Rencana Tuhan Yang Tak Kumengerti

Dulu, setiap kali saya mengalami kegagalan atau kesedihan, yang saya salahkan adalah keadaan & Tuhan. Anggapan saya : Tuhan itu gak pernah sayang sama saya secara total!. Dari sekian banyak keberhasilan yang Allah beri selalu diimbangi dengan kegagalan yang saya terima. Tidak pernah terpikir dalam otak saya ketika Allah menjawab doa & keinginan-keinginan saya melalui cara-cara yang tak pernah disangka, bahkan kadang justru melalui kesedihan & kegagalan yang saya alami.

Seperti halnya ketika saya ingin membuat orangtua saya bangga, Tuhan memang memberi saya kesempatan lulus SMA dengan NEM kepala 5, orangtua saya bangga. Tapi tidak diikuti dengan lolosnya saya di UMPTN. Saya merasa gagal. Apalah artinya NEM segitu kalau saya gagal di UMPTN? Ah, Tuhan memang tidak serius mengabulkan doa saya ah πŸ™ . Pikir saya waktu itu..

Sampai akhirnya saya memutuskan untuk mengambil program diploma Kesekretariatan di Universitas Brawijaya – Malang, Tuhan kembali memberi kesempatan pada untuk lulus dengan IPK diatas 3.7 & sekali lagi alhamdulillah bisa membuat orangtua saya dengan bangga duduk di deretan VIP. Tapi apakah lantas dengan lulus cumlaude itu diiringi dengan jaminan cepatnya saya memperoleh pekerjaan? NO.. It’s a BIG NO! Kembali saya mengalami kegagalan & lagi-lagi saya berpikir,Β  “Aduh Tuhan.. kenapa selalu setengah-setengah sih kalau ngasih keberhasilan sama saya?” *bletak*

Kalau pun iya saya akhirnya bekerja, bukan di sebuah perusahaan berskala nasional, tapi ya alhamdulillah saya sudah bekerja & punya penghasilan sendiri. Kembali saya kurang puas & mengeluh. Sampai saya pindah-pindah kerjaan pun nasib baik belum juga beranjak mengikuti saya πŸ™

Sampai akhirnya, Tuhan memberi kesempatan buat untuk bekerja di salah satu perusahaan telekomunikasi selular terbesar di Indonesia. Perusahaan yang awalnya too high for me to reach, rasanya nggak mungkin banget bisa bekerja disitu. Tapi kok ya ndilalah Tuhan kasih saya kesempatan bekerja disana, sampai sekarang..

Selesai masalah pekerjaan, ganti masalah jodoh. Saya kembali mengeluh pada-Nya :

“Aduh Tuhan, kok saya nggak cepet-cepet nikah sih? Umur saya toh sudah cukup. Lagipula saya juga nggak memilih yang muluk-muluk. Asalkan dia bisa memberi nafkah untuk keluarga & perhatian sama saya & anak-anak kelak, insyaallah cukup kok..”.

Sampai akhirnya saya dipertemukan dengan suami saya yang.. OMG benar-benar jauh beda dengan saya &Β  teman-teman gaul saya. Watak & sifat yang jauhnya bumi langit sama saya. Sempat mikir lagi : “ah, Tuhan lagi becanda ya? Ini sih kejauhan, samasekali jauh dari ekspektasi saya, profil yang nggak pernah saya bayangkan. .” *dikeplak sama Tuhan nih lama-lama* —> “katanya tadi minta yang biasa aja gapapa, sekarang protes kok gak kaya temen-temen kamu, gimana sih?!” (gitu kali Tuhan ngomongnya ya? ;))).

OK, doa saya menikah dengan orang yang “biasa saja” itu tadi terkabul. Walau awalnya tetep penasaran kenapa saya menikahnya justru bukan dengan si A atau si B yang jauh lebih match sama saya. Jujur waktu itu masih muter-muter dengan keputusan saya sendiri. Bukan berarti saya nggak cinta sama suami lho ya.. πŸ˜€ .Β I do love him with all my heart. Tapi sekali lagi yang namanya jodoh itu nggak bisa dipaksakan ya. Walaupun secinta-cintanya kita sama seseorang kalau Yang Diatas bilang NO, ya nggak bakalan kejadian.. πŸ™‚

Sampai akhirnya saya hamil. Sifat & watak suami yang keras versus ego saya yang ketinggian menghasilkan percikan-percikan api di kehidupan rumah tangga kami. Biasalah perang antar suku ;)). Sampai saya bilang sama Tuhan :

“Ya Allah, semoga si kecil kelak bisa jadi peredam emosi kami, semoga bisa membuat suami saya jauh lebih lunak sikapnya, semoga bisa lebih rukun lagi ya Allah. Semoga Engkau lapangkan jalan rezeki keluarga kami ya Allah.. Semoga nantinya akan ada perubahan kearah yang lebih baik.. Amien.”

Saya nggak pernah sadar kalau doa itu ternyata didengar & dikabulkan. Tapi dikabulkan dengan cara yang sama sekali tidak pernah saya sangka, bahkan cenderung menyedihkan. Si kecil meninggal dalam kandungaan usia 6 bulan. Itu pengalaman yang paling menyedihkan yang pernah kami terima. Tapi tahukah perubahan apa yang terjadi terhadap suami (& saya) setelah itu? Ajaib, suami menjadi lebih sabar, lebih perhatian, lebih ngemong, dan pokoknya jauh lebih baik dari sebelumnya, hingga sekarang. Yang awalnya saya mau resign setelah melahirkan ternyata tidak jadi & alhamdulillah saya diangkat jadi Team Leader Quality Assurance di callcentre Telkomsel Regional Jakarta. Alhamdulillah.. Belum lagi saya sempat berleha-leha menjadi TL di regional Jakarta, kembali Allah kasih kesempatan pada saya untuk jadi TL QAO Nasional..

Sama dengan halnya jodoh. Orang-orang yang saya anggap ideal buat saya di masa lalu, mendadak semuanya disingkap keburukannya oleh Allah. Subhanallah.. Saya jadi bersyukur punya pasangan seperti suami saya yang sekarang, yang sederhana, apa adanya, nggak neko-neko & (insyaallah) tidak pernah membagi hatinya untuk siapapun.

Sampai sekarang masih suka merinding kalau mengingat doa-doa saya dijawab oleh Tuhan dengan jalan yang tidakΒ  pernah saya sangka-sangka. Suka malu hati kalau ingat marah-marahnya saya sama Dia. Kalau selama ini saya cuma sekedar menghibur kalau ada teman/keluarga yang susah : “selalau ada hikmah yang bisa kita ambil disetiap kegagalan &Β  musibah yang kita terima”. Tapi kali ini saya bisa sangat yakin :

“yes, absolutely.. there’s a blessing in every disguise..” πŸ™‚ .

Ya Allah, maafkan aku yang terlalu banyak menuntut ini ya.. [-o<

[devieriana]

You may also like

9 Comments

  1. ketika kita mulai banyak menuntut, ketika itu pula kita mulai merasa banyak keinginan kita tidak terpenuhi πŸ˜€

    bersyukur … mudah dituliskan susah untuk dilaksanakan

  2. eh donyy.. nyasar kesini juga, xixixixi.. makasih udah main kesini ya don *mmuah*

    iya, makanya sekarang aku ga banyak cinconglah say, syukuri aja apa yang ada di depan mata.. πŸ˜‰
    *insap*

  3. hai jeung.. main-main kesini juga *cipika-cipiki* πŸ™‚
    iya, kitanya (eh sayanya) yang suka ga nyadar, padahal sudah dipilihin jalan (insyaallah) yang terbaik buat kita, masih aja ngeluh, hehehehe…. πŸ˜€

  4. dunia ini panggung sandiwara…
    sdh digariskan dlm al qur-an, bahwa sesungguhnya hidup di dunia ini hanyalah permainan dan canda tawa saja, maka beruntunglah orang yang berserah diri kepadaNya.

    salam kenal mba devi.

  5. lukmaaannn *timpuk*
    apa sih pake salam kenal-salam kenalan gitu *gigit* :))

    iya sih, nyadarnya pas akhir-akhir ini, oalah.. telat yoo.. IH tapi mending daripada ga nyadar-nyadar.. πŸ˜€

  6. tulisanmu makin bagus mba, semoga menemukan ritmenya. kutunggu diduniamu, ditempat biasa kamu bermain, kamu tak menunjukkan aksaramu. ternyata di dunia ini, kamu semakin mengkilap.

    saya dari perwakilan persatuan masyarakat kreatif di kantor mengucapkan selamat berkarya.

  7. hiihhi, gitu ya? yaa.. kadang tak posting disana juga kok Luk, cuman kalo tulisan terlalu berat gitu suka mikir-mikir mau posting disana πŸ˜€
    pangsanya disana itu tulisan yang ringan, lucu, kaya-kaya gitulah.. (menurutku ya..)

    kalo disini lebih ke menulis gaya & tema bebas, ga kebebanan gitu. Dibaca syukur, dikomen alhamdulillah πŸ˜€

  8. Jalan Tuhan itu sangat indah lho…. mbk Dev, hanya cara-Nya terkdang tdk dpt qta liat secara manusiawi (di luar akal insan)….. tetapi tetap chayoo mbk masi banyak cinta kasihNya yg tak pernah berubah sampai Zaman apapun itu…….. ( klo dibayangkan Dr Zaman Penciptaan, Purbakala, Revolusi Kemerdekaan, Orde lama, Orde Baru, Reformasi, masa sekarang, dan masa yg akan datang….. ) GBU

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *