Membawa Alea Ke Kantor Itu…

Jadi ceritanya hari Selasa minggu yang lalu sampai dengan hari Senin kemarin, Eyangnya Alea (Mama saya) pulang ke Surabaya karena Eyang Kakungnya Alea (Papa saya) lagi kurang sehat. Alhasil, karena selama ini yang menjaga Alea sehari-hari itu Mama saya, jadilah selama 3 hari kemarin Alea ‘ngantor’ bareng saya.

Ini pengalaman kedua, mengajak Alea ngantor seharian. Sedikit ribet memang, tapi sejauh ini saya masih menikmatinya, walaupun ada rasa kasihan karena jadwal anak yang biasanya tertib jadi kurang tertib karena ada part-part yang terpaksa harus di-skip. Tapi ya itulah yang namanya hidup, tho? Selalu saja ada adjustment yang harus kita lakukan, termasuk dengan mengajak anak ke tempat kerja.

Untuk sementara waktu lupakanlah soal busana yang modis, hijab yang tertata rapi seharian. Memilih baju pun yang penting breast feeding friendly, karena Alea masih ASI. Risiko mengajak bayi/batita ke tempat kerja itu yang pasti barang bawaan jadi jauh lebih banyak. Barang bawaan Alea saja bisa satu tas sendiri. Isinya baju ganti, pampers, perlengkapan mandi, perlengkapan setelah mandi, jaket, topi kupluk, boneka, snack, dan jeruk. Kebetulan Alea sudah bisa makan segala, sehingga saya tidak perlu membawa makanan khusus bayi, Alea bisa berbagi makanan dengan saya, yang penting tidak spicy/pedas karena lidahnya masih sensitif.

perlengkapan Alea yang harus dibawa selama ikut ke Mama ke kantor

Untunglah lingkungan kerja memungkinkan saya dan teman lainnya yang kebetulan juga tidak punya pengasuh, bisa membawa anak ke kantor. Jadi membawa anak ke kantor itu sudah jadi pemandangan yang biasa. Membawa anak ke kantor sudah jadi risiko ibu bekerja ketika para support village atau yang biasa menjaga anak sedang berhalangan mengasuh. Ndilalah, dalam minggu kemarin atasan sedang banyak tugas/dinas di luar kantor, sementara pekerjaan juga sedang tidak terlalu hectic; hanya pekerjaan yang sifatnya rutin saja.

Membawa bayi/batita yang lagi senang-senangnya jalan juga tidak mudah. Alea adalah anak yang tidak betah diam, ada saja yang ingin disentuh, dipegang, diutak-atik, dan ditarik ke sana-sini. Jadi sambil bekerja, saya juga harus tahu di mana ‘titik koordinat’ Alea saat itu dan sedang apa, karena dia suka jalan-jalan sendiri ke kubikel lainnya dan lalu asyik mainan sendiri di sana, misalnya kertas, printer, atau apapun yang menarik perhatiannya. Disetelkan film kartun di youtube pun kadang suka tidak betah. Jadi untuk amannya, kadang suka saya alihkan perhatiannya dengan cara menggendong dan menyetelkan Big Hero, film favoritnya di youtube, terutama di jam-jam dia seharusnya istirahat. Sejauh ini sih, it works, bahkan sampai ngantuk sendiri.

Untungnya di ruangan ada juga teman yang selalu membawa balitanya ke kantor, jadi Alea punya teman main. Dia seorang anak laki-laki berusia 4 tahun yang sudah bersekolah di TK. Alea jadi lumayan terhibur karena ada teman main, tapi tetap saja harus diawasi, karena teman mainnya pun masih kecil.

Alea dan teman baru
Alea dan teman baru

Ada sisi positif/negatifnya membawa anak ke kantor. Negatifnya, konsentrasi bekerja jadi kurang maksimal karena harus berbagi perhatian ke anak dan pekerjaan. Positifnya, ada bonding yang jauh lebih kuat antara ibu dan anak karena ibu bekerja yang biasanya baru bertemu anak di sore/malam hari sepulang kantor, sekarang mulai anak bangun tidur sampai dengan tidur malam menjadi tugas dan tanggung jawab ibu. Sedikit lebih capek memang, tapi sejauh ini saya merasa fun kok.

Ada perasaan haru ketika malam hari melihat Alea tidur nyenyak setelah seharian ikut saya bekerja. Di usianya yang baru menginjak 15 bulan dia ternyata bisa menyesuaikan diri dengan cepat, pun halnya dengan fleksibilitas. Seolah dia tahu mamanya sedang sibuk, jadi dia tidak pernah rewel, kalau pun menangis sesekali wajarlah, paling kalau ngantuk atau tidak sengajak jatuh/kepentok sesuatu, ya namanya juga masih bayi. Tapi secara keseluruhan dia anak yang lovable.

Hari ini Alea tidak ikut ke kantor lagi seperti 3 hari yang lalu, sekarang dia ada di rumah bersama Eyangnya, dan sudah kembali menjalani aktivitas dan rutinitas seperti biasa.

To my lovely Alea, I love you dearly and always…

Buat para ibu bekerja di luar sana, tetap semangat ya! 🙂

[devieriana]

You may also like

11 Comments

  1. Itu mereka sendiri lho, Oom… Kak Kei ternyata ngemong dan melindungi Alea banget.
    “Adek, ati-ati jalannyaaa… nanti jatuh lho…”

    Hihihihik…

  2. iih komen mas2 no 1 itu kok sama dengan yang ada dibenakku ya mba..
    tapi klo aku mikirnya gini : ini kalau di cerita komik serial cantik kayak jodoh eh teman masa kecil *xixixi*

  3. dulu jaman aku masih kerja full, liam juga pernah di bawa ke kantor, untungnya sih gak seharian, cuma sampe siang terus dijemput akung utinya, liam juga cukup anteng sih, cuma agak ribet cari tempat dia bobok, hehehe

    kalau sekarang, gak tiap hari ke kampus untungnya, hehehe, semangat ya mbak! mama yang membanggakan 🙂

  4. single parent mbak???( maaf klo pertanyaan nya menyinggung hati mbak)
    lucu juga klo liat anak beraktivitas…sibuk nya kerjaan kantor pun jadi gak stress klo sambil liat anak beraktivitas….

  5. Hehehe, kebetulan bukan, Mas. Saya terpaksa 3 hari kemarin bawa anak ke kantor karena suami nggak memungkinkan bawa anak, sementara eyangnya lagi pulang ke Surabaya 😀

  6. Balada ibu bekerja ya, Jeng 😀
    Makasih yaa. Kamu juga tak kalah membanggakannya, plus ibu yang kreatif 😀
    *ngarep dikasih hasil karyanya*

  7. ya memang uda resiko kalo kerja di kantor trus punya anak kecil dan ga ada yang jaga, terpaksa anak harus ikut ngantor deh…salam kenal…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *