Setengah Windu

Sebenarnya postingan istimewa ini terlambat satu hari. Ya, seharusnya postingan ini saya buat kemarin, tepat di hari ulang tahun pernikahan saya yang ke-4 :D. Tapi apa daya, kemarin adalah hari yang sibuk untuk saya. Mulai jam 08.00 – 11.00 harus sudah stand by untuk mempersiapkan sekaligus bertugas sebagai MC pada acara pelantikan pejabat eselon II dan IV di lingkungan Sekretariat Wakil Presiden (berdiri kelamaan itu pegel :-s). Sesampainya di kantor berkas sudah menggunung untuk menunggu penanganan. Sore/malamnya pun jadwal lain sudah menunggu. Meeting bersama @IDceritaJKT di Anomali Coffee sekaligus penyerahan hadiah yang kemarin \:D/. Pffiuh.. Sedikit capek sih, tapi menyenangkan.. 🙂

Seperti tahun-tahun sebelumnya, sms ucapan pertama datang dari Mama mewakili Papa dan adik-adik. Ucapannya walaupun nyaris sama dengan tahun-tahun sebelumnya tapi selalu bisa bikin saya mewek terharu. Biasalah, saya kan emang orangnya gampang terharu :D.

Di usia pernikahan saya yang telah memasuki setengah windu ini saya melihat ada banyak perubahan nyata dalam diri saya maupun Hubby. Semoga sih mengarah ke yang lebih baik ya. Tapi kami masih terus saling belajar memahami diri masing-masing.

Memang benar apa yang orang sering katakan. Tuhan bekerja dengan cara dan bahasa yang misterius. Kadang apa yang kita inginkan belum tentu itu yang akan diberikan. Tapi Dia selalu tepat ketika memberikan apa yang sesungguhnya kita butuhkan. Nah, apakah itu juga terjadi pada saya? Sepertinya iya..

Kalau diperhatikan, saya dan Hubby sekarang lebih saling melengkapi. Tuhan memberikan keseimbangan buat kami, diantaranya :

1. Si Hubby aslinya pendiam dan serius. Nah (seharusnya) dia merasa beruntung mendapatkan saya yang suka becanda, konyol dan yang senang menularkan hal-hal absurd, ya :p. Terbukti dia sekarang sudah tidak sependiam dan seserius dulu lagi. Sekarang dia tumbuh menjadi hubby yang lucu dan tertular absurd \m/. Dulu nih ya, kalau dia lagi berdiri/duduk dekat tembok, tembok aja sampai minder karena kalah diem sama dia. Nah sekarang tembok sudah boleh berlega hati karena saingannya sudah berkurang satu ;)). Ah ya, semoga Hubby nggak baca postingan ini.. *ngaduk semen*

2. Buat saya yang buta jalan peta dan tukang nyasar merasa beruntung mendapatkan dia yang mirip peta. Bukan, bukan mukanya! Tapi pengetahuan dan ingatannya tentang jalanan. Kalau mukanya yang kaya peta, berasa saya menikahi buku atlas dong. Nah, gara-gara saya bego banget soal jalanan dia nggak pernah bosen buat menginstalkan google maps di setiap handphone saya. Hasilnya? Saya sudah jarang nyasar dong.. \:D/. “Jarang” itu dalam artian sesekali masih nyasar ya.. ;))

3. Hubby orangnya sangat well organized, ketika akan membuat keputusan atau sedang merencanakan sesuatu benar-benar disusun secara hati-hati dan penuh perhitungan. Sementara saya orangnya agak-agak slonong boy, on the spot aja gitu. Jadi untuk hal ini saya merasa beruntung karena bisa belajar keteraturan dari dia. Contohnya saja rencana mudik lebaran ke Surabaya. Saya cenderung mikir cari tiket nantilah sebulan atau dua bulan sebelum hari raya. Kalau dia, sudah direncanakan sejak awal tahun. Dia juga sudah tahu kapan dia akan mulai mengambil cuti, berapa biaya yang kira-kira akan kita butuhkan, dll. Saya? Eerrr.. Boro-boro 😐 *milin-milin karpet*

4. Hubby termasuk orang yang telaten. Sementara saya adalah kebalikannya. Dia cenderung menikmati alur sebuah proses. Sementara saya orangnya suka gradak-gruduk. Maunya serba instant, serba cepat, nggak pakai lama. Tapi makin kesini saya melihat ternyata ketelatenan dia justru yang ada hasil konkretnya. Sepertinya saya harus banyak belajar sabar dan telaten sama dia 😀 Hubby termasuk juga yang sabar menunggu saya ketika saya sedang ada kegiatan di luar, misal meeting dengan komunitas saya. Dia juga mau mengantar dan menjemput bahkan pernah dia pulang kantor dan langsung menjemput saya trus menunggu di mobil sampai ketiduran, hihihi.. >:D<.

Sebenarnya sih ada beberapa hal lainnya yang ternyata saling menyeimbangkan diantara kami. Memang pernikahan kami baru seumur jagung. Masih banyak hal yang perlu kami benahi. Ada banyak rencana dan mimpi yang sedang berusaha kami wujudkan satu persatu. Semoga ada jalan terbuka yang mengarah kesana. Aamiin..

 

Dear Hubito, thanks for all experiences we did (happy and sad). Thanks for your acceptance and support on my undertakings. Thanks for the shoulder to cry on defeats. Thanks for filling my shortcomings. Thanks for the cheer on triumph and success. Last but not least, thanks for growing and learning each day with me.

 

 

I love you.. :-*

 

[devieriana]

 

ilustrasi : disini dan koleksi pribadi

Continue Reading