Be Proactive ..

Hari ini entah apa yang sedang terjadi dengan (lagi-lagi) sahabat saya. “Aura”-nya saya rasakan sedang dalam kondisi yang kurang nyaman, kurang semangat. Bisa saya rasakan dari cara berbincangnya, gaya bahasanya, saya kenal betul dengan karakternya. Sejenak saya mengkoreksi diri sendiri apakah saya sudah melakukan kesalahan.. Ya namanya manusia, kita kan ga pernah sengaja kalau kita sudah melakukan kesalahan terhadap orang lain.

 

Tapi jujur saya merasakan perubahan yang signifikan akhir-akhir ini terhadap sikap & moodnya dia. Gampang sekali up & down-nya. Kadang saya melihat ada persamaan sifat-sifat tertentu saya dengannya, hehehehhe.. Tapi kita mencoba untuk mengimbangi. Ketika saya down dia yang menyemangati saya, menghibur saya. Ketika dia down saya yang gantian menghibur, memberikan dia semangat, andai saya bisa carikan solusi saya akan coba carikan semampu saya. Baik banget kan saya? hehehehe.. 😀

 

Saya suka mengamati orang lain. Tanpa kita sadari saat kita melakukaan kesalahan dengan mudah kita menyalahkan orang lain/keadaan/lingkungan, emosi & mood  mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Jika lingkungan sedang tidak enak, kita jadi ikut terpengaruh tidak enak. Intinya kita yang dikontrol oleh mood, bukan kita yang mengkontrol mood. Mungkin saya juga pernah seperti itu (baca : sering) 😀

 

Saya pernah membaca & pernah berdiskusi dengan salah seorang sahabat saya yang lain mengenai buku fenomenal Steven Covey, 7 Habits of Highly Effective People. Poin perpoin kami diskusikan bersama. Dan, ternyata ada hal yang slapped me much.. Yaitu : poin pertama bahasan di buku itu : BE  PROACTIVE

 

Baiklah, sekedar mereview poin-poin dalam buku tersebut :

habit 1 – be proactive
This is the ability to control one’s environment, rather than have it control you, as is so often the case. Self determination, choice, and the power to decide response to stimulus, conditions and circumstances. –> ini nih yang bikin saya ketampar, saya yang suka menyalahkan keadaan, mood yang berubah-ubah karena menurut saya lingkungan sayalah yang salah sehingga mood saya sering berantakan. Moga-moga sekarang lebih berkurang dibanding sebelumnya.. 😀

habit 2 – begin with the end in mind
Covey calls this the habit of personal leadership – leading oneself that is, towards what you consider your aims. By developing the habit of concentrating on relevant activities you will build a platform to avoid distractions and become more productive and successful.

habit 3 – put first things first
Covey calls this the habit of personal management. This is about organising and implementing activities in line with the aims established in habit 2. Covey says that habit 2 is the first, or mental creation; habit 3 is the second, or physical creation.

habit 4 – think win-win
Covey calls this the habit of interpersonal leadership, necessary because achievements are largely dependent on co-operative efforts with others. He says that win-win is based on the assumption that there is plenty for everyone, and that success follows a co-operative approach more naturally than the confrontation of win-or-lose.

habit 5 – seek first to understand and then to be understood
One of the great maxims of the modern age. This is Covey’s habit of communication, and it’s extremely powerful. Covey helps to explain this in his simple analogy ‘diagnose before you prescribe’. Simple and effective, and essential for developing and maintaining positive relationships in all aspects of life. (lihat tentang the Johari Window –> Joseph Luft dan Harrington Ingham , mengembangkan konsep Johari Window sebagai perwujudan bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain yang digambarkan sebagai sebuah jendela. ‘Jendela’ tersebut terdiri dari matrik 4 sel, masing-masing sel menunjukkan daerah self (diri) baik yang terbuka maupun yang disembunyikan. Keempat sel tersebut adalah daerah publik, daerah buta, daerah tersembunyi, dan daerah yang tidak disadari)

johariwindow

Keterangannya gini :

Open area adalah informasi tentang diri kita yang diketahui oleh orang lain seperti nama, jabatan, pangkat, status perkawinan, lulusan mana, dll. Ketika memulai sebuah hubungan, kita akan menginformasikan sesuatu yang ringan tentang diri kita. Makin lama maka informasi tentang diri kita akan terus bertambah secara vertical sehingga mengurangi hidden area. Makin besar open area, makin produktif dan menguntungkan hubungan interpersonal kita.

Hidden area berisi informasi yang kita tahu tentang diri kita tapi tertutup bagi orang lain. Informasi ini meliputi perhatian kita mengenai atasan, pekerjaan, keuangan, keluarga, kesehatan, dll. Dengan tidak berbagi mengenai hidden area, biasanya akan menjadi penghambat dalam berhubungan. Hal ini akan membuat orang lain miskomunikasi tentang kita,  yang kalau dalam hubungan kerja akan mengurangi tingkat kepercayaan orang

Blind area yang menentukan bahwa orang lain sadar akan sesuatu tapi kita tidak. Misalnya bagaimana cara mengurangi grogi, bagaimana caranya menghadapi dosen A, dll. Sehingga dengan mendapatkan masukan dari orang lain, blind area akan berkurang. Makin kita memahami kekuatan dan kelemahan diri kita yang diketahui orang lain, maka akan bagus dalam bekerja tim.

Unknown area adalah informasi yang orang lain dan juga kita tidak mengetahuinya. Sampai kita dapat pengalaman tentang sesuatu hal atau orang lain melihat sesuatu akan diri kita bagaimana kita bertingkah laku atau berperasaan. Misalnya ketika pertama kali seneng sama orang lain selain anggota keluarga kita. Kita tidak pernah bisa mengatakan perasaan “cinta”. Jendela ini akan mengecil sehubungan kita tumbuh dewasa, mulai mengembangkan diri atau belajar dari pengalaman.

habit 6 – synergize
Covey says this is the habit of creative co-operation – the principle that the whole is greater than the sum of its parts, which implicitly lays down the challenge to see the good and potential in the other person’s contribution.

habit 7 – sharpen the saw
This is the habit of self renewal, says Covey, and it necessarily surrounds all the other habits, enabling and encouraging them to happen and grow. Covey interprets the self into four parts: the spiritual, mental, physical and the social/emotional, which all need feeding and developing.

 

Nah, yang pengen saya garisbawahi adalah kebanyakan kita nih yang suka dikontrol oleh keadaan, kita yang dikontrol oleh lingkungan. Kalau ada yang kurang enak di hati nih, langsung ngaruh ke mood, emosi (heheh.. saya juga masih begitu, tapi lately saya belajar untuk ga gitu lagi kok.. 🙂   ).  Semoga tulisan ini dibaca oleh sahabat saya. Saya ga tahu masalah kamu apa, mungkin kamu sekarang ada di HIDDEN AREA. Ok, tapi tak apalah, saya coba pahami itu karena tidak semua hal saya boleh/perlu tahu kan? 🙂 . Jangan kelamaan BT-nya ya..  jadi gak asik tau ga?

 

Hope you’ll be fine soon ya.. 🙂

 

 

 

You may also like

8 Comments

  1. Dear Devieriana,

    I was browsing and surfing on Johari Windows for my last-minute preparation on a training scheduled tomorrow that I came across your blog. Since I’m already here, ‘thank you’ would be appropriate I guess 🙂 (being a guest…) and thanks for the Johari Window.. and like that 7 habits from Steven Covey too..

    Regards..and salam…

  2. Hie Devi,

    It went great! Thanks.
    Forgot to introduce myself, I’m from Malaysia, working in Kuching, Sarawak… could check my profile in facebook using the same email address.

    Best regards,
    Jamal

  3. pake bahasa inggris…waduh gimana nih…
    tolong artiin.. dong…..seven habit…dalam bahasa indonesia…
    Terima kasih….

  4. Maksud Om…Covey calls this the habit of personal management. This is about organising and implementing activities in line with the aims established in habit 2. Covey says that habit 2 is the first, or mental creation; habit 3 is the second, or physical creation….
    ini arti nya apa….ok thank’s ya…biar kamu dapet pahala…ini kan bulan puasa….Hihihi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *