Asli atau Bayar?

Beberapa waktu yang lalu saya sempat ngobrol dengan seorang teman lama di YM. Teman waktu saya masih tinggal di Surabaya. Lumayan lama kami tidak tahu kabar masing-masing sejak masing-masing dari kami menikah. Setelah akhirnya dia menjawab ucapan selamat ulang tahun yang saya kirimkan di YM akhirnya kami lanjutkan dengan saling bertukar kabar.

Saya kabarkan kalau saya sekarang berkarir sebagai PNS. Dia kelihatan tidak terlalu terkejut. Justru meminta saya bercerita apa motivasi saya, dll. Ya sudah saya ceritakan apa adanya. Saya bilang sama dia, kalau mau diceritakan prosesnya dari awal ya terlalu panjang. Akhirnya saya kasih link runtutan ceritanya di sini. Itulah salah satu keuntungan punya blog, punya arsip tentang cerita hidup ;))

Berhubung dia juga waktu itu lagi sibuk jadi sepertinya link yang saya kasih itu belum di baca. Ya iyalah, untuk baca “cerita berseri” yang panjang begitu kan butuh waktu :). Eh, mendadak dia menanyakan sesuatu sama saya dan itu pertanyaan yang cukup “makjleb”. Halah,lebay banget deh ;))

Teman : “aku mau nanya tapi jangan tersinggung ya..”

Saya : “Apa? :-?”

Teman : “kamu kok bisa masuk PNS di situ, bayar apa ikut tes?”

Makjleb! #-o Duh, sumpah nih ya, pertanyaan itu kok ya ditanyakan pas saya PMS ya. Kalau aslinya ya jujur saya pengen jitak-jitakin dia deh, “tuk-tuk-tuk!” ~X( . Tapi untung waktu itu saya lagi dikelilingi malaikat yang baik hati semua, jadi pas di tanya seperti itu hati saya adem ayem kaya ada angin semilir sepoi-sepoi gitu. Dia lagi beruntung aja mood saya pas lagi bagus :p . Jadi ya saya jawabnya juga santai aja gitu, kaya di pantai.. :-” *kipas-kipas*

Saya : “ya ikut teslah, sama kaya yang lain.. Asli!”

Teman : “Asli bayar apa asli ikut test”

Wah, mulai nyari gara-gara nih >:)

Saya : “Ya asli ikut test-lah. Maksudnya gimana sih? Kalau nggak percaya baca aja di situ

Teman : “Ya kali aja ada yang off the record, yang nggak kamu ceritakan”

Saya : “yaelah, kalau mau bayar, aku mau jual sawahnya siapa? Aku kan bukan orang berada :(( “

Teman : “ya kan kamu orang berada..”

Saya : “berada apa? berada di Jakarta? ;)) “

Teman : :))

Dia lalu membandingkan (bercerita) kalau masuk PNS ditempat dia bekerja itu ada yang melalui “jalan belakang”. Biayanya pun sampai ratusan juta. Saya cuma bisa melongo. Memang bukan rahasia lagi sih kalau sistem KKN itu mau gimana-gimana juga masih tetap ada. Tapi saya nih ya, kalau iya syarat menjadi PNS harus mengeluarkan biaya sedemikian banyak sampai ratusan juta rupiah, ya mending saya bekerja jadi pegawai swasta tho, lha wong nggak pakai bayar, malah saya yang dibayar. Ya kan?

Tapi alhamdulillah, Allah memberi saya kesempatan untuk menjadi PNS melalui jalan yang murni dari hasil seleksi. Kalau temen-temen baca cerita saya dari awal, malah yang ada isinya deg-degan melulu. Nggak berani posting blog sebelum ada hasilnya. Malu kalau sudah terlanjur cerita sana-sini nggak tahunya gagal :(( . Teman-teman kantor aja cuma sedikit yang tahu kalau saya ikut seleksi CPNS, padahal awalnya saya yang emoh-emoh ;)). Tapi ya mungkin sudah rejeki ya, jadinya jalannya alhamdulillah mulus.

Sekedar cerita nih, dulu banget waktu saya baru saja tinggal di Jakarta & diajak jalan-jalan sama suami, pertama kali saya lihat gedung dengan halaman luas yang masih satu komplek sama Istana Negara ini cuma bisa kagum sambil dalam hati bilang, “Ya ampun keren banget ya kantor ini. Kapan aku bisa bekerja di sana ya..”. Eh, lha kok ndilalah Allah mengabulkan bisikan hati saya itu 2 tahun kemudian 🙂

Banyak jalan untuk mencari rezeki. Mau berkarir sebagai pegawai swasta atau pegawai negeri semuanya sah-sah saja, tergantung Allah ngasih rejekinya kemana. Ada yang lebih senang berkarir sebagai pegawai swasta karena secara penghasilan jauh lebih besar, syaratnya pun lebih mudah ;). Ada juga yang lebih memilih berkarir menjadi PNS seperti saya yang harus memulai lagi dari awal & menyesuaikan diri lagi, mencuci otak saya yang masih terlalu swasta itu untuk menjadi PNS ;))

Sebenarnya waktu ikut ujian saya nggak terlalu ngoyo. Saya cuma ikut ujian satu saja di satu kementrian saja & alhamdulillah lolos, walaupun ujiannya berlapis-lapis (seleksi dokumen, test tulis, psikotest & interview). Mungkin salah satu kuncinya karena kemarin saya tidak terlalu ngoyo ya, jadi ketika ikut test tidak ada beban sama sekali.:)

Jadi buat teman-teman yang akan berjuang di seleksi CPNS tahun ini, selamat mempersiapkan diri ya dan nggak usah terlalu ngoyo, santai saja. Kalau sudah rejeki nggak akan kemana-mana kok. Berkarir juga tidak harus menjadi PNS kan? Yang sukses di jalur swasta atau bahkan membuka usaha sendiri juga banyak yang sukses kok. Ok, darling? 🙂

Good luck! :-bd

[devieriana]

Continue Reading

Masa Inkubasi

Judul postingan ini nggak ada hubungannya sama isi tulisannya. Ngasal aja, seolah mengumpamakan saya sedang dalam masa inkubasi. Berasa jadi virus sama kuman nggak sih? :D. Hmm, ternyata lama juga saya nggak update blog yah? Maklumlah ya, sejak saya memutuskan resign mendadak kemarin (hanya dalam tempo seminggu sejak pemanggilan di Setneg) saya kejar setoran, kerja ngebut, paling tidak menyelesaikan 90% kewajiban sayalah. Kasian leader pengganti saya nanti kalau kerjaan masih banyak yang belum selesai. So, pikiran , energi, konsentrasi semua tercurah ke penyelesaian kerjaan yang seharusnya selesai tanggal 4 jadi dikebut harus selesai tanggal 31 Januari 2010.

Jadi ya begitulah, selama beberapa hari ini saya memasuki masa inkubasi. Halah kok malah kaya virus :)) . Penyesuaian dengan pekerjaan & status yang barulah intinya. Karena selama lebih dari 6 tahun saya bekerja di perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia itu membuat mindset, kultur & cara bekerja saya sangat swasta. Kalau saya sekarang bekerja jadi PNS tentunya ya jauh berbeda. Sempet agak kaget sedikit. Apalagi berhubungan dengan surat menyurat tingkat tinggi. Dulunya kan saya cuma pegang urusan surat menyurat internal antar bagian aja. Kalau sekarang sudah antar instansi & departemen. Bayangkan betapa stressnya saya di awal hari kerja saya.

Tapi untungnya disana semua baik & helpful. Sebagai PNS newbie (walaupun sudah sekian tahun bekerja sebagai pegawai swasta tentu buat mereka jelas saya newbie, wong masih nggak tahu apa-apa). Untungnya banyak anak mudanya, gaul pula. Jadi ya nggak berasa dalam lingkungan PNS jaman dulu, berasanya fun. Eh ya sebenernya belum fun-fun amat juga sih Gimana mau fun, wong hari ini saya dikasih kabar yang bikin hati saya meloncat kaget  :

teman  : “nanti kamu juga bakal kaya saya, nanganin ini sendirian..”

saya  : “hah, apa? sendiriaaaan? kapan?”

teman  : “sekitar bulan Juli paling..”

saya  : “kamu mau kemana mas?”

teman  : “aku pindah bagianlah..”

saya  : *stress, pengen pingsan*

Saya khawatir? Takut? Paranoid? Jelas. Tapi kalau saya seperti itu terus pasti bukan hal yang positif buat saya juga kan? Khawatir, takut menghadapi sesuatu yang baru & belum kita kenal, takut keluar dari zona nyaman itu hal yang lumrah & sering dialami oleh semua orang. Lha kalau kaya begitu terus ya nggak bakal maju-maju. Jalan ditempat.

Khawatir dan takut adalah dua hal yang berbeda, sekalipun nyaris mirip. Rasa takut punya objek yang jelas, contoh : saya takut sama kucing, saya takut sama bos saya yang galak, saya takut sama hantu. Tetapi khawatir  tidak, lebih abstrak. Ada perasaan tak menentu terhadap sesuatu yang tak jelas. Ketakutan, paranoid terhadap sesuatu yang asing, sesuatu yang baru, sesuatu yang belum pernah dijalani sebelumnya itu pasti pernah dirasakan semua orang. Punya rasa seperti itu wajar-wajar saja. Tapi jika berlebihan dan sudah mengganggu, itu namanya sudah tak wajar. Kekhawatiran sifatnya hanya sementara, karena ketika kita sudah terjun didalamnya kekhawatiran itu ternyata tidak terbukti & menjadi sesuatu yang biasa, yang menyenangkan, yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya. Kekhawatiran yang diciptakan oleh pikiran. “Aduh, besok mau kerja di tempat yang baru nih, bisa ga ya? Kira-kira nanti temennya asik-asik kaya di tempat kerja yang lama ga ya? Lingkungan kerjanya nanti enak nggak ya? Kerjaanku nanti sulit nggak ya?” dan sejuta pertanyaan paranoid yang lain, padahal ya belum tentu, wong belum dijalani. Sama ketika saya mengalami perpindahan dari officer ke team leader kapan hari. Saya sudah berpikir kerjaan saya bakal ribet, sulit. Tapi setelah dijalani ya nggak gitu-gitu amat, lama-lama juga biasa :).

Ya semoga kekhawatiran itu nggak terjadi. Mengingat saya kan bakal berkarir lama disini, bahkan sampai di usia senja saya nanti (nah, jadi mikirin usia senja kan? 😀 ).

[devieriana]

Continue Reading

Step Into A New House

Akhirnya, semuanya terjawab. Ya, tepatnya 3 hari yang lalu saya ditelpon oleh Biro Kepegawaian salah satu instansi yang seleksi PNS-nya kemarin saya ikuti & saya alhamdulillah masuk. Saya diminta mengambil undangan untuk pengangkatan CPNS tanggal 1 Februari 2010 nanti. Kaget? Woogh, ya jelas. Karena setelah sekian lama saya menunggu & akhirnya ada kepastian juga, jadi buat saya ya masih berasa ajaib.. lebay deeh.. ;))

Melihat teman-teman bahkan sepupu saya yang sudah mulai aktif bekerja tidak lama setelah hasil proses seleksi CPNS diumumkan , membuat saya jadi bertanya-tanya, “lha, giliran saya kapan ya? Kok nggak ada telpon lagi? :-ss”, dan sejuta kata tanya lainnya. Iyalah, wong tiap hari saya ketemu sama orang-orang kantor selalu pertanyaannya, “kapan kamu mulai aktif jadi PNS?”, atau “kok SK-nya lama banget nggak turun-turun?”, atau pertanyaan spv saya yang kaya begini “Dev, kamu masih lama kan disini?”. Mmh, sedikit beda sih, tapi intinya tanya kapan saya terakhir di tempat bekerja saya yang sekarang & kapan mulai bekerja di tempat yang baru. Saya pun harus memberikan jawaban yang sama dari satu penanya ke penanya lainnya. Andai bisa saya rekam, sudah saya rekam kali tuh jawabannya. Atau kalau ada ujian menghafal jawaban, saya pasti lulus dengan nilai A karena saking fasihnya saya menjawab pertanyaan mereka :D. Ya wajar juga sih, kan pengumumannya sendiri sekitar pertengahan November 2009 & baru ada pengumuman lagi sekitar 3 hari yang lalu. Alhasil saya yang sekarang harus ngebut menyelesaikan pekerjaan yang biasanya maksimal selesai tanggal 4, harus saya kebut selesai tanggal 31 Januari 2010. Karena tanggal 1 Februari 2010 sudah aktif di tempat kerja yang baru.

Saya sempet diledekin saya sahabat saya  :

” ciyeeh, punya NIP nih dia sekarang..”
” Ah, dari dulu aku juga sudah punya NIK.. apa bedanya sih? Sama-sama nomor induk karyawan/pegawai kan?”
” ya bedalah. sama-sama punya NIP/NIK, tapi kop surat bergambar garuda pancasila nggak semua instansi punya. Kamu akan bekerja di “dapurnya” negara. Be proud of that.
” iya yah? “, jawab saya manggut-manggut.

Dulu Pakdhe (kakaknya Papa) saya juga pernah bekerja di sini menjadi asisten Menteri Sekretaris Negara jaman masih Moerdiono, err..jaman saya masih kuliah kali ya. Sudah lama banget sih memang. Orang-orang juga mungkin sudah lupa. Wong saya dulu sempat cerita ke salah satu interviewer saya waktu pemberkasan beliaunya juga sudah nggak mengenali siapa orang yang saya maksud. Iya sih, sudah lama banget ya Bu.. 🙂 . Nggak nyangka kalau saya akhirnya “meneruskan” karir beliau disini. Dulu melihat gedungnya dari jauh saja saya sudah kagum. Sekarang justru sama Allah saya dikasih kesempatan untuk masuk & berkiprah didalamnya. Alhamdulillah.. 🙂

Supervisor saya kemarin kirim sms begini   :

” Jyaah, akhirnya keluar juga tuh SK, hiks. Ya udah nggak apa-apa. Anyway congrats again ya Dev, orang emang kalau bagus selalu ada aja jalannya.. Oh ya, kali-kali aja 10 tahun lagi kamu jadi bu Mentri, pan lumayan ada 1 mentri yang aku kenal.. 😀 “

Ya begitulah.. Habis ini selesai sudah karir saya di dunia telekomunikasi yang sudah saya geluti selama kurang lebih 6 tahun, dan berganti di bidang pemerintahan, eh? 😀 . Agaknya Tuhan tidak menginginkan saya untuk tidak mempergunakan ilmu yang saya ambil waktu kuliah dulu, hingga diberikan-Nya sebuah posisi yang  belum sempat saya jamah sekalipun selama bertahun-tahun. Menjadi seorang sekretaris :)) . Semoga bisa melalui semua fase ini dengan baik & lancar. Amien.. 🙂

 

 

[devieriana]

 

Continue Reading

Untuk Sebuah Status : Pegawai Negeri (II)

 senayan

Hari ini hari deg-degan sedunia. Setelah perjuangan saya disini hari ini adalah saat penentuan. Sedikit berbeda dengan seleksi-seleksi CPNS departemen yang lain, seleksi Sekretariat Negara termasuk salah satu yang ketat. Dari 6417 pelamar yang masuk langsung diseleksi jadi 1200 peserta yang berhak ikut test tulis di Tennis Indoor Senayan. Dari hasil test tulis itu yang selanjutnya akan diikutkan ke seleksi tahap selanjutnya yaitu Psikotest.

Ceritanya saya seleksi IPK alhamdulillah masuk. Jadilah saya ikut di seleksi tertulis yang belum sempat saya publish ceritanya karena masih belum tau kelanjutannya kaya apa setelah test tulis itu. Selain itu saya ngerasa test tulis kemarin ancur sekali :)) . Apalagi yang pas soal matematika (yang saya benci itu) & soal pengetahuan yang saya nggak update blas. Jawaban tentang siapa ketua Golkar yang baru aja baru saya dapet jawabannya pas liat berita di TV 2 hari yang lalu, hahaha. Parah. Apalagi tentang GBHN, Tap MPR, keppres, perpu, dan soal-soal tentang diftong, fonem, homograf.. Oalah.. embuhlah. Makanya kemarin bener-bener pasrah apapun hasilnya. Soalnya pas ngerjain bener-bener modal cap cip cup & ngitungin kancing. Mana yang belum saya itemin lingkaran hurufnya ya itulah yang saya itemin. Pokoknya ebtanas bangetlah.. ;)).

Hari ini dengan sedikit deg-degan saya buka tutup, buka tutup  situsnya Setneg. Harap-harap cemas sambil berdoa biar nama saya ada di deretan nama-nama yang lolos seleksi. Ketegangan makin bertambah ketika setelah jam makan siang koneksi internet di kantor makin ajrut-ajrutan, lemot pol. Praktis nggak bisa buka situs apapun keterangannya the page can’t be displayed. Sampai suami saya nelpon dengan tanpa basa-basi  :

“eh, nama kamu ada tuh di daftar peserta psikotest di UI tar tanggal 27 & 28 Oktober jam 7 pagi.. Ada di urutan nomer 2 dari 30 peserta..”

Langsung terharu. Ya Allah.. ternyata saya nyampai juga  di setengah perjalanan seleksi berikutnya. Langsung saya buka pengumumannya disini  & mendapatkan nama saya ada di nomor 2 dari 30 peserta yang lolos ke test Psikologi. Terharu. Mama yang saya telpon mendadak suaranya tercekat mirip orang yang mau nangis. Dasarnya memang mama saya itu nangisan :D. Jadi nularlah ke saya.. :)) .

Jadi begitulah sodara-sodara. Alhamdulillah komputernya Setneg itu masih bisa nerima jawaban saya yang cap-cip-cup alaiyum gambreng kemarin 😀 . Semoga test berikutnya kembali lancar Ya Allah..

Oh ya, makasih juga buat doanya kemarin ya teman-temankuuu.. 😀

I love youuuu… 😀


[devieriana]

 

dokumentasi pribadi

Continue Reading

Untuk Sebuah Status : Pegawai Negeri

Antrian panjang bersap-sap memanjang sampai keluar pintu aula Pusdiklat Sekretariat Negara membuat saya harus sabar menunggu untuk bisa sampai ke meja yang terdiri dari beberapa pegawai berpakaian formal. Rasanya dejavu ketika saya harus kembali mengantri, registrasi, membawa beberapa berkas penting untuk diserahkan, macam ijazah, fotokopi KTP, transkrip nilai. Ingatan saya mendadak melayang ke jaman awal-awal kuliah dulu, ketika sibuk-sibuknya mengurus ini itu, mengisi form ini itu, membulati lingkaran-lingkaran dengan pensil 2B. Hanya saja bedanya kali ini nggak se-hectic dulu, pun formnya hanya selembar berisi data diri.

Melihat kiri kanan saya yang terdiri dari “fresh graduaters” kok jadi ngerasa ciut ya. Bukan ciut badannya, tapi nyalinya. Berasa tua banget saya berdiri diantara para lulusan-lulusan baru ini, sementara saya sudah 10 tahun lalu menyandang gelar “fresh graduate”. Hiperbolisnya perasaan saya bilang gini, “ya ampun.. kayanya yang emak-emak cuman aku doang nih, semua kok masih precil-precil gini..”. Padahal mungkin ya nggak gitu-gitu amat, karena kebetulan yang melamar dibatasi maksimal kelahiran 1974 (usia 35 tahun), jadi nggak menutup kemungkinan akan ada pelamar yang usianya diatas saya kan? Nah saya yang kelahiran 1989 ini (dustaaa..) kan jadi ngerasa gimana gitu yaaa… ;))

Awalnya nggak niat-niat amat ikut seleksi CPNS, karena sudah malas harus mengurus ini itunya, kartu kuning, surat keterangan sehat, SKCK, dll. Tapi ketika saya iseng blog walking ke salah satu teman yang posting lowongan di Setneg kok jadi tertarik ya. Kebetulan juga syarat-syaratnya nggak begitu sulit & insyaallah bisa saya penuhi. Akhirnya, disinilah saya.. berdiri diantara para pelamar kerja yang pastinya dengan penuh harap akan lolos ke seleksi tahap berikutnya setelah mereka menyerahkan berkas lamaran ini di meja depan.

Giliran saya. Deg-degan. Karena semua dokumen saya bener-bener diperiksa satu persatu dengan seksama. Deg-degannya karena transkrip nilai saya nggak ada stempel legalisirnya 😀 . Nggak akan mikir bakal sedetail itu pengecekannya. Kalau ijazah yang berlegalisir kebetulan masih ada & tinggal semata wayang, tapi kalau legalisir transkrip nilai.. duh.. udah habis kapan tahun kali bu.. 🙁 .Saya yang melihat petugas itu hampir “can’t help”, hanya bisa pasrah & bisa bilang,

“mmh, udah nggak bisa ya bu?”.

Ibu itu kelihatan bimbang, padahal sebelum-sebelumnya saya lihat dia begitu saklek menolak beberapa pelamar yang tidak tidak memenuhi syarat. Dia berkali-kali membolak-balik transkrip nilai saya.

“Duh, sayang banget ya. IPK kamu masuk nih, tapi kok transkripnya nggak dilegalisir? Yang udah legalisiran emang nggak ada ya mbak?”, tanya Ibu itu sambil menatap saya (mungkin kasihan).

” kayanya sih udah nggak ada bu..”, jawab saya sambil berusaha mengingat-ingat, duh masih ada nggak ya..

