Suatu pagi, saya datang dengan wajah setengah bersungut-sungut lantaran merasa kesal sama suami. Gimana nggak kesel, lha wong saya lagi sakit eh malamnya saya malah diomel-omelin. Bukannya dirawat atau dikasih kata-kata yang manis gitu, atau didoain biar cepat sembuh, tapi malah diomelin panjang lebar sampai rasanya kuping meleleh. Ah, mulai lebay lagi kan? ;))
Begitu naruh tas saya langsung ngomel ke temen saya :
Saya : “Hadeuh, kesel banget deh sama suamiku. Masa sakit-sakit begini semalem malah dimarahin. Nggak ada kasian-kasiannya..”, ngomel sambil terbatuk-batuk.
Teman : “hehehe, kenapa? kenapa? Kamunya bandel kali Dev? “
Saya : “halah, bandel apa sih? kebanyakan mainan layangan juga kagak. Cuma gara-gara aku minum obat batuk yang menurut dia over dosis aja. Yang harusnya 4 jam sekali, aku minum 2 jam sekali.. Ketauan sama suamiku, aku terus dimarahin..” (diucapkan dengan nada tanpa bersalah)
Teman : “Lha yo mesti. Wong kamu emang cari perkara, bikin aturan sendiri. Keracunan obat kapok kamu ;)). Tenang, kamu nggak sendirian, aku juga habis marahin istriku gara-gara dia bandel. Nggak aku bolehin makan bakmi karena aku takut perutnya sakit. Eh maksa makan bakmi juga. Wong namanya lagi hamil, aku nggak tega, ya sudah aku turutin. Tak beliin bakmi. Akibatnya perutnya kembung sampai sekarang nggak sembuh-sembuh.Tak marahin, tak diemin. Gitu sama suami nggak nurut. Aku emang marah banget sama dia Dev, tapi lama-lama nggak tega. Semarah-marahnya aku sama dia itu ya karena bentuk sayangku ke dia. Kalau orang Jawa bilang, “ngeman”, tapi kadang yang di-eman itu nggak nyadar kalau dia lagi disayang sama suaminya…”
Saya : “wogh, gitu ya ternyata?” *manggut-manggut*
Sebagai pasangan hidup, suami saya termasuk pasangan yang kadar romantisme dibawah 50%. Jangankan ngasih bunga sama saya (dibahas lagi? ;)) ), bilang “I love you..” aja bisa dihitung dengan jari. Kalau pasangan lain mungkin bisa bilang I love you di facebook sehari sepuluh kali, kita nggak pernah tuh bilang kaya begitu di facebook. Ngiri? Ah, nggaklah. Kalau soal kemesraan kita sudah sepakat nggak akan show off di situs-situs pertemanan. Ya lagian juga buat apa? Wong handphone juga ada, kalau komunikasi ya tinggal BBM atau sms, lebih pribadi juga tho? Ya itu kalau kami. Prinsipnya bisa beda sama pasangan lain.. 🙂
Nah dialog diatas itu kebetulan saya lakukan bersama seorang teman kantor. Niat awalnya sih curhat. Tapi ujung-ujungnya kok saya jadi ketawa sendiri. Karena ndilalah orang yang saya curhati kok sifatnya hampir sama sama suami saya. Bahkan saya akhirnya bisa paham bahwa rasa sayang/perhatian suami itu tidak selalu lewat kata-kata mesra tapi justru lebih ke tindakan. Semarah-marahnya suami saya, sejahat-jahatnya dia menurut saya kadang ya dia masih ada benarnya. Rasa sayang yang ditunjukkan dia sama saya memang beda bentuk dengan apa yang saya inginkan. Kadang nih ya, yang namanya perempuan pengen sekali-kali diromantisin sama pasangan, dikasih kata-kata yang indah. Err.. digombalin gitu ya? Eh, ya enggak gitu juga, tapi pengenlah sekali-kali dikasih perhatian yang romantis sama suami sebagai bentuk rasa sayang dia ke kita. Uhuk! @};-
Tapi kalau nyatanya ke kita justru nggak seperti apa yang kita bayangkan, gimana coba? Disaat kita pengennya diperhatikan, dianya malah ngomel-ngomel nggak jelas. Ya siapa yang nggak kesel kalau kaya begitu ya? (mulai cari massa) ;)). Tapi ternyata kita (terutama saya) seringkali salah terima. Justru dibalik omelan & ceracauannya itu dia menunjukkan rasa perhatiannya sama kita. Tsaaahh.. (menyibakkan poni)
Seperti contohnya saya yang ngarang sendiri dosis obat batuk itu tadi. Dia ngomel karena takut lambung saya atau bahkan ginjal saya yang kena, sama kaya mertua saya. Dia nggak pengen itu terjadi sama saya. Atau ketika saya memaksakan dia untuk menerobos hujan (yang menurut saya cuma) gerimis itu & dia menolak mentah-mentah, itu karena dia nggak pengen saya & dia jadi sakit. Karena dia tahu badan saya itu rentan banget sama flu. Pun halnya ketika saya santai menyantap sambal tanpa kira-kira, dia yang sibuk ngomel panjang lebar karena nggak pengen perut saya bermasalah. Juga ketika dia ngomel tak henti-henti ketika melihat saya bandel tetep mantengin layar laptop ketika malam beranjak larut & saya nggak tidur-tidur. Itu karena dia khawatir badan saya demam lagi, karena dia hafal betul kondisi badan saya yang nggak bisa dipaksakan itu ;;) .
Jadi kesimpulannya, emang sayanya yang bandel kok. Seringkali menuntut pasangan harus begini-begitu, menutup mata ketika perhatian pasangan diaplikasikan dalam bentuk yang berbeda dengan apa yang kita inginkan. Sekarang pilih mana, dikasih bunga & dikasih kata-kata mesra yang belum tentu keluar dari hati (sekedar menyenangkan hati kita)Â atau diperhatikan dengan tulus & tanpa basa-basi? Pasti pilihan kedua kan? (moga-moga nggak cuma saya yang memilih opsi kedua ya ;)) ).
Jadi, berhentilah mengeluhkan & membandingkan pasangan kita. Mulailah bersyukur dengan jodoh kita masing-masing karena sejatinya Allah menjodohkan kita karena Dia tahu apa yang sesungguhnya kita butuhkan bukan yang kita inginkan 😉
[devieriana]
gambar ngambil dari sini