Penumpang Yang Ribet..

Minggu pagi itu cuaca Jakarta sangat cerah. Sayapun bersiap-siap menuju ke bandara Soekarno Hatta untuk selanjutnya menuju Surabaya guna mengurus printhilan-printhilan buat legalisir & pemberkasan. Penerbangan dengan menggunakan Lion Air pukul 08.20 wib.

Ruang tunggu penuh sesak. Beberapa kali panggilan ditujukan untuk penumpang tujuan Makassar yang mungkin masih ada yang tertinggal entah di lobby, masih check in, atau dalam perjalanan menuju gate tempat pemberangkatan. Entahlah, yang jelas tujuan Makassar pagi itu nggak berangkat-berangkat gara-gara mungkin ada penumpang yang keselip.

Saya dengan tas ransel isi berkas-berkas & sepotong baju plus beberapa buku kumpulan soal CPNS buat adik saya 😀 (dia critanya juga pengen nyobain gitulah) melenggang ke pesawat setelah tak lama setelah panggilan ke Makassar itu berubah panggilan untuk tujuan Surabaya. Seat saya agak belakang, 2 seat setelah emergency exit door. tampak serombongan ibu-ibu yang tadi sempat saya lihat heboh foto-foto di ruang tunggu mulai berisik mencari seat masing-masing. Saya mempersilahkan seorang ibu yang seatnya persis di sebelah saya. Tak lama datanglah segerombolan ibu-ibu (pokoknya isi pesawatnya hari itu ibu-ibu semua) yang kebingungan karena seatnya kok sudah diduduki oleh ibu-ibu lain.

Seat depan saya adalah 32 A,B,C. Di seat ini ada 3 ibu-ibu rumpi yang ngecipris sejak saya naik. Inilah percakapan yang membuat saya geleng-geleng kepala..

” Lho, aku duduk dimana ini? kok 32 B udah ada orangnya? ” , tanya seorang ibu pada ibu lainnya
” Lho, aku yo iyo.. aku 32 C.. harusnya kan disini ya?”, tunjuk seorang ibu lainnya ke arah seat di depan saya.
Pramugari langsung menghampiri kerumunan ibu-ibu itu & memeriksa boarding pass-nyas atu persatu.

” Mohon maaf ibu, ibu seharusnya bukan duduk di 32 B & C, ibu duduknya di 32 D & E, sebelah sini ya..”, jelas pramugari pada 2 ibu-ibu yang tidak duduk pada seat yang sesuai dengan boarding passnya
” Mbak, kita ini temenan kok, satu rombongan.. biar enak gitu duduknya nggak pisah-pisah.. jadi satu aja mbak..”, salah satu jawaban ibu itu bikin saya ngikik dengan sukses.
” Bukan begitu bu, mohon kerjasamanya.. untuk duduk sesuai dengan boarding pas masing-masing ya..”, tegas pramugarinya terdengar agak dongkol
Halaah.. asline lho podho ae.. (aslinya sama aja), wong ya sama duduknya..”, tukas seorang ibu sambil pindah tempat duduk ke sebelahnya..

Yaelah bu, ini naik pesawat ya.. bukan naik damri yang bisa milih tempat duduk seenak sampeyan. Coba kalau sampeyan ngotot lagi, kan nggak berangkat-berangkat pesawatnya, batin saya. Belum habis rasa geli saya, muncul kegelian yang lain. Berhubung 6 orang ibu-ibu yang baru datang itu duduk persis di sebelah pintu darurat, otomatis harus diubah dong tempat duduknya. Karena yang duduk di dekat pintu darurat harus laki-laki untuk berjaga-jaga jika sewaktu-waktu tenaga & kecekatan mereka membuka pintu darurat pada saat dibutuhkan.

” Mohon maaf ibu-ibu, sesuai dengan peraturan keselamatan penerbangan, maka untuk penumpang yang duduk di dekat pintu darurat semuanya harus laki-laki. Apakh ibu bersedia bertukar tempat dengan penumpang yang lain? Jika iya, akan segera saya carikan tempat penggantinya..”, jelas sang pramugari penuh keramahan.
” Wah, sudah ndak usah mbak.. enak gini, kaki saya bisa selonjoran.. ndak pegel, ndak ketekuk..”, jawab seorang ibu dengan.. yah.. menggelikan..
” Bukan masalah kaki bisa selonjor atau tidak bu, tapi ini untuk keselamatan penerbangan.. Jika ibu-ibu bersedia, akan segera saya carikan tempat duduk penggantinya..”
” Lah, tadi katanya suruh duduk sesuai boarding pass.. sekarang suruh pindah. Berarti sampeyan ndak konsisten ngomongnya mbak..”

DHAAAANG..!! *tepok jidat, jedukin ke aspal*

Dooh, mau ngomong apa & gimana ya. Bu, tau nggak, sampeyan-sampeyan itu sudah bikin pesawat ini nggak berangkat-berangkat. Aslinya berangkat jam 08.20 wib, ini udah 08.45. Udah molor, Nyah 🙁 . Setelah mengalami eyel-eyelan yang cukup rumit & melelahkan (halah), akhirnya keenam-enamnya bersedia dipindahkan di.. bagasi.. Gaklah, di seat yang lain, pangku pilot. Enggaakkk.. di seat yang lain :D. Setelah bapak-bapak itu dibriefing singkat oleh sang pramugari, akhirnya penerbangan itupun berangkat dengan mulus.

Bagaimana dengan ibu yang disebelah saya? Hmm, asli ribet banget jadi dia. Yang ngeluarin permen, tar nggak lama, ngeluarin roti. Abis itu ngeluarin buku ngaji. Benerin jilbab. Ngalungin tas ke leher. Dilepas lagi, tasnya dipangku. Ngeluarin obat batuk, nggak jadi diminum. Masukin buku ngaji di saku tas belakang. Resleting tasnya nggak bisa nutup, buka lagi, keluarin lagi bukunya. Ditekuk jadi 2, tetep nggak bisa masuk. Masukin tas plastik. Diem sebentar, ngeluarin permen, nawarin ke tetangga kiri-kanan, nggak ada yang mau, masukin tas. Batuk-batuk, nutupin pakai syal. Buka tas lagi, ngeluarin buku & bermaksud baca-baca, baru satu halaman belum kelar udah ngobrol. Lipat lagi, masukin lagi bukunya.. dst sampe akhirnya tiba di Surabaya..

Btw, sampeyan kok nggak capek ya ribet kaya gitu? Saya lho yang dari tadi ngeliat sampeyan umek (gerak melulu) aja capek 🙁

Akhirnya pesawat landing juga di Surabaya tercinta. Akhirnya sayapun berpisah dengan ibu-ibu rumpi yang ajaib-ajaib itu. Ganti ribet sama adik saya yang njemput tapi lupa markir motornya dimana.. *ngelap keringet*

 

[devieriana]

 

Continue Reading

Punahnya Rasa Kepedulian

Cerita yang nggak seberapa penting, cuma ingin share tentang pengalaman saya hari ini & akhirnya saya simpulkan, bahwa ternyata nggak semua orang punya rasa empati terhadap sesamanya.. :((

Ceritanya, kemarin saya iseng jalan ke Pasar Festival. Nggak pengen ngapa-ngapain, cuma pengen jalan aja. Kebetulan kalau Sabtu kan libur, sementara suami ngantor setengah hari, jadi ya sudah daripada menganggur dirumah saya pilih jalan-jalan aja ke mall kecil yang deket rumah. Padahal Pasar Festival bukan mall sih ya. Bodo amat deh apalah itu namanya :D. Seringnya sih nongkrong baca buku di lantai dasar, di toko buku bekas itu. Kalau nggak gitu ya jalan aja muter sambil cari makan siang di foodcourt. Kebetulan rumah saya di Mampang jadi lumayan dekat kalau mau kesana. Cari transportasi yang mudah & safe ya naik Transjakarta (kerap disebut busway).

Tidak berapa lama, tibalah busway yang saya tunggu. Kondisi busway nggak seberapa penuh, tapi tidak ada satu seat pun yang kosong. Kebanyakan penumpang yang baru naik pada berdiri semua, termasuk saya. Dari sudut mata, saya memperhatikan si mas safety guard busway sedang sibuk tengak-tengok kiri kanan mencari tempat duduk yang kosong. Bukan GR atau apa, mungkin dia melihat perut saya yang mulai membuncit ini & bermaksud mencarikan tempat duduk untuk saya (sesuai dengan stiker yang tertempel di busway “utamakan wanita hamil,orang cacat  & manula”).

Jujur saya nggak terlalu berharap akan ada yang berbaik hati memberikan tempat duduknya dengan sukarela pada ibu hamil seperti saya. Bukan mau sok kuat atau apa ya, cuma entah ya saya sendiri sudah maklum dengan “budaya” penumpang busway pada umumnya. Kenapa saya sebut “budaya”? Ya karena “gayanya” semuanya sama dari busway satu ke busway lainnya. Entah pura-pura atau beneran tidur, sambil pasang earphone ipod di telinga, smsan, telepon, atau cuek saja walaupun ada wanita/ibu2/wanita hamil, kecuali yang memang bener-bener nggak tegaan seperti saya :).

Dulu pas saya belum hamil, saya sering kasih tempat duduk buat ibu-ibu yang sedang hamil, nggak peduli sedang hamil muda (masih ga seberapa buncit tapi dah keliatan) atau yang udah hamil tua (kalau ini sih prioritas). Bukan apa-apa saya orangnya suka nggak tegaan ngeliatnya. Membayangkan harus berdiri menyangga perut & beban yang lain (tas atau other belongings). Pun kalau ada ibu/bapak yang sudah tua saya juga sering kasih tempat duduk , kalau ini saya suka ingat sama ortu. Mana tega kita melihat ortu kita berdiri berdesak-desakan di angkutan umum, sementara kita yang masih muda, masih kuat berdiri sok pura-pura nggak tahu, nggak lihat.

Akhirnya, safety guard yang baik itu mendapatkan satu tempat duduk untuk saya dengan meminta penumpang lain (bapak-bapak) untuk mengalah memberikan tempat duduknya untuk saya. Duh, sumpah saya terharu banget. Ini kali pertama saya naik busway dalam keadaan hamil & ternyata masih ada yang peduli sama saya :(( . Makasih ya mas safety guard (lupa liat namanya), &  pak siapalah.. (yang sudah mengalah memberikan tempat duduknya untuk saya).

Beda sekali dengan kondisi mau pulang. Keadaan busway tidak seberapa penuh, tapi tetap tidak ada satu kursi pun yang kosong. Sekali lagi saya tidak berharap akan mendapatkan perlakuan yang sama dengan waktu saya berangkat. tadi. Dikasih tempat duduk ya syukur alhamdulillah, nggak juga nggak apa-apa. Toh jarak Rasuna Said ke Mampang deket ini. Dari situlah saya memperhatikan, memang benar, entah memang tidak ada yang memperhatikan saya karena kondisi badan saya masih langsing-langsing aja seperti orang yang  tidak sedang hamil jadi tidak ada seorang penumpang pun yang iba sama saya ;)) , atau karena memang sudah merasa PW (posisi whuenak), jadi pada malas meninggalkan kursi masing-masing.

But anyway, saya nyantai-nyantai aja kok. Masih untung bisa nyandar di kaca pemisah tempat duduk dekat pintu, sambil smsan sama suami, sambil sesekali memperhatikan tingkah laku penumpang busway. Di tempat duduk deretan tengah, ada serombongan remaja yang sengaja duduk berderet satu  grup, malah asik foto-fotoan di dalam busway. Saya cuma cuman senyum aja sih. Ternyata tidak semua orang mau peduli dengan orang lain. Mungkin pikirnya, “halah, sama-sama bayar ini. Tahu sendiri kan kalau busway jarang ada yang kosong. Nyari tempat duduk juga susah. Rumah gue jauh nih. Maaf yah..”. Mungkin pikir mereka kaya gitu kali ya

Terlepas dari itu semua, samasekali bukan bermaksud untuk dikasihani mentang-mentang saya lagi dalam kondisi hamil lho ya. Sama sekali tidak. Dikasih ya syukur. Nggak juga ya udah, nggak apa-apa. Semua itu kan akhirnya menunjukkan seberapa peduli kita sama orang lain. Kasihan mengasihani itu bukan hal yang harus diminta, harus disuruh. Tapi seharusnya murni muncul dari hati kita secara tulus.

Sayangnya di ibukota ini, kesadaran macam itu sudah mulai punah.. 🙁

[devieriana]

Continue Reading