A Reason, A Season or A Lifetime

Salah satu project menulis di awal tahun 2011 yang menurut saya cukup unik dan spektakuler adalah menulis surat untuk mantan yang nantinya akan dibukukan via @nulisbuku yang deadline-nya adalah kemarin tanggal 8 Januari 2011. Project unik ini berawal dari idenya Naluri yang berniat untuk membukukan kumpulan surat untuk mantan. Dia mengundang para penulis yang berminat untuk berbagi cerita menjadi sebuah buku. Bagi penulis perempuan bisa menulis dengan tema Surat Terakhir Untuk Penghuni Mars (STUPM), sedangkan para lelaki bisa menulis dengan tema Surat Terakhir Untuk Penghuni Venus (STUPV).

Jujur awalnya saya antusias untuk ikut project ini. Mengingat ada penggalan cerita mirip sinetron yang pernah terjadi dalam hidup saya  dan sepertinya saya akan dengan mudah menuangkannya lagi dalam bentuk prosa. Tapi entah kenapa, seiring dengan waktu, ide menulis dengan tema tersebut maju mundur, seolah berkompromi dengan mood yang naik turun. Bingung, antara ingin membagikannya dalam bentuk tulisan yang bisa dibaca secara bebas oleh orang lain, atau biar saya simpan saja sendiri. Setelah melalui pergulatan batin yang panjang (halaah..) akhirnya saya putuskan untuk membatalkan keikutsertaan saya dalam project itu karena sepertinya memang tidak ada lagi yang perlu saya sampaikan pada si beliau 😐

Di twitter sempat saya baca ada beberapa tweet dari peserta project STUPM dan STUPV yang di RT oleh @nulisbuku ; rata-rata mereka sampai nangis-nangis nulisnya. Mungkin juga karena efek emosional. Mereka “terpaksa” harus mengulik kisah lama yang (bisa saja) menyakitkan, yang sebenarnya tidak untuk diingat-ingat lagi, tapi demi project buku ini mereka mau untuk menuliskannya ulang dengan risiko ‘menangis darah’.

Tak ada yang salah dengan project unik ini, animo pesertanya juga terlihat sangat tinggi. Sepertinya seluruh kontributor sukses menulis dengan hati. Iyalah, wong pengalaman pribadi. Tapi buat saya ya sudahlah, yang sudah ya sudah. Saya merasa sudah tidak ada ‘hutang’ yang belum terselesaikan dengan siapapun. Apa yang sudah terjadi di masa lalu biarlah tersimpan rapi dalam kotak tersendiri.Itu kalau saya lho, ya… 😉

Beberapa hubungan di masa lalu tidak saya lewati secara mulus. Ada saat di mana kami sudah terantuk di depan jalan buntu, sehingga kami harus membuat keputusan apakah harus bertahan atau kami cukupkan sampai di situ saja. Buat yang sudah pernah mengalami patah hati sih pasti beratlah. Tapi syukurlah akhirnya kami bisa mengakhirinya secara baik, dan bahkan hubungan kami saat ini jauh lebih baik jika dibandingkan ketika masih jadi pacar ;)). Saya tidak ingin berusaha memaksakan sebuah hubungan yang kualitasnya sudah tidak lagi sehat. Jika memang komunikasi sudah terbentur dari berbagai sisi; semua cara untuk bertahan sudah dicoba; dan ketika masing-masing ternyata sudah tidak lagi nyaman melanjutkan hubungan, ya lantas untuk apa saling ngotot untuk mempertahankannya? Capek hati, capek pikiran, capek tenaga. Kalau toh memang akhirnya harus berpisah ya kenapa tidak? Karena siapa tahu justru setelah berpisah kita akan bertemu dengan sosok yang lebih baik, kan?

Walaupun sering kali keputusan yang sudah melalui pemikiran yang sangat matang sekalipun tidak selalu bisa memuaskan semua pihak; belum lagi harus berhadapan dengan rasa sakit dan kecewa lantaran kita harus berhadapan dengan akhir yang tidak sesuai dengan harapan di awal mula hubungan. Tapi ya itulah yang namanya hidup. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi semenit dua menit ke depan; apa yang akan terjadi esok hari; pun menebak dengan siapa kita berjodoh, karena nyatanya sering kali kenyataan berlari terlalu jauh dari harapan.

Beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan email yang isinya cukup bagus, dan membuat saya merenung sendiri. Kurang lebih isinya begini :

When someone is in your life for a REASON, it is usually to meet a need you have expressed. They have come to assist you through a difficulty, to provide you with guidance and support, to aid you physically, emotionally or spiritually. They may seem like a godsend and they are. They are there for the reason you need them to be.

Some people come into your life for a SEASON, because your turn has come to share, grow or learn. They bring you an experience of peace or make you laugh. They may teach you something you have never done. They usually give you an unbelievable amount of joy. Believe it, it is real. But only for a season.

LIFETIME relationships teach you lifetime lessons, things you must build upon in order to have a solid emotional foundation. Your job is to accept the lesson, love the person and put what you have learned to use in all other relationships and areas of your life.

Ah, jadi ingat sama salah satu nasihat Papa saya. Ada kata-kata yang nancep banget sampai sekarang, saya menyebutnya dengan analogi kaca mobil. Nasihat itu diberikan ketika saya masih jadi ababil (ABG labil); lagi sedih menye-menye habis putus sama pacar :p :

“Pernah merhatiin nggak kenapa kaca depan mobil dibuat lebih besar daripada kaca spion? Itu karena ada banyak hal yang jauh lebih besar yang harus kamu lihat, dan harus kamu hadapi di depan sana. Lalu kenapa kaca spion ukurannya dibuat jauh lebih kecil dari pada kaca depan? Karena kadang kita perlu sesekali melihat ke masa lalu, tapi ingat, hanya sebatas untuk introspeksi dan belajar dari kesalahan yang telah diperbuat agar tidak terulang lagi di masa yang akan datang… Chin up! ;)”

So, …

Thank you for being a part of my life, whether you were here for a reason, a season or a lifetime..

[devieriana]

gambar pinjam dari Corbis Images

Continue Reading

Dear mantan kekasih..

 

 

Tidak semua hubungan pasti berjalan mulus sesuai rencana. Yang namanya halangan yang menyebabkan gagal ke pelaminan pasti juga banyak. Tapi semua itu masih terbilang wajar, lumrah. Namanya juga bukan jodoh, mau bagaimana lagi? Realistis aja.. Sesuatu yang sudah kita relakan untuk dilepas sebaiknya itu tidak perlu diutak-atik lagi. Yang sudah jadi masa lalu ya biar jadi masa lalu. Karena jelas, bukan saja dia akan menjadi penyakit hati, tapi juga akan selalu menghantui, mengiringi setiap langkah kita (bahkan ketika kita sudah memiliki pasangan sekalipun). 

 

Banyak diantara kita yang terpaksa putus karena ketidakcocokan sifat & perilaku, ada orang ketiga, atau karena suatu sebab yang bukan disebabkan karena adanya pertengkaran antar pribadi, bisa jadi karena dijodohkan (jangan salah ya, jaman sekarang aja masih banyak yang kaya gitu lho). Ya jelas akhirnya jadi hal yang sulit untuk diterima oleh salah satu pihak (atau justru keduanya?). Nah yang bahaya adalah ketika “the flame” itu kembali muncul setelah sekian lama tidak bertemu & ketika bertemu, mulai berkomunikasi secara intens dan.. taraa “bara” itu menyala kembali. O’ow.. don’t try this at home.. Syukur-syukur kalau ketemunya masih sama-sama masih single. Nah kalau ternyata sudah sama-sama (atau salah satu)  punya pasangan lalu diam-diam bara itu menyala kembali? Apa bukan cari penyakit namanya?

 

Buat saya, orang-orang seperti ini kok seperti tidak punya masa depan ya.. Orang-orang yang terlalu sering melayangkan ingatan kepada memori yang ditinggalkan oleh hubungan yang sudah berlalu. Orang-orang yang masih merindukan mantan-mantan pacarnya ini, seringkali tidak menyadari bahwa mantan pacarnya sekarang sudah punya kehidupan yang lain. Sudah punya dunia baru yang diisinya dengan pasangan/keluarganya yang sekarang.

 

Come on.. get real. Don’t give a shit on that, guys, girls !! It’s your life, remember your family,  your  treasure ..

 

Go straight to yourself. Pilihan hidup mana sih yang akan kita prioritaskan jika kita yang masih single & dianya yang sudah double (atau sebaliknya)? Keluarga kita, keluarganya, atau kenangan masa lalu kalian? Kalau pilihan terakhir yang kita pilih, Oh no, Man.. itu akan sama-sama menjadi pilihan yang menyakitkan. Bukan hanya menyakiti jiwa kalian, utamanya akan menyakitkan buat orang terdekat kalian.

 

Lalu adakah cara melupakan mantan pacar? Here are some tips , mungkin a little bit hard, sharp & straight way. But it works, anyway.. :

1. Selama kita masih punya keluarga, sahabat, atau teman dekat sebisa mungkin hindari curhat-curhat dengan mantan pacar. Dengan alasan untuk menjaga tali silaturahmi, kadang-kadang banyak orang yang tetap berhubungan sebagai teman walaupun sudah tidak berpacaran lagi. Dan ketika bermasalah dengan pasangan yang sekarang, biasanya berusaha mencari tempat curhat yang lain, yaitu teman dekat atau bisa juga mantan pacar.  Iya kalau masalah bisa selesai. Lha kalau ternyata bikin masalah baru?

2. Jangan berusaha untuk menghubungi mantan pacar , baik lewat telepon, SMS, chatting maupun e-mail. Sebaliknya abaikan juga semua telepon, SMS, chatting dan e-mail darinya. Sangat tidak adil jika kita masih mengirim SMS kepada mantan, sementara kita sudah memiliki orang yang sangat kita kasihi.

3. Tidak perlu menyimpan benda-benda kenangan masa lalu, foto atau benda-benda lain yang pernah diberikan sang mantan kepada kita. Karena ketika benda itu masih dekat dengan kita, pasti kita akan mengingatnya terus.

4. Usahakan jangan datang ke tempat-tempat yang pernah kita kunjungi bersama mantan pacar , sebab hal ini justru bisa membuat kita kembali teringat padanya.
“Eh gue pernah mojok di sana, di bawah pohon mengkudu” , atau “di sana tempat kita makan bareng, gue melulu yang bayarin”, hehehe.. itu misalnya.

5. Hapus profil mantan dari facebook, friendster atau situs jejaring sosial kita. Bukannya apa, yang namanya ikut situs pertemanan seperti itu kan semua kegiatan kita & mantan yang ditampilkan akan selalu terlihat. Nah bukan tidak mungkin, kita akan memberikan komentar di situs mantan dan inilah yang menjadi “bibit penyakit” bagi kita. Mending kalau semua komennya netral, tapi kebanyakan tanpa disadari pasti salah satu ada yang menjurus-menjurus ke kenangan masa lalu.

6. Saatnya untuk konsentrasi kepada orang yang jauh lebih peduli kepada kita (baca : keluarga/sahabat).  Jika Anda sekarang masih single, mungkin saja akan ada orang yang dapat mencintai Anda secara lebih pantas.. 😉

7. Banyak diantara kita yang berdalih sekarang hubungan dengan mantan sekarang hanya sebatas teman baik, sahabat. Sering saya dengar,  “we’re a good friend now”. OK, persoalan akan menjadi lain kalau hubungan pertemanan itu diketahui oleh pasangan masing-masing. Kalau hubungan pertemanan itu diketahui oleh pasangan masing-masing & pasangan masing-masing sama sekali tidak keberatan dengan hubungan pertemanan itu, ya tidak masalah. Tapi pada kenyataannya, hubungan pertemanan dengan mantan pacar selalu disembunyikan dengan dalih menjaga perasaan pasangan yang sekarang. Akibatnya ketika pasangan yang sekarang mengetahui hubungan pertemanan tersebut, dia pun bisa menjadi lebih marah. Tidak ada seorangpun yang mau hubungannya di ganggu. Jadi sebaiknya mulai lupakanlah dalih ” teman baik” itu.

8. Menempatkan posisi kita ke dalam posisi orang lain. Coba saja kalau ternyata pasangan kita yang sekarang ternyata masih juga berhubungan dengan mantan pacarnya, apakah kita tidak akan cemburu? Kok kayanya tidak mungkin ya. Orang-orang yang masih ingin berhubungan dengan mantan pacarnya sebaiknya berkaca pada diri sendiri dan menyadari apakah dia sendiri akan rela apabila hal seperti itu terjadi padanya.

 

Yang namanya mantan hanyalah sekedar kenangan masa lalu. Kita hidup di masa sekarang. No more “if supposed”, “if only”, “kalau saja”, “andai..” and etcetera, etcetera, etcetera.. Mengingat mantan pacar, menyendiri dan berlarut-larut hanyut dalam keadaan melankoli tentu bukan hal positif yang patut dilanjutkan.

 

Memang agak sulit, tapi semua bisa kita lalui kalau ada niat kuat di dalam diri & pikiran kita. Pendapat, saran, opini sebagus apapun akan menjadi sebatas sampah ketika dari kitanya sendiri ga ada niatan untuk itu.

 

Jangan pernah membawa kenangan masa lalu ke dalam hubungan masa depan Anda, karena hanya akan menyebabkan rasa sakit untuk orang-orang yang Anda kasihi ..

 

 

[devieriana]

 

 source gambar dari sini

 

 

Continue Reading