Busy November

Tak terasa bulan November sudah berlalu di depan mata, dan sekarang ‘tiba-tiba’ sudah masuk bulan Desember aja. Kalau dipikir-pikir waktu setahun itu kok ya cepet banget, ya?

November kemarin jadi bulan sibuk bukan hanya buat saya tapi juga buat kantor. Jadi kalau November kemarin saya sama sekali tidak posting apapun di blog ini harap dimaklumi ya, hiks…

Sejak awal bulan sudah digeber dengan diklat Kehumasan, dilanjut dengan dinas-dinas, ngemsi-ngemsi, dan lomba-lomba. Kalau soal penggunaan suara pokoknya di bulan November itu maksimal banget, ya MC indoor, ya MC outdoor, ya nyanyi indoor, ya nyanyi outdoor, ya MC acarA formal, ya acara lomba aerobik yang pakai teriak, “AYO SUARANYA MANAAAA?!’ Pokoknya MC serbagunalah, emang gedung doang yang serbaguna? Hahaha…

Eh, trus, kok tumben ada lomba-lombanya? Iya, sebenarnya setiap bulan November itu diperingati sebagai hari ulang tahun KORPRI. Kebetulan tahun ini KORPRI berulang tahun yang ke-44. Setelah dua tahun lamanya berhibernasi, dan jauh dari keriaan, tahun ini ulang tahun KORPRI kembali diperingati dan diramaikan dengan berbagai lomba olah raga dan seni.

Kalau dilihat dari jenis lombanya, sudah jelas saya bukan partisipan lomba olah raga. Lha wong senam rutin tiap hari Selasa dan Jumat saja saya skip melulu, apalagi ikut lomba olah raga beneran. Sudah bisa ditebaklah saya ikut lomba apa. Iya, saya memeriahkan lomba menyanyi saja. Itu pun alhamdulillah, nggak menang; cuma sampai 9 besar saja, hahaha. Eh, tapi jujur, saya malah bersyukur dengan kekalahan itu karena justru mengurangi beban saya sendiri. Bayangkan saja, saya di-booking sebagai MC acara puncak peringatan HUT KORPRI di lingkungan kantor saya sejak awal November, dan rencananya para pemenang lomba menyanyi harus tampil di atas panggung untuk memperdengarkan suaranya. Sedangkan saya dan teman-teman band saya pun sudah dimasukkan dalam list penampil. Masa iya, saya yang ngemsi, saya juga yang tampil menyanyi solo, plus tampil bersama teman-teman band saya. Kok rasanya eksis amat, ya? Itulah kenapa saya malah bersyukur ketika saya tidak dinyatakan sebagai pemenang lomba menyanyi.

Saya mau cerita sedikit tentang lomba menyanyi kemarin ya. Ini adalah lomba menyanyi kedua yang saya ikuti di lingkungan kantor. Anggap saja lomba tingkat abal-abal, karena memang yang ikut ya para pehobi nyanyi saja, bukan yang pro. Saya sebenarnya sudah tidak mau ikut, tapi berhubung ada disposisi atasan yang meminta saya untuk ikut jadi ya sudahlah, saya ikut saja, itung-itung memeriahkan.

Di babak semifinal/penyisihan, rencana yang ikut sih sekitar 90 peserta yang terbagi dalam 2 sesi lomba. Lomba pertama diadakan di hari Jumat, 19 November 2019, dan sesi kedua diadakan di hari Senin, 23 November 2015, yang masing-masing terdiri dari 45 peserta, walaupun pada kenyataannya banyak peserta yang mengundurkan diri karena kegiatan kedinasan. Jadi, sepertinya sih jumlah pesertanya tidak sampai 90 orang.

Dua hari menjelang hari H, saya masih galau mau menyanyikan lagu apa. Hingga akhirnya pilihan lagu saya jatuh pada My Cherrie Amour-nya Stevie Wonder. Entahlah, mungkin suara saya cocok menyanyikan lagu-lagu lawas nan klasik macam begitu, karena di lomba 2 tahun sebelumnya pilihan lagu saya pun tak jauh dari lagu lama, Somewhere Over The Rainbow.