” Soalnya kita kan butuh yang ada legalisirnya nih mbak..Kalau memang ada sekalian aja disertakan disini..Nanti boleh balik lagi kok.. “

” mmmh.. begini bu.. saya dari Unibraw Malang, saya lulus tahun 1999 & yang dilegalisir kayanya udah habis dari kapan tahun, saya nggak mungkin ke Malang untuk sekedar melegalisasi transkrip..”, tutur saya memelas (walaupun saya tahu alasan saya itu kaya orang nggak niat ngelamar kerja disitu). Pikir saya ya udahlah kalau memang nggak bisa, mungkin belum rezeki saya.

Tapi ibu itu seolah ragu antara mau ngasih form atau menolak berkas saya..

“Ya sudah, gini aja. Buat kamu, karena IPK-nya tinggi, saya kasih form, diisi semuanya ya, jangan sampai ada yang terlewat. Karena walau IPK kamu bagus kalau ada yang terlewat & nggak terisi, nggak akan terbaca di komputer, sayang kalau nggak lolos. Kami tunggu sampai dengan tgl 9 Oktober jam 15.00. Kalau bisa semuanya dilengkapi, terutama  transkripnya dilegalisir ya mbak.. Masih ada kan di rumah?”

“mmh.. Ya sudah bu.. saya usahakan..”

“ok, good luck ya mbak… 🙂  “, jawab ibu itu sambil tersenyum simpati.

Sekarang giliran saya yang cenut-cenut. Gimana caranya saya bisa dapetin legalisir transkrip dalam waktu sehari semalam kaya begini? Emang saya Aladdin yang punya jin pengabul keinginan dalam sekejab? Mumet. Suami menyerahkan semua keputusan pada saya, apakah akan lanjut atau sampai situ aja. Begitupun dengan sahabat saya, “kalau kamu ngerasa worth it ya udah ambil. Kalau kamu cuman iseng ya udah tinggalin aja”. Jujur, dilematis banget. Seperti ada kesempatan besar yang terbuang sia-sia.

Ditengah kebimbangan saya itu, tiba-tiba suami saya telpon dari kantor yang bilang kalau tiket PP Jakarta-Surabaya-Jakarta sudah di tangan, saya bisa pergi malam itu juga & pulang besok malam. Ya Allah. Rasanya saya masih nggak percaya melakukan sebuah perjalanan keluar kota untuk sebuah legalisasi transkrip. Antara penting nggak penting ya :D.

Keesokan paginya saya beneran datang ke kampus hanya untuk melegalisir ijazah & transkrip. Awalnya saya dijanjikan besok pagi baru jadi. Duh, padahal nanti malam saya udah harus di Jakarta, karena besok sore adalah deadline pengumpulan berkas. Akhirnya setelah saya rayu-rayu petugas pengajaran memberikan legalisir ijazah & transkrip tepat pukul 16.00 wib. Byuuh, rasanya lega banget. Malam itu akhirnya bisa pulang dengan membawa tandatangan PD I di transkrip & ijazah saya. Pukul 02.00 dini hari saya baru lelap kecapekan.

Setelah melewati proses melelahkan itu & keesokan harinya kembali ke Setneg untuk menyerahkan berkas akhirnya tanggal 13 Oktober 2009 sore saya mendapatkan nama saya tertera di website menjadi salah satu peserta yang berhak ikut seleksi tulis & psikotes tanggal 17 Oktober 2009 pukul 08.00-13.00 di gedung Tennis Indoor Senayan bersama 99 peserta lainnya yang melamar posisi yang sama dengan saya. Oh ya, saya ketemu lagi dengan ibu yang kemarin 🙂 . Dia keliatan surprise ketika tahu saya registrasi ulang & mengambil nomor ujian. Orangnya baik banget, ramah. Bahkan dia langsung memanggil nama saya. Dia sempat mengira kalau saya nggak akan balik lagi ke Setneg karena masalah legalisir itu, :D. Bu, saya kemarin ke Malang hanya untuk legalisir berkas-berkas pendidikan saya.. 😀

Hanya doa & harapan yang tersisa. Untuk apapun hasilnya saya pasrahkan semuanya sama Yang Diatas. Toh saya sudah berusaha semaksimal mungkin. Kalau memang ini adalah rezeki saya ya semoga nantinya diberikan kemudahan & kelancaran untuk segala sesuatunya.
Amien ya rabbal alamieen.. 🙂

[devieriana]

Continue Reading