Suatu Sore Didepan Balairung UI

Lama ya saya nggak posting disini ya πŸ˜€ . Bukan karena udah ogah, tapi ada banyak kegiatan yang menyita waktu saya akhir-akhir ini. Ide nulis sih ada, bahkan sampai saya tulis dimana-mana untuk “menyelamatkan” dari mendadak hilangnya ide-ide itu. Tapi ya sekali lagi karena kesibukanlah yang membuat saya nyaris nggak punya waktu untuk menuliskannya disini.. *alasan..* :mrgreen:

Beberapa hari yang lalu saya disibukkan sama seleksi CPNS yang hampir tahap final & setumpuk kerjaan yang menunggu saya konsumsi satu persatu. Ada satu kejadian yang membuat saya trenyuh ketikaa saya menunggu di sekitar Balairung UI tempat saya psikotest kemarin. Sore itu hujan cukup deras, bahkan disertai dengan angin kencang. Saya bersama 2 orang peserta psikotest ngobrol di teras balairung sambil menunggu jemputan & hujan reda. Diujung sana ada seorang wanita setengah baya terlihat sedang sibuk mengutak-atik isi tempat sampah. Ya, dia seorang pemulung. Sore yang makin pekat itu agaknya tak menyurutkan langkah wanita itu untuk berhenti memungut apapun yang bisa dimasukkan tas plastik besar warna hitam itu. Tak terkecuali kardus bekas makan siang kami, bekas botol/gelas air mineral, dan kertas-kertas yang sudah tidak terpakai.

Ada satu pemandangan yang membuat nyaris tidak bisa membendung airmata saya. Ibu itu menyisihkan nasi sisa makan siang kami yang tidak termakan & mengumpulkannya di tempat tertentu. Dengan telaten dia memisahkan nasi dengan lauk pauknya. Dikumpulkan jadi satu dalam sebuah tempat yang sudah dia bawa sebelumnya. Entah, mata saya yang minus ini kurang jelas melihat bentuk tempatnya. Tapi sepertinya sebuah tas plastik warna hitam.

Trenyuh melihatnya. Bayangkan, nasi sisa itu dikumpulkan & akan dibawa pulang oleh ibu itu. Mungkinkah nasi yang tentu saja sudah tidak layak konsumsi itu akan dimakan, dimasak, atau dijadikan nasi aking? membayangkan mereka makan nasi sisa saja sudah bikin saya mau nangis, gimana saya mau melihat langsung ya? Saya tahu bukan hal yang mudah, pun bukan sebuah pilihan hidup untuk menjadi seorang pemulung & hidup dalam garis kemiskinan. Siapa juga yang bercita-cita hidup serba berkekurangan macam ibu itu, kan?

Jadi merasa bersalah karena siang itu saya tidak menghabiskan seluruh makanan yang sudah disediakan oleh panitia. Bukan karena makanannya nggak enak, atau kurang layak. Tapi kebetulan saya masih kenyang karena sarapan agak banyak, belum lagi jam 10 ada break & snack yang agak berat. Jadilah jatah makanan saya itu hanya mampu saya makan setengahnya. Setengahnya lagi.. tidak saya makan.. πŸ™

Pelan-pelan saya menghampiri pemulung setengah baya itu. Kembali menggenggamkan beberapa lembar ribuan ke tangan ibu itu yang sekali lagi saya tahu tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Saya hanya membayangkan dirumahnya sekarang (kalau dia punya rumah), pastilah sudah menanti anak/keluarganya untuk diberi makan.Β Itu kalau mereka dalam keadaan sehat, kalau ternyata dalam keadaan sakit? Duh saya yang yang nggak tega membayangkannya..

“Bu, ini buat ibu.. Maaf saya nggak bisa kasih banyak ya bu.. Semoga bermanfaat..”

Ibu itu melihat saya sambil setengah berkaca-kaca. Ah mata teduh itu, bikin saya yang sensitif ini juga pengen nangis.

“Makasih mbak.. Alhamdulillah. Alhamdulillah ya Allah..”

Saya hanya tersenyum sambil setengah mati menahan supaya airmata saya tidak jatuh.

Dalam hati saya merasa, duh kok saya sok banget ya sudah buang-buang makanan. Sementara ibu ini harus rela memungut sisa makanan orang buat dikonsumsi lagi. Berkali-kali saya istighfar & tak henti-henti saya mengucap syukur atas semua yang sudah Tuhan kasih sama saya. Sekali lagi, Tuhan mengajak saya belajar dari hal-hal & orang-orang kecil disekitar saya. Pelajaran kecil yang tentunya “nancep” banget dikepala & benak saya..

Β 

Β 

[devieriana]

Β 

You may also like

17 Comments

  1. udah komen di ngerumpi, tapi copas lagi ah

    waktu kecil, mama bilang, kalau gak dihabiskan, nasinya nangis. baru setelah dewasa saya sadar yang menangis bukan nasinya, melainkan hati kita saat kita melihat orang yang kelaparan sementara kita membuang-buang rejeki yang diberikan Tuhan pada kita.

  2. 1. Hihihihi, tampilannya segar nian… sedapssss…
    2. Mencukupi atau tidak, sedikit banyak yg kita beri itu sudah bermanfaat banyak… πŸ˜€
    3. Mari memberi… hehehehh

    *Wahhh suka banget tampilannya… πŸ˜€

  3. oh ya.. pemandangan yang kayak gitu itu lah yang membuat saya, selama setahun terakhir dan alhamdullilah masih sampai dengan hari ini, bertekad selalu menghabiskan apa pun yang tersedia di kotak makan saya yang disediakan orang lain, suka atau pun tidak. *kalo makanan sendiri kan bisa mengira-ngira harus makan seberapa banyak*

    seandainya saya tidak akan habis memakannya, saya memilih untuk tidak memakannya sama sekali dan memberikannya kepada pemulung atau pengemis pertama yang saya jumpai.

  4. iya, baru nyadarnya juga sekarang. jaman dulu mana mau percaya sih kita sama begitu-begitu. Nggak taunya sekarang ngalamin sendiri ya πŸ™

  5. 1. lagi pengen ganti template πŸ˜€
    2. setuju.. makasiih πŸ™‚
    3. udah memberi belum? kalo belum, berilah akuuuu.. πŸ˜†

    banyak yang suka ini kayanya.. baiklah, aku akan pakai themes ini deh πŸ˜€

  6. mmmm….kebaikan devi dibalas berlipat-lipat oleh Allah dengan diterimanya Devi di CPNS. mungkin ibu pemulung kemarin ikut ngedoain Devi biar lolos seleksinya. hehehe……
    syukur Alhamdulillah, emang bener ya, kalau kita berbuat baik, Allah pasti akan melipatgandakan kebahagiaan buat kita.
    btw, selamat ya deeeeeeeev………

  7. Ya ampun… aku sampe kaget baca judul ini. Aku pernah nulis dengan judul postingan yg sama, mbak. Tp ceritanya tentang peristiwa putus sm mantanku di samping Balairung UI :facepalm:

    Maaf OOT atasnya. Diedit/hapus aja komenku, td cm pgn curhat aja. pengalaman putus itu hiks menyedihkan banget +_+

    Tulisanmu selalu menyentuh deh, termasuk yang ini.. Pengalaman tak terduga seperti ini biasanya ngasih makna yang mendalam setelahnya ya..

  8. @Dhanti : wallahualam say.. πŸ™‚ . Yang penting mah ikhlas ajalah, Dear.. πŸ™‚

  9. @nonadita : heheheh, dejavu ya mbak? ;)) . Oh ya, pernah ngasih judul yang sama juga yah? ih padahal kan kita nggak contekan ya.. πŸ˜€ .

    Kalo soal ibu itu emang bikin nggak mau buang-buang makanan lagi sesudahnya. Karena ngeliat langsung ibu itu memungut sisa makanan kami, yang nasinya masih bersih dia kumpulkan jadi satu, yang sudah kotor dia buang.. Padahal aslinya ya udah nggak ada yang steril.. :(( .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *