Empati : Perasaan diri yang tulus ..

empathy

 

Empati boleh dibilang ialah fondasi dari semua interaksi hubungan antar manusia. Karena memiliki kemampuan merasakan kondisi emosional orang lain, maka dari itu kita baru bisa merajut hubungan yang akrab dengan orang lain.

 

Empati (dari Bahasa Yunani yang berarti “ketertarikan fisik”) didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengenali, mempersepsi, dan merasakan perasaan orang lain. Karena pikiran, kepercayaan, dan keinginan seseorang berhubungan dengan perasaannya, seseorang yang berempati akan mampu mengetahui pikiran dan mood orang lain. Empati sering dianggap sebagai semacam resonansi perasaan.

 

Contoh : Si Tono yang sedang dilanda gelisah lantaran masalah pekerjaan. Sepulang kerja, pacarnya mengajak keetemuan untuk ngobrol & jalan-jalan bersama, namun pacarnya yang teliti sempat mendeteksi bahwa hari ini Si Tono sedang tidak mood, sehingga si pacar menunda keinginannya untuk jalan-jalan dan sebagai gantinya mengajak Tono bertukar curahan hati. Jika pacar si Tono tidak peka, maka reaksinya pasti cemberut, ngambeg lantaran Tono tidak antusias ketika diajak jalan-jalan. Sudah bisa ditebak kan, mana wanita yang menjengkelkan, dan mana wanita yang bisa membuat Tono lebih tenang?

 

Seiring dengan kehidupan materi yang semakin lama semakin maju, orang zaman sekarang semakin lama semakin terlalu mementingkan penonjolan karakter ego dan bersifat kritis. Tidak hanya pada anak muda, tapi hampir semua kalangan, tidak pandang usia. 

 

Ketika kita bisa menempatkan diri secara tepat, bagaimana harus bersikap & bertingkah laku maka orang akan jauh lebih respek kepada kita. Misalnya : dalam forum publik, sudah sewajarnya kita yang harus lebih banyak peduli dengan perasaan orang lain, berbicara terlalu direct , tanpa tedeng aling-aling bisa dengan cepat menyulut kemarahan oarng lain. Tapi jika misal kita ada di forum reuni atau acara kumpul-kumpul bersama sahabat, jika kita yang terlalu hati-hati malah nantinya disangka kita menjauh.

 

Itulah yang sering saya rasakan ketika saya berhubungan dengan orang lain. Mencoba berusaha tune in dengan perasaan & mood orang lain. Kebetulan karena saya bekerja di bidang jasa pelayanan sehingga pernyataan “empati” ini adalah hal wajib yang dilakukan oleh orang-orang yang bekerja di bidang pelayanan publik. Berangkat dari pekerjaan, tersambung ke keseharian. Memang awalnya sulit, “ah, masa bodohlah.. derita lu! Kamu  juga belum tentu ngerasain apa yang aku rasain. Mending kalo kamu ngerti masalahku apaan..Ke laut aja sono!! “. Itu awalnya. Tapi lama-kelamaan saya coba reframing, coba menempatkan posisi saya di posisi mereka. Coba mengerti apa yang mereka rasakan, if I were them.

 

Tapi kadang memang empati itu tidak bisa diterapkan oleh orang lain, instantly. Kebanyakan baru sampai pada tahan iba & kasian, belum sampai ke tahap “empati”. Saya pernah menangis melihat salah seorang korban Situ Gintung yang harus kehilangan anak & istri hanya dalam hitungan detik, ketika air bah Situ Gintung meluluhlantakkan lingkungan sekitarnya. Saya membayangkan jika lelaki itu adalah saya. Jika saya yang harus membopong jenazah anak saya, jika saya yang harus menyaksikan istri saya terbujur kaku tak bernyawa dalam kondisi mengenaskan.

 

Saya sering merasakan empati kepada orang lain, tapi sayangnya orang lain tidak semuanya mencoba empati kepada saya. Bahkan ada yang ujung-ujungnya malah mencela ketika saya mengalami kesulitan. Tapi ya sudahlah tak apa, saya bisa mengerti. Tingkatan empati seseorang dengan orang lain bisa saja berbeda-beda. Toh dalam hidup kan ga semuanya satu sama lain harus sama, harus persis, harus searah.

 

Hanya mencoba untuk ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, sehingga kita tahu bagaimana kita harus bertingkah laku/berhadapan/memperlakukan orang lain sesuai dengan kondisi & situsi saat itu. Belajar membedakan sikon yang bagaimana seharusnya banyak ber-empati terhadap orang lain dan pengendalian diri, sikon yang bagaimana seharusnya mengekspresikan diri dengan tulus dan komunikasi tanpa tedeng aling-aling. Ketika kita telah berhasil mempelajari hal ini, di dalam suatu grup kita akan memperoleh pengakuan secara luas, diantara kawan-kawan & memperoleh persahabatan yang tulus.. 🙂

 

 

 

Continue Reading