Opera Van Java

operavanjava

Apakah Anda termasuk penggemar  tayangan komedi slapstik Opera Van Java di Trans7 ? Kalau “ya” berarti sama seperti saya :D. Tayangan yang running di prime time  ini memang menyajikan konsep humor segar berlatar belakang legenda, cerita rakyat atau sejenisnya yang dikemas secara ringan dengan iringan gamelan modern/kontemporer.

Pemain tetap di acara ini : Sule, Azis Gagap, Andre Stinky, Nunung Srimulat, Parto, ditemani oleh 2 sinden & para pengrawit (pemain gamelan & instrumen lainnya). Kemampuan melawaknya sangat merata karena mereka sebenarnya bukan orang baru di dunia lawak (kecuali Andre Stinky karena dulu dia lebih dikenal sebagai penyanyi). Walaupun begitu, Andre yang sudah terbiasa bermain di tayangan komedi Ngelenong Yuk di TransTV celetukan-celetukannya lumayan berpotensi memancing kelucuan.

Yang saya perhatikan disini, gaya lawakan mereka sejak tayangan pertama sampai dengan sekarang tetep sama, slapstick. Hampir di setiap episode pasti ada adegan timpuk-timpukan sterofoam, adegan ‘makan’ styrofoam, ngejorokin lawan mainnya ke set properti panggungyang terbuat styrofoam. Sesekali memang masih terlihat lucu, tapi ketika porsi adegan itu terlalu sering kok jadinya malah kasar, ya? 😕

Ada yang sedikit berbeda sejak tayangan sahur 2-3 hari yang lalu. Tepat ketika Azis (yang hampir selalu menjadi bulan-bulanan teman-temannya) mendadak melakukan aksi protes dengan mogok tampil karena habis ditimpuk kepalanya sama Andre. Nggak tahu apakah marahnya beneran atau cuma akting, yang jelas memang Azis sempat mogok main selama beberapa menit, sengaja tidak mau tampil & seketika lawakan di OVJ mendadak garing dan salah tingkah. Ironisnya itu adalah tayangan live yang tidak mungkin diedit. Andre yang menjadi ‘tersangka’ ngambegnya Azis memang jadi melawak dengan sedikit kikuk walaupun kesan ditutupi itu masih terlihat.

Entah apakah ada pengaruh atau tidak, sejak tayangan itu tampaknya tim kreatif memberlakukan hal yang sedikit berbeda terhadap materi tayangan di OVJ. Porsi adegan perusakan properti panggung yang terbuat dari styrofoam, timpuk-timpukan, atau saling menjorokkan temannya sudah mulai banyak dikurangi. Entah berawal dari ngambegnya Azis atau memang kesadaran tim kreatif Opera Van Java.

Mungkin mereka akhirnya menyadari kalau tayangan hiburan itu tidak cuma ditonton oleh orang dewasa, tapi juga anak-anak; mengingat jam tayangnyapun di prime time & apalagi sekarang ditambah dengan tayangan live sahur. Kalau dilihat dari segi edukasi juga kurang bagus apalagi kalau sampai sampai ditiru oleh penonton anak-anak yang notabene masih belum bisa membedakan mana akting dan mana beneran. Apa jadinya kalau sampai tingkah laku mereka di TV ditiru oleh anak-anak. “Oh, ternyata mukul temen pakai kayu atau pipa iu gapapa…”, “oh ternyata ngejorokin temen sampai terjerembab jatuh ke belakang itu ternyata lucu…”

Above all, tayangan ini masih jadi salah satu tayangan favorit Trans7 yang ratingnya lumayan bagus. Sebuah tayangan komedi seyogyanya tidak cuma sekadar beradegan lucu yang memancing tawa penonton, tapi sebaiknya juga mempertimbangkan unsur kelayakan tayang, dan juga unsur-unsur lainnya mengingat penonton mereka datang dari berbagai usia. Jika memang ada materi yang kurang sesuai disaksikan oleh semua kelompok umur ada baiknya jika tim kreatif juga menyertakan disclaimer yang menyatakan keterangan tentang tayangan tersebut.

Semoga ada perhatian dari pihak Trans7 untuk lebih bijak mengolah semua tayanganya, mengingat media televisi adalah media yang paling mudah diserap informasinya oleh semua umur.

[devieriana]

gambar diambil dari sini

Continue Reading

Ketika sebuah apresiasi begitu dihargai ..

Sekecil apapun perhatian yang kita berikan pada seseorang jika itu dihargai akan berbeda rasanya. Sebuah hal menarik saya dapatkan hari ini. Diawali dari sebuah hal kecil yang amat sangat sederhana. Kebetulan saya suka membaca. Beberapa teman saya di facebook adalah penulis/penerbit buku. Awalnya jelas saya ga kenal mereka secara personal lah ya.., karena saya mengenal mereka dari buku yang saya baca/beli. Sejak saya senang membaca & lantas di dukung dengan adanya facebook saya makin rajin mencari profil penulis buku yang saya baca & ingin berinteraksi secara langsung, menyampaikan pujian atau masukan (kalau ada). 

 

Mostly mereka menanggapi secara positif (alhamdulillah). Kalau memang bagus saya tidak ragu bilang bagus, perfect. Tapi ketika saya menemukan kejanggalan di buku mereka saya pasti tanya, yang paragraf ini maksudnya apa ya? atau kalau ada yang janggal atau kurang sesuai dengan pengertian salah satu jargon telekomunkasi  :  “eh bukannya roaming itu artinya begini ya mas?” (kebetulan saya kerja di telekomunikasi jadi saya sedikit banyak ngertilah masalah begitu-begitu, hehe), atau ketika ada kejanggalan penggunaan sebuah istilah saya pasti akan langsung kasih masukan 🙂 . Sebelumnya maaf ya mbak/mas.. bukan saya bermaksud keminter/sok pinter ya .. tapi akan lebih baik kalau kita tahu mana yang benar ya kenapa tidak kita share ke beliau-beliau itu? iya kan? Siapa tahu kita akhirnya bisa saling tukar pikiran tentang itu. Saya sih ambil positifnya aja ya, toh selama maksud kita baik ya why not? Memang sebagian orang yang saya ceritain pasti bilang, “ya ampun lu tuh ya, kagak ada kerjaan deh “, atau ada juga yang bilang :  “sebelum mengkritisi seorang penulis jadilah penulis lebih dulu, maka kamu akan tahu gimana sulitnya mempublish sebuah buku, menerima pujian sampai kritikan pedas”.

 

O’ow, saya bukan kritikus buku ya. Maaf..  Saya cuma penikmat hasil tulisan mereka. Sejauh ini saya tidak pernah mengkritisi mereka secara berlebihan kok karena saya juga bukan penulis buku, saya juga belum pernah ngerasain gimana sulitnya nulis buku, jadi saya kasih masukan yang umum-umum aja.

 

Mostly saya selalu memberikan compliments atas hasil kerja mereka. Saya salut dengan apapun yang mereka sudah hasilkan. Perjuangan mereka bikin gimana supaya bukunya laris, booming, sampai cara menarik audience untuk menghadiri talk show buku mereka.. They’re all just great! Sebagai seorang pembaca wajar kan kalau misal saya ingin berinteraksi dengan penulisnya secara langsung jika ada kesempatan? Even itu hanya sebatas via email, buat saya cukup untuk menyampaikan apresiasi saya kepada mereka 🙂

 

Setiap buku yang saya baca (untuk saat ini utamanya fiksi tapi yang ada unsur  edukasinya buat saya, misal :  fashion (LSDLF & JPVFK – by Syahmedi Dean, perbankan (Divortiare & A Very Yuppy Wedding by Ika Natassa), hukum (Good Lawyer  by Risa Amrikasari & Friends, tapi ada juga beberapa buku yang non fiksi (Talk Inc by presenter Becky Tumewu, Erwin parengkuan & psikolog Alexander Sriewijono) )  saya selalu ambil ilmunya. Pengetahuan kan bisa diambil dari mana aja tho? Nah, kemarin sore saya coba berdiskusi dengan salah satu penulis sekaligus buku Good Lawyer, Mbak Risa Amrikasari. Jujur, pas mau nulis email saya ragu, gimana nanti balasan dari beliau ya? Karena kalau saya lihat dari statement-statement dia kan selalu keras, lugas, tegas  & berbeda dengan yang lain. Sempat saya mau urungkan niat. Tapi ah, kenapa ga di coba dulu sih? Itu kan tampilan luarnya Mbak Risa kaya begitu, siapa tahu dia type very kind person, siapa tahu responnya positif.  Ya sutra, kita coba saja.. Bismillah.. email sent!

 

Pagi ini ketika buka email, taraaaa…. saya kok jadi surprise sendiri dengan jawaban beliau ya. Simply, beliau say thank you buat apresiasi saya terhadap bukunya, trus malah cerita begini, begini, begini.. ujung-ujungnya.. : “Mbak Devi dimana? Aku kirimin yang cetakan keduanya deh, hadiah dari aku hihi… gratis! 😉  “. HAH?!? saya takjub sendiri..  Sampai sedemikian besarnyakah apresiasi saya yang cuma seujung kuku itu dibalas dengan dikasih buku cetakan kedua yang sudah seperti saya inginkan, gratis langsung oleh penulis sekaligus publishernya ..  🙂  . Mbak Risa, saya anggap buku ini hadiah buat ulang tahun saya minggu depan ya.. hehehehe 🙂

 

Meskipun buat orang lain, “Oh, cuma gitu doang?Hmm, biasa aja kali..”. Tapi buat saya, jujur.. saya merasa dihargai. Memang sih soal diberi buku langsung oleh penulisnya bukan hal pertama buat saya. Tapi jarang lho ada orang yang sedemikian besar perhatiannya pada hal-hal kecil yang kita perbuat. Ketulusan. Itu yang saya pelajari hari ini. Segala hal yang kita kerjakan dengan tulus, pasti akan berbalas dengan ketulusan pula. Buat Mbak Risa & friends.. have a good work ya.. 🙂

 

 

 

 

Continue Reading