entah samapai kapan bisa mencair.

 

Beda persepsi, beda anggapan, beda pendapat, beda argumentasi, beda penerimaan. Itu yang saya lihat dari 2 pihak yang sedang berselisih ini. Tidak ada 1 pun yang mau mengalah. Kalaupun ada yang mengalah menuruti menyediakan makanan dalam kotak (bukan prasmanan) ya lebih ke emosi juga.

 

Saya sendiri bukan salah satu pihak yang berselisih. Kebetulan saya kenal dengan mereka, mereka tahu saya, & saya leader disini sehingga mereka merasa bahwa saya adalah pihak yang bisa dicurhati.. Hikss.. Kenapa saya jadi terbawa-bawa sih? 🙁

 

Ya sudah, kesimpulannya : makan dalam dus, bukan prasmanan dengan batas waktu yang belum bisa ditentukan.

 

Ayolah temans.. ini cuma kesalahpahaman.. Jika kalian mau bertemu, jika kalian mau berunding, saya mau kok jadi mediatornya. Jangan perang dingin seperti ini ah.. Selain ga enak diliat, juga ga enak didenger sama pihak lain.. Masa gara-gara makanan aja ribut..  🙁

 

P E A C E

 

 

 

 

 

 

Continue Reading

Ibu & Facebook ..

 

facebook

 

 

Facebook.. siapa sih yang ga kenal sama situs yang lagi anget-angetnya ini (walaupun saya udah terjangkit hama bosen ama facebook). Situs yang bisa memporakporandakan kejayaan friendster setelah sekian lama berjaya di dunia maya.. Hayaaah.. bahasaku.. :p

 

Hampir semua orang punya account di situs Facebook ini. Berbagai profesi turut meramaikan dunia pencak fesbuk..heheheh.. Mulai politisi sampe ibu rumah tanggapun punya account disitu. Hmm..

 

Tercenung membaca sebuah postingan yang membahas tentang Serafina Ophelia yang dalam acara Pertunjukan Pantomisasi Puisi pada Sabtu 14 Maret 2009 di Taman Menteng, Jakarta Pusat itu ia membawakan satu buah puisi yang judulnya Ibu dan Facebook.

 

Puisi yang agak menyentil kaum ibu yang terlalu sibuk ber-fesbuk ria sampe sang anak ternyata memperhatikannya. 

 

Yuk kita lihat isi puisinya :

Ibu dan Facebook

Ibu..
Facebook..
Hubungannya erat sekali
Setiap hari,  sehabis mandi,  selesai makan,  sehabis apapun..
dalam hatiku, aku berpikir, mau kemana gerangankah ia ?

 

Notebook..
Tapi, apa yang selalu ia lihat di notebook ?

Facebook..

setiap hari, tawanya menggema
Sampai kapankah hubungan erat antara Ibu dan Facebook ?
Mungkin sampai akhir hayatnya

 

Notebooknya akan dibawanya ke surga…

 

 

Nah tuh.. kesindir ga tuh? hehehe.. Ya kalo aku sih enggak.. :p . Facebook cuma buat sekedar punya aja, alhamdulillah ga sampe addict.. 😀 . lagian gak fesbukanpun ga akan ngaruh ke gaji..xixixixix.. :p

 

 

Continue Reading

9 Reasons People Cheat ..

 

030428_1903_5038_xsls

 

Why do I find it so easy not to cheat?

 

Maybe I’m not very attractive, so my options are limited. Maybe I’m too jaded to go for the cheating opportunities. Maybe I still have some mental wounds lingering from when my dad temporarily moved out because he had met another woman. Maybe I’m too afraid that I’ve reached my sin quotient and one more big sin will keep me out of heaven.

Cheating is not a caught in the moment thing if you are really into your significant other, you miss them when you are not with them, you don’t look for a way to hurt or deceive them.

I am just now patching up a friendship with someone I was seeing while they had a boyfriend (that may make me a cheater). At different points she told me that she had broken up with her boyfriend, that they were back together, and that he was boring and I was fun. It was total confusion.

I told her she wasn’t being fair to herself, me, or him.

Finally, she said, “you just don’t understand, there are things you don’t know.” Thing is she’s been cheating on him for a couple of years with different guys, and he keeps taking her back.

So, are cheaters born cheaters, or do certain situations cause people to cheat? Probably a little bit of both. Here are some situations that make people cheat  :

 

1. Bored
I’d say this is the most common reason that people cheat.It’s tough to keep that edge throughout a relationship. Things start off grand and then level off and then you both realize that it’s still real life. When you meet someone else, that inaugural excitement of a new relationship kicks back in.

 

2. Dependence
At first glance, cheating seems like independent behavior. It could be interpreted as doing what you want, when you want. But I would argue that cheating is a dependent behavior. A cheater is dependent because they are not strong enough to break up with their significant other in order to get with the new person.

 

3. Confusion
Sometimes life or a particular situation can get to you. When the perfect storm of confusion is going on in your head, you make mistakes.

 

4. Because They Let You
If any girl ever cheated on me, I’d break up with her immediately. Forgiving a cheater is putting up with it, and starts a vicious cycle. That person who cheated may lose respect for you and might continue to cheat-because they know they can get away with it, because you’ll continue to take them back.

 

5. Nurturing
If someone is mistreating you, then your first instinct is to get away from him or her. But sometimes it’s not that simple-maybe you are raising kids together. If you feel trapped in a bad relationship, it’s only natural that you will run to the open arms of a person who treats you well.

 

6. Revenge
This is quite simple- an eye for an eye. Cheat on them if they cheat on you. If they continuously hurt you or abuse you in some way, you do it to get them back.

 

7. Confirmation of Attractiveness
Sometimes when you’re in a long relationship, or if your significant other is taking you for granted, you begin to wonder if you’re still attractive. Perhaps, because you were out on the dating circuit, you felt more attractive when you were single. If you have an affair, you’ve proven that a new person can be attracted to you.

 

8. The Thrill
Some people just enjoy the thrill of cheating: running around secretly, risking getting caught, andcreating thrilling moments with a forbidden romance.

 

9. They Don’t Consider It Cheating, Even Though You Might
Relationships have that grey area, usually right before you become exclusive. He thinks date #4 is when you’re “together,” and you think date #2 is when you’re “together.” If you haven’t talked about exclusivity, someone may think they are well within their rights to see other people, even though the other person in the relationship may not.

 

I don’t understand why people don’t break up as soon as they have an urge to cheat. Is it natural to have temptation, or is temptation a sign that the relationship is losing its fire? What reasons would you add to this list, and do you disagree with any? If you’ve ever cheated, why did you do it? Could you forgive a cheater? If you are single, but seeing a person who is in a committed relationship, does that make you a cheater?

 

 

source : yahoo

 

 

 

 

Continue Reading

2 kiddies di pavi-ku ..

kidshome

Di pavi-ku (baca : kost-kostan), ada 2 krucil yang rame senantiasa… Namanya Wafa & Tara.. Mereka seumuran, beda setahunan, Tara 4 tahun, Wafa 3 tahun. Kalo uadh ketemu rame banget, tapi kalo udah marahan.. hahahahhaa,.. lucu bangeeet.. Jadi ingat jaman aku kecil (emang pernah kecl juga tho?xixixi). Yang 1 kemana (sambil ngelirik temennya), yang satunya kemana (sambil monyong bibirnya). Saling adu-aduan ke pembokat atau orang tua masing-masing.. Ngeliatnya aja geli banget.. 😀

Si Tara yang pembawaannya agak jutek, entah kenapa semalem pas aku baru dateng udah ngelongok di jendela sambil tanpa ekspresi seperti biasanya tentu. Aku berusaha ramah pada gadis imut 1 ini. Setelah kubujuk untuk keluar kamar dengan iming-iming sebungkus chiki :p , akhirnya dia dengan antusias menyambutku.. Esok paginya pas mau berangkat kantor, mendadak 2 krucil ini udah nngumpul di depan pintu kamarku, sambil panggil-panggil namaku. Kalo kaya gini berasa Bang Toyib bener deh 😀

Dan, yah.. begitulah.. Wafa sepertinya (malu-malu) meminta sebungkus Chiki seperti yang dimakan Tara.. Biasa kan anak kecil suka tiba-tiba cerita , “aku tadi malem dikasih chiki ama Tante Devi. Kamu minta aja ma Tante Devi..” . Ya berhubung ada ya hyuuk sini-sini ama tante.. heheheh.. 😀

Mmmh, jadi pengen punya “Wafa & Tara” sendiri nih.. Kapan ya Allah kasih kepercayaan lagi ma kami?

Continue Reading

Caleg : Sebuah fenomena menuju Senayan

Beberapa waktu yang lalu saya sempat membahas tentang pertanyaan menggelitik yang pernah dilontarkan kepada saya oleh sbeberapa orang  sahabat.. “kamu ga daftar jadi caleg?”. Woohhoooww.. pertanyaan yang sederhana tapi cukup menggelitik saya. Caleg? wah kepikiran aja enggak..  . Beneran..

Kenapa saya kurang tertarik ikut-ikutan daftar menjadi caleg :

1. Dana menjadi caleg itu sangan besar. Dari apa yang pernah saya baca : “Berbeda dengan tahun 2004, dimana untuk mendapatkan sebuah kursi seseorang lebih mengandalkan investasi ke partai (suara partai), sekarang dengan mekanisme suara terbanyak, otomatis para caleg harus mengeluarkan dana ekstra. Selain “dana pendaftaran” khusus ke partai, mereka harus menyiapkan sejumlah dana ekstra untuk mempopulerkan diri mereka masing-masing ke publik alias kampanye. Dari dialog-dialog di sejumlah media televisi (termasuk pengakuan), biaya rata-rata yang dikeluarkan seseorang untuk pemilu 2009 berkisar antara 200 juta hingga 1.5 miliar –> angka yang cukup fantastis bukan? . Namun, dengan dana besar belum tentu juga si caleg akan terpilih –> alasan utama  yang cukup kuat kbuat saya an? tidak ada dana.. hehehehehe…

2. Saya belum sanggup kalau sampai harus kalah sebelum pemilihan. Iya lho, masih ingat kan calon bupati Ponorogo 2005-2010 yang masuk rumah sakit jiwa setelah gagal merebut kursi bupati padahal telah mengeluarkan miliaran rupiah. Tragis banget kan? .Dengan besarnya biaya yang dikeluarkan dan peluang kemenangan kecil, tidak tertutup kemungkinan mereka yang kalah dalam pemilu akan stress, depresi, tekanan jiwa hingga sakit jiwa, serem ih —> makanya mending saya menikmati pekerjaan saya yang sekarang aja dululah 

3. Memang enak sih dapat gaji besar, api tanggung jawabnya juga besar, saya belum siap memikul beban tanggung jawab yang mengandung moral seperti itu. Lagipula politik bukan major of interest saya. Cukup sadar diri saya untuk tidak ikut latah berpoliitk sementara kemampuan saya pas-pasan

Semalam saat saya menonton acara Bukan 4 Mata-nya Tukul Arwana yang menghadirkan bintang tamu seorang caleg yang berasal dari Jawa Tengah yang kesehariannya berprofesi sebagai penjual sate. Waktu ditanya apa mostivasinya menjadi caleg, jawabannya pun cukup menggelitik, “katanya gaji anggota legislatif itu besar, makanya saya pengen ikut mencalonkan diri jadi caleg. Pengen membuktikan bener apa enggak”. Sontak sayapun jadi tercenung.. speechless, ga bisa ngomong . Jadi motivasi jadi anggota legislatif cuma pengen membuktikan apa benar gaji anggota legislatif itu besar/tidak? Alasan yang menurut saya “unik”. Tadi pagi sempat membaca sebuah blog yang lagi-lagi cukup menggelitik tentang blog yang dibuat oleh seorang penulis yang juga seorang TKI di Singapura yang melontarkan beberapa pertanyaan dalam blognya untuk disebarluaskan di milist, email, facebook untuk mengetahui sampai sejauh mana jawaban seorang caleg dalam membahas :

1. Isu TKW yang disiksa di luar negeri & Perlindungan TKI di Luar Negeri.
Question: Apa langkah kongkrit yang akan anda lakukan untuk mengurangi tingkat penyiksaan terhadap TKW/TKI di luar negeri

2. Isu Kualitas TKW yang akan dikirim ke luar negeri
Question: Apa langkah kongkrit caleg untuk mendorong pemerintah meningkatkan kualitas TKI yang akan dikirim?

3. Isu Perlindungan TKW di Bandara
Question: Apa langkah kongkret dan langkah hukum yang anda akan tempuh sebagai caleg kita, untuk menghilangkan praktek ini? karena cukup menyedihkan.

4. Isu Penindasan/Diskriminasi TKI di Luar Negeri
Question: Apa langkah kongkrit yang akan anda lakukan untuk mengurangi tingkat penindasan terhadap TKW/TKI di luar negeri?
Singkatnya, banyak dari kami yang di luar negeri kerja dibayar murah, kerja disiksa dan pulang diperas. Sebagai caleg LN, apa program kerja anda untuk membantu kondisi ini?

Yang membuat saya melongo adalah ketika caleg-caleg tersebut dikonfirmasi, malah ada yang menjawab santai :

Setya Dharma Pelawi dengan facebook link :
http://www.new.facebook.com/profile.php?id=1558223713

Jawaban yang diberikan si caleg cukup bikin si penulis naik darah..

“Terima kasih nanti kt berFB ria ya. Skrg lagi sibuk Kampanye….

ahuahahahahaha.. ngakak saya bacanya . OMG, caleg kok shallow banget sih menjawabnya? Wakil rakyat kalau kerjaannya main facebook, apa iya masalah rakyat bisa terselesaikan? Please deh pak..

Dan di counter dengan lugas oleh si pemilik blog, Adhitya Mulya :

“Pak, ini juga bagian dari kampanye. karena bapak gak mungkin kampanye ke luar negeri maka bapak jawab pertanyaan ini melalui email. Masak iya bapak tidak menganggap kami yang TKI luar negeri ini sebagai orang yang penting? Kami kan yang akan nyoblos bapak. Bukan hanya orang-orang di Indonesia.

Adhitya Mulya : dari sini tidak banyak yang bisa kita simpulkan. Kecuali kejelasan bahwa pertanyaan sepanjang itu masih caleg ini anggap sebagai “berfacebook ria” dan bahwa dia gak punya cukup waktu untuk jawab 4 pertanyaan hidup matinya TKI, karena dia lagi kampanye. Di Indonesia. Genius!

Balasan dari beliau:

Saya kemarin bicara tentang TKI Liat Kompas Rabu sebelum ini….

Balasan dari Adhitya Mulya :
Apakah bapak menyuruh kami untuk baca kompasnya? masalahnya kami-kami 6 juta orang yang tinggal di luar negeri tidak memiliki akses pada kompas kan pak.
rgds.

Balasan dari beliau:

Perlindungan kontrit pada TKI yang perlu. BNP2TKI tiadak serius mengerjakan perlindungan…..


Nenek-nenek juga tau Pak. ”

hyahahahaha.. Sumpah, saya ngakak sampai guling-guling bacanya.. . Ya memang, tidak semua caleg se-shallow itu, saya yakin di luar sana juga banyak caleg-caleg berkualitas. Masa iya diantara total 12.000 total caleg se Indonesia shallow semua kaya caleg 1 itu?

Masih dari blog yang sama menyimpulkan :

” Semua caleg bisa dan sudah bilang hal hal seperti:

‘menurut saya sebaiknya pemerintah….’
‘harus dibentuk sebuah badan….’
‘polisi harus….’

Sebaik apa pun itu, itu baru sebatas pendapat. Baru sebatas mengharuskan pihak lain bekerja lebih baik. Belum ke tahap:

“Saya akan golkan skema dan strategi A B C dan saya akan paksakan pemerintah mengeksekusinya,…”

Indonesia gak pernah maju karena pola pikir badan legislatif salah. Anggota DPR sering hanya menjadi penonton di pinggir lapangan dan mengritik pemerintah atas setiap eksekusi yang pemerintah lakukan. Ini yang saya dapatkan dari banyak caleg, termasuk sedikit dari bapak.

Padahal pemerintah hanya badan eksekutif. Hanya tangan. DPR sebagai otak seharusnya aktif merancang hukum, strategi dan skema yang menguntungkan rakyat dan memaksa pemerintah mengeksekusi hal-hal itu.

Ingat bahwa rakyat adalah hati,

DPR adalah otak yang mendengarkan hati

Pemerintah adalah tangan yang menggerakkan apa yang otak perintah.. “

It means tugas berat menanti para caleg, bisakah mereka bekerja seoptimal mungkin menyuarakan pihak-pihak yang sudah memberikan suaranya kepada mereka? Mmmh, memang faktor penarik terbesar bagi sebagian orang yang mendaftar menjadi caleg adalah besarnya gaji dan tunjangan yang diperoleh oleh tiap anggota dewan (meskipun sering bolos) . Andaikan gaji dan tunjangan anggota dewan dipotong jadi 75%, apa iya animo caleg sampai sebesar saat ini. Saya masih berkeyakinan bahwa masih banyak orang yang berkualitas yang memiliki motivasi mengabdi untuk negeri ini tanpa harus dibayar (gaji) mahal.

Uuukh, posting serius seperti ini ternyata mumet ya.. hehehehehehe..

Continue Reading