Jiwa-Jiwa Yang Tulus

Remember, if you ever need a helping hand, you’ll find one at the end of your arm….
As you grow older you will discover that you have two hands. One for helping yourself, the other for helping others.

– Audrey Hepburn –

Pernahkah kalian berada dalam sebuah keadaan panik, “sibuk” menyelamatkan nyawa seseorang yang tidak pernah kalian kenal sebelumnya? Jangankan kenal, bertemu face to face pun juga belum pernah. Kalian ikut panik, ikut deg-degan, seolah-olah ikut berada dalam sebuah ruangan ICU bersama orang yang akan kalian tolong itu, menunggu detik demi detik terlewati, menyaksikan seseorang yang barangkali saja saat itu tengah berjuang melawan maut.

Saya pernah, dan mungkin itu juga yang dirasakan oleh sebagian besar anggota milis Blood For Life.  Kepanikan itu terjadi terutama ketika mencarikan pendonor yang memiliki golongan darah langka, misalnya yang memiliki rhesus negatif (golongan darah yang banyak dimiliki oleh ekspatriat). Merasakan betapa sulitnya mencari pendonor yang darahnya sesuai dengan kebutuhan pasien. Ikut panik karena ternyata calon pendonor yang sudah stand by dan dijagakan bisa memenuhi kebutuhan darah si pasien ternyata kualitas darahnya kurang memenuhi syarat. Panik ketika pasien mengalami masa kritis karena belum mendapatkan donor darah. Ikut menangis ketika orang yang akan kami bantu ternyata harus diambil oleh-Nya dan kami belum sempat membantu secara maksimal.

Namun ada kalanya ikut bahagia ketika stok darah yang dibutuhkan terpenuhi, atau pasien bisa pulang kembali ke rumah dalam kondisi yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Ikut terharu ketika ada keajaiban-keajaiban yang terjadi secara misterius di saat-saat kritis dan itu berujung dengan terselamatkannya si pasien.

Lebih dari itu, sebenarnya bukan itu inti yang ingin saya bagikan hari ini. Saya akan berbagi tentang sebuah kisah mengharukan yang datang dari seorang penyandang tuna netra bernama Pak Iwa.

Pak Iwa adalah seorang tuna netra. Dia sudah rutin mendonor sejak masih berusia masih 18 tahun. Namun sayang pada tahun 2001, tepat dua minggu menjelang pernikahan dilangsungkan, Pak Iwa terkena glaukoma (tekanan pada bola mata). Setelah mereka menikah, ternyata sang isteri lebih memilih untuk tidak melanjutkan pernikahan, salah satu penyebabnya karenaglaukoma yang diderita oleh Pak Iwa itu. Sang isteri kemudian memilih untuk menikah lagi dengan pria yang memiliki kondisi fisik lebih normal.

Pak Iwa sebenarnya sudah tidak mempermasalahkan hal tersebut. Dia sudah pasrah akan kondisi dirinya. Hanya satu yang dia rasakan, yaitu kesedihan yang mendalam karena tidak ada lagi yang akan mengantarnya ke PMI untuk mendonor.

Beruntung ada seorang tukang ojeg yang bersedia mengantarkan Pak Iwa ke PMI, dan akhirnya menjadi tukang ojeg langganan. Namun lagi-lagi malang bagi Pak Iwa, tukang ojeg ini harus pindah sehingga tidak bisa lagi mengantarkan Pak Iwa ke PMI.

Saat ini Pak Iwa sudah menikah lagi. “Alhamdulillah, sekarang saya sudah bertemu isteri yang baik.” Namun ketika ditanya mengapa sang isteri tidak ikut mengantarkan ke PMI untuk mendonor? Dia menjawab :

“Isteri saya juga buta, Mbak. Kami sama-sama tuna netra. Biasanya kami mendonor berdua, sekarang isteri saya sedang hamil muda, saya takut dia keguguran kalau kecapekan. Lagipula orang hamil kan tidak boleh mendonor… “

Airmata saya langsung menggenang. Subhanallah, ternyata ada ya orang yang punya hati semulia Pak Iwa? Bayangkan, disela-sela kekurangan fisiknya ternyata Pak Iwa masih memikirkan nasib sesamanya yang membutuhkan. Dia masih meluangkan waktu untuk menyumbangkan darahnya secara rutin ke PMI.

Ketika ditanya apa motivasinya rutin melakukan donor darah, dia hanya menjawab dengan kalimat sederhana namun luar biasa artinya. “Saya hanya ingin menikmati hidup, dan salah satu kenikmatan yang saya rasakan adalah ketika saya diizinkan berbagi dalam keterbatasan saya.”

Teman-teman, hal paling berharga yang bisa Pak Iwa sumbangkan untuk orang lain itu tak lain adalah darahnya.

Pak Iwa saat ini bekerja di Metro TV sebagai seorang operator. Namun demikian dia mengaku sangat menikmati pekerjaannya. Selain berkomunikasi dalam bahasa lisan, Pak Iwa juga mampu berkomunikasi via tulisan.

“HP saya menggunakan software pembaca layar (untuk HP namanya Talks untuk PC/laptop namanya JAWS dan itu yang paling umum). Tapi untuk HP syaratnya harus HP dengan operating system Symbian sehingga tidak terlalu banyak pilihan. Karena hanya Nokia yang menyediakan handset dengan OS Symbian, saya menggunakan Nokia 5320.”

Tuhan menciptakan makhluknya dengan segenap kelebihan dan kekurangan. Namun tidak semua yang diciptakan kurang sempurna itu lantas sama sekali tidak bisa bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya, contohnya adalah Pak Iwa (dan mungkin masih banyak Pak Iwa-Pak Iwa lainnya yang tidak kita ketahui profilnya). Sejatinya, bagaimanapun kondisi dan keterbatasan yang dimiliki oleh seseorang, mereka masih ingin merasakan bahwa hidup mereka bisa bermanfaat untuk orang lain.

Jika kita terlahir sebagai manusia yang dikaruniai kesehatan dan kelengkapan fisik, apakah tidak sewajarnya kita lebih mampu membantu sesama secara lebih maksimal? Kita tidak pernah tahu kapan kita akan membutuhkan bantuan orang lain. Jika Pak Iwa saja sanggup menolong sesama, mengapa kita tidak? 🙂

When you are working not for reward but only for love, then everything will go very smoothly..

Mari lebih peduli. Mari berbagi.. 🙂

[devieriana]

 

 

sumber gambar : tighenthoughtstogether

Continue Reading

Lentera Untuk Ipat

Life’s most urgent question is: What are you doing for others?”
– Martin Luther King, Jr. –

Pernahkah kalian membayangkan harus hidup dalam kondisi fisik yang kurang sempurna dan ketidakjelasan apa jenis kelamin kalian, apakah kalian perempuan atau laki-laki? Jangankan bermimpi menjadi seorang model yang berkulit bagus, bermimpi memiliki kulit selayaknya manusia normal saja mungkin tidak pernah terpikirkan bagaimana caranya.

Tersebutlah seorang bocah berusia 5 tahun yang tinggal di daerah Warakas bernama Fatahiyah atau yang kerap dipanggil Ipat. Dia memiliki kelainan genetik sejak lahir. Hampir separuh kulit tubuhnya menghitam dan ditumbuhi bulu, serta menurut keterangan dokter Ipat memiliki jenis kelamin yang meragukan karena ada kelainan yang membuat klitorisnya membesar.. Sebuah kondisi yang sangat memprihatinkan, karena ketidaksempurnaan fisiknya ini juga berpengaruh pada kondisi psikologis Ipat. Dia tumbuh menjadi anak yang kurang percaya diri, dan cenderung tertutup. Kalau bertemu dengan orang lain, dia lebih sering menunduk dan tidak mau memandang wajah orang yang mengajaknya bicara.

Ayah Ipat sendiri adalah seorang pekerja serabutan yang penghasilan setiap harinya tentu kurang bisa diharapkan, sedangkan ibu Ipat adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Ipat adalah anak keempat dari lima bersaudara. Saudara-saudara Ipat semuanya tumbuh dan memiliki fisik yang normal, hanya Ipat yang memiliki kondisi fisik seperti itu.

Dulu, hampir setiap hari Ayah Ipat mengusahakan dana untuk pengobatan Ipat dengan cara mengajak Ipat ikut bersamanya sambil mengetuk simpati satu persatu orang agar bersedia membagikan sebagian rezekinya untuk pengobatan Ipat. Namun tentu saja hasilnya kurang maksimal. Ipat yang waktu itu masih balita, mengalami kelelahan fisik, dan mungkin juga psikis, karena selain harus melakukan perjalanan yang melelahkan juga harus rela mempertontonkan kekurangan fisiknya kepada orang lain.

Hari Sabtu (6/7) lalu, saya beserta empat teman yang lain, dan juga Si Hubby, berkesempatan untuk bertemu Ipat dan keluarga dalam acara buka bersama di salah satu tempat makan di daerah Danau Sunter. Itu adalah kali pertama saya melihat Ipat, anak yang rencananya akan kami bantu. Bocah berperawakan kecil itu cenderung diam, lebih banyak menunduk, tidak mau bertatapan mata dan bicara dengan kami. Butuh waktu untuk bisa menetralisasi keadaan supaya Ipat bersedia membaur bersama kami.

Saya juga berkesempatan ngobrol dengan Pak Ecim, ayah Ipat. Dia mengatakan bahwa dulu sebenarnya Ipat sudah sempat dioperasi kulitnya, yang operasinya disponsori oleh salah satu stasiun televisi swasta. Namun entah mengapa yang ditangani oleh stasiun televisi tersebut ternyata hanya sampai dengan tahap operasinya saja. Sementara tindak lanjut perawatan dan pengobatan pasca operasi tidak ada sama sekali. Terpaksalah Pak Ecim mencari dana lagi untuk pengobatan pasca operasi Ipat.

Sayangnya, dibalik kisah memprihatinkan itu ternyata masih ada pihak-pihak yang tega memanfaatkan untuk kepentingan pribadi. Berkedok ingin membantu Ipat dan keluarga, ujung-ujungnya malah justru meminta uang dari keluarga Ipat yang jelas-jelas dari keluarga kurang mampu. Itulah sebabnya, kami memilih untuk mendampingi sendiri Pak Ecim dan keluarga, utamanya dalam proses pengobatan Ipat nantinya.

Masalah ternyata tak berhenti sampai disitu saja, sebagai pemegang kartu GAKIN (Keluarga Miskin), seharusnya pengobatan Ipat tidak dikenakan biaya sama sekali, namun justru kebalikannya, Ipat masih harus dikenakan biaya sebesar Rp200.000,00 untuk biaya tes kromosom di RSCM.

“Pak, bukannya semua pemegang kartu Gakin seharusnya bebas biaya pengobatan ya?”

“Iya, Mbak. Nggak tahu nih, saya juga bingung. Kemarin saya bawa Ipat periksa ke Cipto, tapi lab-nya itu yang di sebelah rumah sakitnya. Saya nggak tahu itu bagian apanya, kayanya swastanya ya, Mbak.. Jadi ya tetap harus bayar… ”

Sepertinya memang harus ada yang mendampingi Pak Ecim ke RSCM, mengingat disana rentan sekali pasien-pasien/keluarga lugu macam Pak Ecim ini digiring oleh calo menuju jalan yang tidak semestinya, sehingga pelayanan yang seharusnya gratis pun menjadi berbayar. Sebetulnya ingin sekali melakukan pendampingan terhadap Pak Ecim dalam mengurus pengobatan Ipat di RSCM, namun apa daya, karena saya dan juga 3 orang teman saya yang lain juga diikat oleh jam kerja, sehingga kurang memungkinkan jika harus melakukan pendampingan.

Selepas berbuka bersama, kami mengantarkan Ipat dan keluarganya hingga sampai rumah. Sebelumnya, jangan pernah berpikir bahwa rumah Ipat ini terletak di sebuah perkampungan dengan jalanan yang lebar, atau setidaknya cukup untuk dilewati sebuah sebuah motor/sepeda. Jalanan menuju rumahnya benar-benar sempit dalam arti kata yang sebenarnya. Jalanan setapak yang hanya muat untuk satu orang. Semakin ke dalam, semakin mengerucut hingga kami harus berjalan miring untuk menuju ke rumahnya yang berada di pojokan itu. Jalanannya pun dipenuhi dengan bebatuan. Bersyukur bahwa badan kami tidak terlalu gemuk, sehingga masih memungkinkan untuk melewati jalanan sesempit itu.

Setelah melalui perjalanan yang rumit itu akhirnya kami sampai di rumah Ipat. Indera penciuman kami pun langsung disambut dengan bau khas sungai keruh. Rumahnya sendiri berbentuk bangunan dua lantai semi permanen, kombinasi antara tembok dan triplek-triplek bekas. Sebenarnya sedih deh kalau melihat kondisi fisik rumah yang kurang layak disebut rumah itu. Namun rupanya mereka tidak punya pilihan lain untuk tinggal karena beruntung mereka masih bisa merasakan memiliki tempat tinggal dan tidak hidup menggelandang.

Ipat tampak mulai sedikit merasa nyaman dengan kehadiran kami di rumahnya. Dia mulai berani berdendang kecil, dan akhirnya dia pun mulai berani beratraksi menyanyikan lagu Playboy-nya Seven Icon dengan artikulasi yang kurang jelas. Si Hubby mengambil beberapa gambar Ipat dengan menggunakan kamera handphone secara candid. Kenapa harus candid? Ya, karena Ipat tidak pernah mau sengaja diambil gambarnya. Seperti yang saya ceritakan tadi Ipat sangat tertutup apalagi dengan orang-orang baru yang belum dikenalnya.

Sementara Ipat asyik bermain sendiri dengan abangnya, kami pun melanjutkan diskusi masalah pengobatan Ipat dan langkah selanjutnya yang akan kami ambil. Ditengah diskusi kami, tiba-tiba Ipat melintas di sela-sela kami yang saat itu duduk di lantai. Dia meminta ibunya membuka baju bawahannya karena mengeluh badannya gatal. Saat itulah saya melihat sebagian tubuh Ipat yang berwarna kehitaman dan ditumbuhi bulu. Bagian perutnya hingga ke paha, dan beberapa bagian di kakinya pun mengalami bercak-bercak kehitaman dan ditumbuhi bulu. Sungguh trenyuh melihatnya :(. Tidak berani jika saya yang mengalami hal itu. Dulu wajah saya ditumbuhi jerawat saja sudah uring-uringan dan kurang percaya diri, apalagi jika sebagian kulit saya berwarna hitam legam sejak lahir dan berbulu seperti itu :-s. Belum lagi ketidakjelasan jenis kelaminnya, apakah Ipat ini seorang perempuan atau laki-laki. Hal-hal itulah yang secara psikologis mengakibatkan Ipat mengalami krisis kepercayaan diri, karena memang kondisi fisiknya sedikit berbeda dengan manusia normal pada umumnya.

Menurut keterangan Nanda, salah satu teman yang juga akan membantu Ipat, jika kartu Gakin yang dimiliki Pak Ecim tidak berlaku, maka operasi Ipat akan menelan biaya kurang lebih sebesar 40 juta rupiah. Tentu ini adalah biaya yang sangat besar jika harus ditanggung sendiri oleh keluarga Pak Ecim yang hanya seorang buruh serabutan. Oleh karena itu, dibutuhkan bantuan dana dari para donatur, siapapun itu yang peduli terhadap nasib Ipat dan keluarganya.

Namun, jika uang tersebut sudah terkumpul dan ternyata kartu Gakin Pak Ecim berlaku sehingga seluruh biaya operasi Ipat ditangani secara gratis, uangnya mau dikemanakan? Ya, setidaknya uang tersebut bisa dipergunakan untuk membiayai hidup Pak Ecim dan keluarga selama Ipat dirawat di RS, dan bisa dipergunakan juga untuk biaya pasca operasi.

Nah, berhubung kita juga masih menunggu hasil tes kromosom dari RSCM, sehingga masih belum bisa dipastikan apa jenis kelamin Ipat. Bersyukur jika nantinya dia berjenis kelamin perempuan, karena berarti Ipat tidak membutuhkan waktu yang banyak untuk menyesuaikan diri, karena tampilan Ipat sekilas memang lebih cenderung ke anak perempuan. Tapi jika tes hasil kromosom nanti  ternyata menyebutkan hal yang sebaliknya Ipat akan butuh seorang psikolog untuk melakukan pendampingan.

Bagi teman-teman yang ingin membantu Ipat, silakan berkirim email ke saya devieriana@gmail.com, inandatiaka@gmail.com, mohtaufan@ymail.com, atau ke ekaiswahyuni@gmail.com.

Jika teman-teman juga ingin berbagi dalam bentuk donasi, silakan disalurkan ke Bank Mandiri Cabang Bandung Siliwangi dengan No. Rekening 13 0000 4747 641 a.n. Inanda Tiaka, atau ke rekening BCA cabang Kiara Condong  2800634469 a.n  Eka Iswahyuni.

 

“Be thankful for what you have, but never take what you have for granted. Share with those who are less fortunate. You do not know what tomorrow brings.”
– Catherine Pulsifer –

 

 

 

[devieriana]

 

Sumber gambar : di sini dan sini

Continue Reading

Ketika Hati Terpanggil..

Kalau Anda sempat melihat tayangan Kick Andy di Metrotv kemarin, tanggal 18 Apil 2010, Anda mungkin akan merasakan hal yang sama dengan saya, terharu. Karena tayangan itu benar-benar membukakan mata saya bahwa ternyata masih banyak orang baik di dunia ini. Kok kesannya saya skeptis bahwa sudah tidak ada orang baik di dunia ini ya? Sudah terlalu banyakkah saya menelan berita yang kurang bagus selama ini? Mungkin ya.. 🙁

Anda pasti mengenal sosok Anne Avantie bukan? Sosok seorang perancang kebaya yang selalu menghasilkan karya masterpiece dalam setiap goresan kebayanya, salah seorang perancang terbaik yang dimiliki Indonesia. Selama ini kita hanya mengenalnya sebagai seorang perancang busana, tanpa mengetahui kiprah kemanusiaan apa yang telah dilakukan oleh wanita satu ini. Rumah Singgah Kasih Bunda, adalah sebuah yayasan sosial yang didirikannya sebagai tempat anak-anak orang tak mampu untuk mendapat pengobatan gratis berkaitan dengan penyakit hydrocephalus, atresia ani tumor, bibir sumbing, labiopalataschisis, dan penyakit lain yang memerlukan penanganan darurat. Yang membuat terharu adalah statement dia yang menyebutkan, “Apapun penyakit mereka, siapapun mereka, darimanapun mereka, apapun keluhan mereka, ketika mereka datang ke tempat ini, pasti akan kami terima dengan tangan terbuka. Mereka butuh kaki, akan kami buatkan kaki buat mereka. Semuanya kami lakukan tanpa pamrih, ikhlas..”.

Ketika ditanya oleh Andy F. Noya, apakah semuanya ketika membutuhkan operasi semuanya akan dibantu? Anne Avantie pun menjawab dengan senyum tulus seorang ibu, “ya, akan kami bantu..”. Teduh sekali mendengar jawaban itu ya. Melegakan. Begitu pula ketika ditanya apa yang menjadi obsesi terbesar dalam hidupnya. Dijawab dengan menahan tangis, “saya ingin punya klinik sendiri. Selama ini kami kurang tahu mana yang perlu perawatan lebih dahulu, pasien mana yang harus diprioritaskan. Jika saya punya klinik sendiri saya tidak akan lagi tergantung dengan rumah sakit yang sudah ada..”. Mulia sekali. Setidaknya akan ada secercah harapan, Melihat begitu banyak masyarakat kurang mampu yang mengalami masalah serius dengan kesehatannya.

Berikutnya, tak kalah mengharukan bahkan cukup membanggakan bagi kita orang Indonesia. Dimana sosok yang ternyata sangat peduli terhadap bangsanya, namun justru tidak terlihat oleh mata bangsanya sendiri, ternyata mendapat perhatian dari CNN. Dialah sosok Capt. Budi Soehardi yang dianugerahi sebagai CNN Heroes 2009 karena karena dedikasinya menjalankan sebuah panti asuhan di Kupang NTT.

Capt. Budi Soehardi, seorang pilot asal Indonesia yang bekerja untuk Singapore Airlines, one of the best airline in the world, tinggal di Singapura bersama sang istri, Peggy, dan 3 orang anak kandungnya, rela bolak-balik Singapura – Jakarta – Kupang untuk tinggal & menjaga 54 anak-anak di panti asuhan Roslin yang mereka dirikan. Memiliki hubungan yang erat dengan masing-masing dari mereka & menganggap mereka bagian dari keluarga mereka. Mereka masuk panti asuhan sebagai bayi kebanyakan dari keluarga kurang mampu -beberapa dari mereka kecil korban dan pengungsi dari konflik di Timor Timur- sengaja diasuh agar bisa mendapat pendidikan dan kesehatan yang layak. Diharapkan mereka nantinya akan mampu menjadi pribadi yang mandiri, percaya diri & mampu mengembangkan diri & lingkungannya kelak. Untuk kepentingan pendidikannya, setiap anak dibekali asuransi sampai perguruan tinggi. Kemandirian yang ditanamkan sejak kecil juga melekat dihati Gerson. Salah satu anak asuh Budi ini, sebentar lagi jadi dokter.

Sambil menangis Budi menceritakan awal ide mengulurkan bantuan untuk mereka di Atambua adalah ketika dia bersama keluarganya di Singapura, hendak melakukan perjalanan keliling dunia. Namun ketika melihat tayangan di televisi yang menggambarkan betapa menderita & mirisnya memakan sebungkus mie instant berduabelas orang, keluarga yang tinggal di kardus, anak-anak mengenakan kain untuk pakaian, dan sanitasi yang nyaris tidak ada. Batinnya terketuk untuk membantu mereka, membatalkan perjalanan keliling dunianya bersama keluargam beralih menjadi misi sosial ke Atambua.

Hari itu juga dia mulai menulis email untuk mulai mengkoordinasi sumbangan keuangan, makanan, pakaian, peralatan mandi, obat-obatan, dll. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, terkumpullah sekitar 40 ton sembako & kebutuhan hidup bagi mereka di Timor Timur. Yang membuat saya merasa amazed adalah, semua dilakukan tanpa publikasi, tanpa sorotan media cetak maupun elektronik yang mengekspos layaknya yang selama ini kita lihat. Yang biasa kita lihat kan pejabat memberi beras sekilo aja ke fakir miskin minta diekspos wartawan ya. Tapi tidak demikian dengan keluarga Budi Soehardi. Semuanya dilakukan dalam diam, namun nyata adanya.

Yang tak kalah hebatnya adalah, Panti Asuhan Roslin ini juga berusaha untuk berusaha bagaimana berswasembada beras. Jaman sekarang jarang sekali yang bersedia sampai sedemikian uletnya, berswasembada beras. Ah salut sekali saya sama pasangan mulia ini.. 🙂

Jerih payah Budi dan Peggy akhirnya berbuah manis, usaha mulia mereka ini ternyata mendapat perhatian dunia. Pada bulan Desember 2009 di Los Angeles, Amerika Serikat, Budi dinobatkan jadi salah satu CNN Heroes. Wow.. Saya tersenyum sendiri ketika mendengar pertanyaan Andy F. Noya yang menanyakan dengan nada bercanda, “bagaimana sih Pak, rasanya dicium Kate Hudson? Kalau saya yang jadi Anda, saya bakal kepikiran berhari-hari..” ;)). Kate Hudson adalah salah satu aktris International yang juga aktif di Wild Aid.

Lebih terharu lagi saat mendengar Budi menjelaskan, “Heroes sebenarnya adalah istri dan 3 anak saya, mereka mengorbankan liburan mereka selama ini, walau sebenarnya bisa travel dengan fasilitas first class yang saya dapatkan dari fasilitas jabatan sebagai pilot. Tapi mereka memilih budget liburan dipakai untuk membantu Roslin Orphanage”.

Lain lagi kisah seorang Daniel Alexander. Pria asal Jawa Timur itu sudah menjelajahi hampir seluruh belahan dunia, mulai Eropa, Amerika hingga Australia dia jelajahi untuk memberikan pelayanan di bidang agama. Salah satu obsesi terbesar dalam hidupnya adalah ingin membantu orang-orang miskin yang daerahnya sangat tertinggal. Terdengar idealis ya? Memang. Tapi jika niat tulus itu direalisasikan, masihkah kita mengatainya dengan ide yang terlalu idealis? Namun ironisnya, suatu ketika secara tidak sengaja dia membaca sebuah buku yang berjudul From Jerusalem to Irian Jaya (kenapa bukan Jerusalem to Indonesia? kenapa Irian Jaya?), kisah tentang para misionaris yang hidupnya benar-benar didedikasikan untuk membantu masyarakat yang tinggal didaerah-daerah tertinggal, ternyata justru sejak saat itulah dia merasa terpanggil untuk datang & membantu masyarakat di pulau paling Timur Indonesia itu. Jauh-jauh melanglang buana ternyata “pulangnya” ke Indonesia juga ya Pak Daniel 🙂

Sekali lagi, kenyataan yang harus dia (dan kita juga) terima adalah pulau yang kaya akan sumber daya alam itu ternyata penduduknya banyak yang terbelakang terutama di bidang pendidikan, juga tuli 🙁 . Itulah kenapa akhirnya dia bertekad untuk memajukan pendidikan dan penghidupan mereka. Bukan sebuah hal yang mudah untuk mengubah pola pikir & cara pandang masyarakat yang sudah puluhan tahun hidup dalam tatanan kehidupan yang sudah sedemikian terpola. Namun toh akhirnya setelah melalui perjuangan yang keras, Daniel Alexander ditemani istrinya Louise yang warga negara Kanada akhirnya berhasil mendirikan sekolah mulai TK hingga SMA. Sekolah dengan sistem asrama yang didirikan oleh Daniel itu sudah tersebar di berbagai pelosok Papua lho, diantara Jaya Wijaya, Nabire, dan Kerom. Ah, keren banget yah? 🙂

Menolong sesama bukan berdasarkan nilai seberapa besar yang sudah kita berikan, namun seberapa ikhlas kita melakukannya. Semoga kisah-kisah tersebut mengilhami kita untuk tetap ikhlas dalam menolong sesama ya.. 🙂

[devieriana]

gambar dari sini

Continue Reading

Blood For Life

Pernah gak dalam sebuah kondisi sekarat butuh darah tapi persediaan darah di PMI habis atau kita gak ada info siapa saja yang bersedia jadi pendonor dengan golongan darah yang sesuai dengan golongan darah yang kita butuhkan? Ngeri gak sih ngebayanginnya? Ketika nyawa diujung tanduk & kita ga bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan jiwa yang nyaris putus itu?

Saya? Kebetulan saya belum pernah mengalami kejadian yang berhubungan dengan transfusi darah. Tapi salah satu keluarga saya, yaitu Mama, pernah mengalaminya. Beruntung ketika kondisi krisis ada seorang sahabat baik Mama yang bersedia mendonorkan darahnya. Kalau tidak.. entah apa yang sudah terjadi dengan Mama saya saat itu. Beruntunglah jika Anda belum pernah mengalami kondisi yang semacam itu. Tapi bayangkan jika hal itu terjadi pada keluarga atau orang terdekat Anda. Apa yang akan Anda lakukan? Apalagi jika golongan darahnya termasuk langka, misalnya golongan darah AB.

Oleh karena itulah Blood For Life (BFL) dibentuk. BFL adalah sebuah non profit movement yang murni lahir karena kepedulian kepada sesama. Gratis, tidak ada pengenaan biaya apapun untuk join di BFL, demikian pula dengan pasien yang nantinya kan dibantu, samasekali tidak melibatkan uang sedikitpun. Prinsipnya mailing list ini berfungsi sebagai jembatan bagi pendonor & terdonor. Tidak hanya bagi orang lain yang membutuhkan, jika sewaktu-waktu justru kita sendirilah yang membutuhkan darah itu, BFL siap membantu dengan segala upaya yang ada dengan mengerahkan segenap kesediaan para anggotanya.

Jika mungkin diantara kita banyak yang belum paham syarat untuk melakukan donor darah, berikut persyaratannya :

Syarat-syarat teknis menjadi donor darah :
* Umur 17-60 tahun( usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila mendapat izin tertulis dari orang tua)
* Berat badan minimal 45 kg
* Temperatur tubuh: 36,6 – 37,5 derajat Celcius
* Tekanan darah baik yaitu sistole = 110 – 160 mmHg, diastole = 70 – 100 mmHg
* Denyut nadi teratur yaitu sekitar 50 – 100 kali/ menit
* Hemoglobin Perempuan minimal 12 gram, sedangkan untuk pria minimal 12,5 gram
* Jumlah penyumbangan per tahun paling banyak lima kali dengan jarak penyumbangan sekurang-kurangnya tiga bulan. Keadaan ini harus sesuai dengan keadaan umum donor.

Seseorang tidak boleh menjadi donor darah pada keadaan :
* Pernah menderita hepatitis B
* Dalam jangka waktu enam bulan sesudah kontak erat dengan penderita hepatitis
* Dalam jangka waktu enam bulan sesudah transfusi
* Dalam jangka waktu enam bulan sesudah tato/tindik telinga
* Dalam jangka waktu 72 jam sesudah operasi gigi
* Dalam jangka waktu enam bulan sesudah operasi kecil
* Dalam jangka waktu 12 bulan sesudah operasi besar
* Dalam jangka waktu 24 jam sesudah vaksinasi polio, influenza, kolera, tetanus dipteria, atau profilaksis
* Dalam jangka waktu dua minggu sesudah vaksinasi virus hidup parotitis epidemica, measles, dan tetanus toxin
* Dalam jangka waktu satu tahun sesudah injeksi terakhir imunisasi rabies therapeutic
* Dalam jangka waktu satu minggu sesudah gejala alergi menghilang
* Dalam jangka waktu satu tahun sesudah transplantasi kulit
* Sedang hamil dan dalam jangka waktu enam bulan sesudah persalinan
* Sedang menyusui
* Ketergantungan obat
* Alkoholisme akut dan kronis
* Mengidap Sifilis
* Menderita tuberkulosis secara klinis
* Menderita epilepsi dan sering kejang
* Menderita penyakit kulit pada vena (pembuluh darah balik) yang akan ditusuk
* Mempunyai kecenderungan perdarahan atau penyakit darah, misalnya kekurangan G6PD, thalasemia, dan polibetemiavera
* Seseorang yang termasuk kelompok masyarakat yang berisiko tinggi mendapatkan HIV/AIDS (homoseks, morfinis, berganti-ganti pasangan seks, dan pemakai jarum suntik tidak steril)
* Pengidap HIV/ AIDS menurut hasil pemeriksaan saat donor darah.

Terus, gimana caranya join dengan dengan gerakan? Caranya gampang banget, silahkan kirim email kosong ke blood-for-life@googlegroups.com atau ke http://groups.google.com/group/blood-for-life. Atau jika Anda sekedar mau baca-baca dulu apa sih Blood For Life ini, monggo silahkan klik disini , disana bisa ditemukan dengan lengkap info apa saja tentang gerakan kemanusiaan ini.

Temans, kita nggak pernah tahu kapan datangnya musibah & masalah dengan kesehatan. Dengan bergabung dengan gerakan ini kita telah ikut menyelamatkan sebuah nyawa melalui darah kita :).

[devieriana]

Continue Reading