(Bukan) Negeri Dongeng

Disclaimer : tulisan ini diilhami oleh sebuah curhat seorang teman yang menurut saya inspiratif  🙂 .

Siapa sih yang waktu kecil nggak kenal sama cerita putri-putri cantik & pangeran tampan dari negeri Disney, macam Cinderella, Snow White, Beauty and The Beast, atau cerita-cerita dengan perfect ending lainnya? Sempat mikir nggak kalau cerita-cerita dongeng seperti inilah yang akhirnya “meracuni” otak perempuan untuk terus berkhayal tentang sosok sang Prince Charming? Mengkhayalkan hadirnya sosok lelaki sempurna yang keren, berkarir cemerlang, kaya, baik hati, rajin menabung, suka berkebun, berkemah, berlatih semaphore & tali temali? lah jadi Pramuka.. ;)).Saya aja dulu kalau nonton cerita putri-putrian yang endingnya romantis, happily ever after gitu suka dengan mulut ternganga, sambil khayalan terbang kemana-mana Maksudnya berkhayal saya yang jadi putrinya, trus nanti ada pangeran tampan yang bakal menikahi saya gitu.. Ya gapapalah namanya juga masih kecil ya, wajar. Lha kalau sekarang saya masih mikirin yang kaya begitu nggak nikah-nikah kali sayanya. Tapi bukan berarti kalau saya menikah karena nggak ada pangeran manapun yang mau sama saya ya. Ya memang iya sih.. *histeris*. Ya yang pasti karena sudah ada seleksi alam yang akhirnya menyatukan kita dengan seseorang.  🙂 .

Itu kalau khayalan perempuan ya, sedikit berbeda dengan kaum lelaki, mereka punya sosok ideal yang disebut “cantik” secara lebih real, bisa ditunjukkan keberadaannya dengan jelas seperti sosok siapa, contohnya Dian Sastro, Pevita Pearce, Luna Maya, Mulan Jameela atau ikon-ikon cantik lainnya. Tapi pada umumnya kaum lelaki jauh lebih realistis. Artinya, meskipun mereka punya atau memimpikan sosok ideal, tapi mereka sukup sadar kalau itu semua di luar jangkauan mereka. Dengan demikian mereka lebih pasrah dan mau menerima siapapun sosok yang lebih realistis untuk menjadi pasangan hidup mereka 😀 .

Logikanya, kalau dunia ini hanya dipenuhi oleh perempuan cantik dan lelaki tampan, semuanya sukses, kaya, dan  berkarir cemerlang, lha terus yang tidak cantik , tidak tampan, tidak punya karir cemerlang &  tidak kaya mau dikemanakan? Disuruh tenggelam aja di laut? Nggak kan? Ayolah, kita bukan hidup di negeri dongeng. Kadang kita jatuh cinta justru dengan orang-orang yang tidak sempurna, jauh dari sosok ideal kita dulunya. Nggak ada yang salah dengan cinta. Kita juga tidak mungkin menahan diri lantaran kita jatuh cinta dengan orang-orang yang bukan standar massa kan?

Hidup juga tidak selalu seperti cerita dongeng atau film Hollywood yang berakhir bahagia dengan dua tokohnya yang berciuman mesra. Hidup kita juga kan skenario film atau panggung broadway dengan peran-peran tertentu dan orang lain yang jadi penontonnya plus berhak me-rating apakah bagus, sedang atau jelek.

Orang lain kadang “menetapkan” tuntutan & standar tersendiri yang menjadi ukuran baik/buruk seseorang. layak atau tidak untuk menjadi pasangan kita. Tapi balik lagi, yang akan menjalani hidup selanjutnya kita sendiri juga kan? Jadi kalau memang kita sudah mantap, sudah merasa sesuai dengan calon pasangan kita ya go a head. Sekaranglah saat bagi kita untuk melepaskan diri dari “penjara” tuntutan- tuntutan atas hidup kita. Karena yang bertanggung jawab atas apapun yang terjadi dengan kita adalah diri kita sendiri. Apakah nantinya kita akan bahagia atau tidak bukan orang lain yang menentukan tapi kita sendiri.

Lagi pula, ukuran kebahagiaan bukan hanya diukur dengan fisik atau materi, kan? Fisik bisa luntur seiring dengan usia, materi juga bisa dicari kan? Kalau sudah rezeki nggak akan kemana-mana kok. Kan semua sudah ada yang mengatur, bukan? 🙂 . Jodoh adalah masalah waktu, someday you will meet a wonderful guy and get your very own happy ending. Every movie we see, every story we’re told implores us to wait for it. Saat seorang memang ditakdirkan untuk kita, dia akan datang dengan sendirinya tanpa diundang & kita rencanakan. Happiness is entirely a state of mind.

[devieriana]

Continue Reading

Take Me Out Indonesia

Ok, mungkin saya terlambat banget bahas acara (yang katanya reality show) ini. Jujur pertama kali lihat :

“wuiidih, ini acara apaan sih? norak semua pesertanya. Mana dandanannya menor, belum lagi gaya pesertanya ada yang bitchy-bitchy gimana gitu”.

Maafkan saya ya pemirsa kalau ngomongnya agak pedes  *sambil nguleg cabe*.  Tapi ya itulah komentar jujur  saya tentang acara ini.. 😉

Acara yang menampilkan 30 perempuan single usia 20-40 dengan berbagai status. Ada yang single, ada juga yang sudah pernah menikah. Mereka akan memilih 7 pria yang akan diajukan. Kalau the ladies merasa cocok, nyalakan lampu, kalau tidak cocok ya tinggal matikan lampu. Calon yang diajukanpun tidak semua pria dengan fisik sempurna, ada yang ganteng ada juga yang superduper biasa saja. Ganteng itu mutlak, namun tampan relatif, bukan? *disambit uleg-uleg* .

Yang sering bikin saya geleng-geleng kepala itu reaksi perempuan-perempuan ini ketika diminta memilih. Ada saja alasan untuk mematikan lampu atau menyalakan lampu. Kalau yang mematikan lampu mulai dari alasan fisik/dandanan yang kurang OK, bisa juga karena pekerjaan & latar belakang sang pria. Tapi ada juga kok yang sudah sedemikian settle tapi tetap ga ada yang milih. Alasannya pun beragam & kalau menurut saya malah kesannya mengada-ada. Ada di salah satu episode yang menayangkan kebolehan sang pria bermain samurai, ga dipilih dengan alasan  :

“nanti kalau saya menikah trus dipedang gimana dong?”

Hyaelah.. shallow banget sih alasannya bu? Ya masa iya pria-pria itu niatnya mencari jodoh untuk diiris-iris sama samurai sih.. Ga make sense deh.. *jeburin sumur*

Kadang ngeliatnya juga “kasian” sama yang pria. Belum sempat kasih info apa-apa, eh semua sudah langsung mematikan lampu.. Omaigat..  Terus, suka gerah juga sama dandanan para wanitanya. Menor banget, belum lagi bajunya yang seringkali terlalu seksi & terbuka. Episode minggu kemarin malah ada yang keliatan nampang banget. Badan ga begitu langsing tapi roknya udah sepangkal paha, belahan dada juga kemana-mana.. Belum lagi pas di akhir acara dia pakai nari-nari sambil menghentak-hentakkan badannya.. maksudnya apa sih jeng? *bantuin nutupin badannya si mbak itu pakai taplak* .Ya ampun, elegan dikit dong ladies.. Kalian memang berusaha menarik lawan jenis, tapi mbok ya yang classy-lah.

Terlepas dari pro kontranya acaranya Fremantle ini, ratingnya bagus lho. Acara yang banyak menuai komentar sinis ini ternyata masih banyak juga yang nonton ya. Karena apa, ada sesuatu yang bikin penasaran sama acara itu. Tiap minggu pasti ada pemain-pemain baru yang akan dipilih dengan berbagai status & latar belakang pribadi.  Minggu depan malah katanya bakal dibalik, akan ada 30 pria yang akan memilih & beberapa perempuan yang akan diajukan sebagai calon. Kalau saya nih ya.. yang menarik cuma satu..

Choky Sitohang doang.. 😀

choky sitohang

*cipika cipiki sama Choky*

[devieriana]

Continue Reading

perfect guy : kenapa masih single?

george clooneyMau cerita dulu yah.. *sambil menata posisi  duduk*

Bisa dikatakan “ritual” tiap pagi saya adalah mendengarkan keluhan, “mamiii.. komputerku mati, ga bisa diapa-apain udah di ping, restart” tetep ga mau nyala..”, atau “mbaak, intelixku ga bisa download, upload failure melulu”, atau “mbak, astridku kok lemot ya?”. Ya begitulah keluhan anak-anak under saya. Belum sempat duduk, naruh tas & nafas, sudah dibombardir dengan pertanyaan-pertanyaan aduan seperti itu.. Ok, tak apalah, namanya emak ya harus sabar ya :). Ditampung dulu satu-satu nanti baru diadukan ke yang lebih pinter menangani masalah beginian, hehehehe.. (kirain diselesaikan sendiri, xixixi.. Hyaa jelas enggaklah, secara basic saya bukan IT. Tar malah meledak semua PC anak-anak saya. Halah..)

Karena seringnya saya berhubungan sama aplikasi-aplikasi error ini akhirnya ya harus berhubungan sama teman-teman IT. Seperti halnya tampilan para IT’ers lainnya, kebanyakan penampilannya santai, dandan alakadarnya, bahkan kadang kucel. Yah begitu pula tampilan si Abang ini. Satu sisi kalau dia lagi dikejar deadline bisa hanya ngomong sepatah-sepatah kalau ditanya & kesannya jutek (walaupun kadang keliatan banget usaha bersikap nice-nya). Tapi kalau sedang santai dia bisa jadi manusia yang lucu & menyenangkan ketika diajak ngobrol. He’s just human, isn’t he? wajarlah, hehehe..

Tadi pagi saya sempat ngobrol sama dia, “bang, kamu itu aslinya baik banget lho orangnya. Gitu kok ya belum ada cewek yang nyantol ya? Kemana semua perempuan-perempuan ini? Ada high quality jomblo disini kok gak ada yang nengok ya?”. Dia tertawa & langsung menyentil telinga saya.

Mmh, apa iya semua wanita disini hanya melihat seorang pria dari sosok/tampilan luarnya saja? Berarti sama dong seperti pria yang katanya makhluk visual? *ditampar bolak-balik* Atau memang wanita diam-diam juga melihat secara physical seorang pria ketika kenal pertama kali? Ya iyalah, namanya juga punya mata, Neng.. 😀 . Banyak lho pria yang secara otak dia pintar, fisik juga ok, pekerjaan mapan, tapi kenapa belum mendapatkan pasangan? Salahnya dimana? Social life, communication skill, approaching skill-nya, atau apanya ya? Jadi ingat salah satu episode take Me Out Indonesia nih.. Kalau tidak salah dia seorang manager usia 40 tahun, goodlooking, tapi sayang tidak ada satu wanitapun yang menyalakan lampu untuk memberinya kesempatan. What’s wrong with this guy.. or .. hey woman, what’s wrong with all of you out there?

Ok, tidak ada seorangpun yang sempurna. Kalau mau nyari cacat-cacatnya ya semua orang pasti punya. Apa sih kriteria lain yang dicari seorang wanita dalam diri seorang pria yang sudah bisa dikatakan almost perfect macam itu?

[devieriana]

gambar ngambil dari sini

Continue Reading