Juri lomba kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya, kali ini ada 3 juri yang diambil dari luar, jadi harapannya bisa lebih netral dalam menentukan para calon finalis dan pemenang nantinya. Ya sudahlah, nothing to lose saja, kalau sudah rezeki tak akan ke mana kok.

Dan, tadaaa! Saya dinyatakan masuk final dan harus memilih salah satu di antara 25 lagu pilihan. Saya kembali galau. Masalahnya adalah, lagu-lagu itu tidak ada yang saya suka, hihihihik. Tapi ya sudahlah, ketika sesi pengambilan nada, pilihan saya jatuh ke lagu Kaulah Segalanya milik Ruth Sahanaya, tapi kata panitia lagu itu sudah dua orang yang memilih, jadi mereka menyarankan untuk memilih lagu yang lain. Nah, rempong lagi nih judulnya, padahal jiwa raga saya sudah siap menyanyikan lagu Kaulah Segalanya. Sampai akhirnya, pilihan saya jatuh pada lagu lamanya Rafika Duri, Tirai. Beuh, lawas banget! Ya sudah, biar nggak lawas-lawas banget dan terdengar lebih catchy, saya meminta untuk diversikan bossanova saja, sama seperti lagu Tirai di album Rafika Duri yang bertajuk Romantic Bossas, yang diaransemen ulang oleh Tompi.

Di hari H, modal saya hanya do my best, karena tak disangka ternyata bapak-bapak saya beserta teman-teman semuanya hadir memberikan dukungan. Antara haru dan seru, karena ternyata sayalah satu-satunya yang mewakili satuan kerja Sekretariat Kementerian dan Kedeputian, selebihnya adalah perwakilan dari Sekretariat Militer Presiden, Sekretariat Kabinet, Sekretariat Presiden, Sekretariat Dewan Pertimbangan Presiden.

Beda dengan lomba terdahulu. Dulu, mau dengar pengumuman saja saya deg-degan luar biasa, hahaha. Sekarang, biasa saja. Mungkin karena tidak ada beban. Jadi ketika diumumkan bahwa yang menjadi juara 1 dari Sekretariat Militer Presiden, juara kedua dari Sekretariat Presiden, dan juara ketiga dari Sekretariat Kabinet, saya sangat-sangat legowo. Kalaupun kekalahan saya itu salah satunya karena lagu yang saya bawakan bukan versi aslinya, hmmm… dalam bayangan saya nih ya, selama saya tidak menyalahi ketentuan yang ada di dalam rule of the game, ya seharusnya sah-sah saja memodifikasi aransemen lagu. Toh, di berbagai lomba pencarian bakat juga lagu-lagunya selalu diaransemen ulang menjadi lagu yang punya sentuhan baru.

Tapi ya, bagaimana pun keputusan juri adalah mutlak, dan pastinya sudah ada pertimbangan tertentu kenapa Si A, Si B, Si C jadi juara. Walaupun keluar dari aula Pak Deputi ngomel-ngomel karena keputusan dewan juri yang dianggap aneh, saya cuma bisa cengengesan. Ya jelas ngomel dong, kan perolehan medalinya jadi makin ketat sama Setmil dan Setpres, hahaha…

Teman-teman band saya cuma haha-hihi saja melihat vokalisnya malah kalah, hahahaha. Nggak ding, mereka tetap support kok.

Him: Are you sad?

Me: Eh, nggak dong…

Him: Lomba nggak jelas itu. Juri yang bener itu ada di penonton. Lagian penyanyi yang bener itu bukan cuma suara, mental sama attitude juga. Lagian, kamu udah nggak levelnya ikut lomba-lomba kaya gitu, Mbak…

Eh, makasih lho support-nya. Sorenya pas ketemu mereka buat persiapan tampil tanggal 29 November 2015 di acara pucak peringatan HUT KORPRI, saya pun habis diledekin mereka.

“Eh, kamu ntar nyanyi Lost Star-nya Adam Levine aja… Bintang yang kalah…”

Asyem! Hahaha…

 

[devieriana]

 

PS: foto-fotonya menyusul aja deh. Tapi kalau mau sekadar kepo bisa diintip di instagram ya..

You may also like

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *