Surprise!

Siapa sih yang nggak suka kalau dikasih surprise apalagi di saat spesial dan dilakukan oleh orang-orang yang spesial pula. Ah, saya juga mau, apalagi kalau pas ulang tahun.

Tapi apa jadinya ketika kita berulang tahun justru dapat kejutan yang bikin  jantungan, paranoid, atau hal-hal yang sama sekali tidak kita sukai? Menikmati surprise-nya? I don’t think so deh kayanya. Nah, pasti semua sudah tahu kemana arah pembicaraan saya kan? ;)) Iya, ke arah Tragedi Suster Ngesot yang sedang marak dibicarakan di berbagai media itu 😉

Mungkin buat sebagian orang, hari-hari spesial orang-orang terdekat itu harus dirayakan dengan cara yang “spesial” pula. Ok, saya setuju. Toh, nggak setiap hari ini, kan? Tapi apa iya harus dilakukan dengan cara yang menakutkan dan membahayakan orang lain atau diri sendiri? Kalau menurut saya pribadi sih kok nggak bijak, ya? 😕 Sama halnya dengan memaksa orang lain untuk melakukan kegiatan yang tidak mereka sukai/menakutkan (seperti yang sering dilakukan oleh salah satu stasiun televisi kalau sedang mem-bully host di salah satu acara). Sebenernya sih suka nggak tega aja ngeliatnya. Padahal kalau kondisinya dibalik, belum tentu yang ikut mengerjai itu juga mau menjalani hal yang sama, lho 😐

Bersyukur selama ini —ketika ultah— kejutan yang diberikan oleh teman-teman dan keluarga masih berupa kejutan yang wajar dan manis. Kalau soal dijutekin, dicuekin, atau dibikin nangis saat ultah, itu sih sudah biasa, tanpa itu pun saya sudah pasti mewek kok tiap ulang tahun :-s

Dua tahun ini saya mengalami ulang tahun yang sangat berkesan. Jauh dari kesan seram, malah lucu dan terharu. Ulang tahun yang paling berkesan ya waktu bersamaan dengan prajabatan. Begitu masuk kelas, widyaiswara langsung mengajak kami menyanyikan lagu Happy Birthday, dan itu bikin saya sukses berkaca-kaca. Jadi teringat juga bagaimana saya mengendus kesibukan teman-teman yang diam-diam mempersiapkan ulang tahun saya, mengamati bagaimana cara mereka menghilang satu persatu dari ruang makan dan kamar, sengaja meninggalkan saya sendiri, dan ketika tiba-tiba mereka sudah berkumpul di depan kamar sambil membawa beberapa kardus isi pizza, memahkotai saya dengan balon. Unyu! ;;) Itu asli lucu dan spontan bikin saya nangis dong, Sodara! Belum lagi ditambah ketika saya harus berantem dan dibikin nangis sama hubby hanya perkara kemana harus pesan kue tart! Asli, nggak penting! #-o . Oh ya, saya wajib waspada kalau lagi ulang tahun, karena pasti akan ada settingan-settingan aneh gitulah.

Tapi justru kejadian-kejadian lucu seperti itu yang akan terus teringat. Surprise yang menyeramkan juga akan tetap teringat sih, tapi bikin paranoid. Ya gimana nggak bakal sontak jejeritan kalau pas mau naik/turun lift, pintu terbuka dan tiba-tiba ada penampakan makhluk menyeramkan di depan kita? Iya kalau kita dalam kondisi sehat jasmani dan rohani, lha kalau nggak? Apa nggak tambah panjang urusannya? :-q

Nah, jadi pengen cerita deh. Waktu saya ulang tahun dan bersamaan dengan prajabatan, itu kebetulan di tempat yang ambience-nya memang horor, di Pusdiklat BPS, daerah Lenteng Agung. Namanya pusdiklat dengan banyak ruang kelas dan kamar begitu pastinya kan nggak setiap hari ada orang diklat, istilahnya nggak “bau manusia”. Kalau malam auranya spooky banget, banyak lampu yang sengaja dimatikan, dan hanya dinyalakan di tempat-tempat tertentu dimana kami sering lalu lalang, itu juga nggak semua lampu neon. Bahkan ada teman saya yang indigo sempat melihat penampakan dan tidak lama kemudian kerasukan. Kejadian itu sumpah, horor banget! Gimana nggak horor kalau jatuhnya si teman dan adegan melotot-melotot sambil nunjuk-nunjuk itu pas di depan pintu kamar saya, coba! ^X_X.  Kalau misal teman-teman saya tega sih bisa aja mereka memanfaatkan situasi kondisi pusdiklat yang sudah seram itu, tinggal menyamar menjadi sesuatu yang menyeramkan buat kejutan di ulang tahun saya. Tapi untung semua teman saya baik… ^:)^ *sujud syukur*

Mungkin tragedi suster ngesot di Bandung kemarin setidaknya bisa jadi pelajaran bagi semua pihak untuk nggak semena-mena memberikan kejutan pada teman, apalagi yang menyeramkan. Sebelum memberikan kejutan yang sedikit “heboh” dan “tidak wajar”, ada baiknya dipikir dulu masak-masak, jangan asal kasih surprise tanpa memikirkan aspek keamanan, supaya tidak ada lagi insiden tendang-tendang “hantu settingan” seperti kemarin.

Nah, ngomong-ngomong tentang surprise ulang tahun, kalian pernah dikasih surprise apa waktu ulang tahun? <:-P

[devieriana]

gambar pinjam dari google

Continue Reading

Kenapa harus horor?

Dari jaman saya kecil sampai sekarang, saya itu termasuk orang yang takut sama hal-hal serem. Dulu, jangankan nonton film horor yang jelas-jelas mengandung hantu, lihat serial Unyil pas adegan hutan lindung aja saya sudah deg-degan, takut tiba-tiba keluar nenek sihir atau makhluk hutan yang menakutkan lainnya. Itulah kenapa saya sangat antipati sama film horor, yang sebagian besar syutingnya hampir selalu dilakukan di malam hari, gambar dengan aura suram, gelap, ditambah sound effect yang bikin merinding. Iya karena saya memang penakut X_X. Kalaupun misalnya ada acara nonton gratis tapi kalau filmnya film horor saya pasti akan dengan sukacita menolaknya. Jangankan nonton yang berbayar, di TV aja jaman-jaman ada acara uji nyali atau acara setan on tv show aja saya sudah pasti ganti chanel.. walaupun seringnya penasaran pengen tahu peserta uji nyalinya berhasil sampai finish nggak, atau ada penampakan sesuatu nggak disana.. ;))

Beda sama adik saya yang nomor 2, kalau soal nonton film horor dia jagonya, walaupun itu malam hari dan harus nonton sendirian. Kalau saya sih, makasih deh. Pernah saya terbangun karena pengen pipis, eh lihat dia lagi anteng nonton film Shutter , ngakunya sih sempat kaget pas lihat saya tahu-tahu seliweran lewat, karena mungkin dia lagi tegang-tegangnya ya ;)). Duh, emang muka saya mirip sama setan ya? :|. Dulu sempat tanya ke adik saya itu, kenapa dia berani nonton film horor, dengan ringan dia menjawab :


“halah, kan disitu ada sutradaranya, Mbak. Itu semua bikinan manusia..”

Iya tahu kalau disitu ada sutradaranya, saya juga tahu kalau yang syuting itu artis semua, saya juga tahu kalau mereka didandani sedemikian rupa oleh make up artist-nya sehingga mirip makhluk-makhluk menyeramkan sesuai lakon di skenario itu. Tapi kan pas adegan itu diambil, kru yang ada dibelakang layar nggak ikut disorot. Nggak mungkin dong pas lagi adegan suster ngesot pas lagi ngesot serem-seremnya eh sutradaranya lewat sambil bawa gorengan atau make up artist-nya mendadak benerin bedak lantaran muka si suster terlihat masih kurang pucat.

Sering bertanya-tanya sendiri, bukankah seharusnya menonton itu jadi kegiatan yang menghibur & bersifat rekreasi ya. Tapi kenapa “hiburannya” harus berupa hal yang menakutkan? Bukankah malah jadi stress? Kalau dalam keadaan ketakutan begitu lalu dimana letak menghiburnya ya? 😕 . Sempat berpikir, kenapa ya orang-orang suka menonton film horor? Rela larut dalam suasana yang menakutkan, tegang, deg-degan, dan teror. Untuk pertama kalinya saya sengaja menonton yang jenisnya thriller (atau horor supernatural?) Final Destination 4 (buat saya film jenis thriller ini termasuk kategori “horor”, film teror). Pulang jam 11 malam sambil paranoid sendiri (walaupun nontonnya sama hubby). Selama menuju parkiran lihat tukang yang lagi ngelas benerin atap mall, saya paranoid. Lihat tangga besi yang lagi disandarkan di tembok, saya juga paranoid. Parno kalau tiba-tiba alat las atau tangganya jatuh menimpa dan mencederai orang yang lewat. Berlebihan ya? Emang! 😐

Kalau kejadian mengalami langsung sih nggak pernah minta, amit-amit jangan sampai yaa.. :-s. Walaupun kayanya sih pernah pas di rumah Budhe saya yang di Malang itu, kan rumahnya memang agak spooky (spooky itu bukan merk motor matic lho ya). Pernah merasa ada yang sedang lari dengan nafas ngos-ngosan di kamar saya ketika saya sedang tidur, dan itu dekat sekali dengan telinga saya. Kayanya lho ya. Padahal kamar saya di rumah Budhe itu bukan fitness centre, seharusnya nggak ada yang olahraga malem-malem kan ya? *ngusap tengkuk*. Halah, ini kok malah cerita horor beneran. Filmnya, filmnyaaa!

Iseng saya tanya sama beberapa teman yang suka nonton film horor, beberapa alasannya :
1. menonton film horor itu mengandung adrenalin rush, ada ketegangan yang ingin ditaklukkan
2. penasaran, kali ini setannya berbentuk apa ;))
3. penasaran nanti endingnya bagaimana, setannya yang mati atau lakonnya yang mati
4. ceritanya seseram gambar di posternya nggak, atau barangkali ada “bumbu-bumbu” erotismenya (u kate acara memasak pake bumbu?). Kalau yang ini pasti sukanya sama film horor Indonesia deh 😐

Kalau kata seorang psikolog, kenapa manusia suka film horor : “sebenarnya manusia menyukai perasaan ketakutan, bahkan mencari perasaan tersebut, karena mereka sadar tidak sedang berada dalam bahaya yang sesungguhnya”. Iya juga sih, kita sengaja memberanikan diri nonton film horor tapi kan di bioskop, coba kalau sengaja mencari penampakan sendirian, tengah malam, trus ketemu beneran sama hantunya. Belum tentu berani juga kali ya :-s.

Kalau kalian suka film horor nggak?

[devieriana]

Continue Reading