Entah kenapa, saya kok selalu risih ya ketika mendengar seseorang yang bercanda dengan menggunakan kata “ah, lo diem aja sih kaya anak autis aja..”. Atau berbagai penggunaan kata autis lainnya yang bermaksud buat “becandaan” untuk mengibaratkan orang yang asyik dengan dunianya sendiri, entah lantaran kesibukan atau keasyikan tertentu.
Saya tahu tiap orang berhak bercanda dengan gaya & istilah apapun, tapi bagaimana jika yang mendengar lelucon kita itu adalah orang tua atau bahkan penyandang autisme itu sendiri? Tidak pernahkah kita ikut menjaga perasaan, berempati, ikut merasakan apa yang mereka rasakan jika memiliki keterbatasan seperti itu. Jangankan kata-kata autis, ejekan yang mengarah ke keterbatasan mental/fisik yang lain pun saya berusaha hindari.
Bersyukurlah bahwa kita diberikan kesehatan & kesempurnaan mental & fisik. So, would you please stop calling autis to anyone arround you?
[devieriana]
4 Comments
hai Miiiii.. 😀 . Hehehe, sebenernya ini lebih ke kesadaran masing-masing juga sih darling. Kita beruntung dikaruniai kesempurnan fisik sama Yang Diatas. Tapi coba bayangkan penyandang autisme itu sendiri, orangtuanya. Pernah ada cerita orangtua yang sampai kesulitan menyekolahkan anaknya yang autisme, merawatnyapun juga tidak mudah, makanan juga harus dijaga karena salah sedikit saja akan bisa mempengaruhi tingkah laku anak autis.
Mereka sebenernya punya potensi, mereka bisa jadi bocah yang super, asalkan diarahkan dengan sesuai. Tapi bukan hal yang benar juga jika orang menggunakan kata-kata itu sebagai ejekan, untuk alasan apapun itu… 🙂
mbk Dev…
aku sekarang mengerti knp mbk Dev gak suka ya… qta2 becanda menyebut kata autis ya…. he.he…
termasuk aku salah satunya yang sering menyebutkan kata “autis” itu….
aku mo memulai ‘tuk tdk mengatakan hal tersebut, ini sih jd pelajaranku jg ‘tuk bisa becanda dgn t’tawa terbahak2 tapi masih dalam rule yg baik dgn megularkan kata2 sopann…
God Bless
sama-sama.. makasih untuk pengertiannya ya Dear.. 😉
Ugh! Makasih syang kamu mengingatkan aku. Buat kita emang bercanda tapi buat para ibu yang anaknya kebetulan penderita autis (termasuk sahabatku) bisa jadi menyakitkan yaa. Makasih udah membuatku tersadar. Aku gak pake lagi istilah itu