Late Shopping : Shop Till You Drop

Midnite shopping

Seminggu menjelang lebaran mungkin justru menjadi moment yang lebih menarik dibandingkan dengan hari-hari awal puasa. Kenapa? Ya karena menjelang lebaran yang tinggal dihitung dengan jari justru membuat lebih bersemangat.. bukan untuk beribadah tapi.. memindahkan “tarawih” ke mall. Tentu bukan tarawih dalam arti yang sebenarnya ya.. tapi disini untuk menggambarkan ada excitement yang dirasakan oleh banyak orang untuk berburu baju & sepatu baru plus perlengkapan lebaran dibanding tarawih berjamaah di masjid.

Tarawih di masjid yang di hari-hari awal Ramadhan penuh sesak bahkan jamaahnya harus rela tarawih di luar masjid, di minggu-minggu ini justru (shaf-nya) mengalami kemajuan pesat.. Artinya, memang shafnya benar-benar maju karena berkurangnya jamaah yang shalat lantaran minggu-minggu terakhir Ramadhan ini mereka lebih memilih “tarawih & thawaf” di mall.

Tahun ini adalah tahun kedua saya mengalami & melihat berbagai excitement menjelang lebaran di Jakarta.Walaupun tak jauh beda dengan lebaran-lebaran waktu lalu di daerah saya sendiri. Namun yang pasti keriangan itu beda nuansa. Di Jakarta yang notabene mall-nya ada dimana-mana sudah jelas memberikan kesempatan yang lebih luas bagi penunjungnya untuk memilih, kemana akan menghabiskan sisa uang THR mereka sebelum lebaran tiba.

Kemarin malam sepertinya adalah puncak dari perburuan barang-barang menjelang lebaran. Hujan diskon & penawaran stok model baju-baju baru (atau justru banyakan stok lama yang dikeluarkan lagi dari gudang?). Di beberapa mall di Jakarta bahkan kompak menyelenggarakan nite sale atau 24 hours shopping hanya untuk membuka kesempatan lebih besar bagi pengunjung untuk mendapatkan barang-barang yang dibutuhkan untuk persiapan lebaran.

Rencananya kemarin sebenarnya nggak niat untuk shopping ya, cuma karena harus menunggu adik saya yang kebetulan ada training di gedung Bank Mega Jl. Tendean (TransTV) yang katanya selesai jam 17.00 walaupun nyatanya jam segitu dia belum keluar dari gedung. Alhasil saya ngider dulu bareng suami plus buka puasa sambil nunggu dia selesai training. Nah selama ngider itu, tentu saja nggak cuman ngider ya.. adalah beberapa barang yang kami beli untuk persiapan mudik ke Surabaya. Setelah selesai, malah bingung mau kemana. Karena makin malam mallnya bukan malah tambah sepi malah lebih ramai. Pengunjung berdesak-desakan memilih baju & sesudahnya mereka mulai mengantri di kasir sampai membentuk uler-uleran. Saya saja yang cuma beli anting bulat harga Rp 15.000,- harus rela ngantri di belakang sekitar 20 pengunjung di depan saya. Sabar menunggu beberapa orang di depan saya mengeluarkan barang belanjaannya bertas-tas untuk kemudian menyerahkan lembaran ratusan ribu atau menyodorkan credit card mereka ke kasir yang harus kerja ekstra keras malam itu.

Security-pun mau tak mau harus meningkatkan kewaspadaannya. Lantaran makin malam mall jusru makin penuh. Bahkan di Plaza Semanggi, salah satu mall yang menyelenggarakan acara 24 hours shopping ini, security-nya harus aktif bergerak & mengawasi keadaan di kasir & beberapa spot counter baju muslim yang ramai diserbu pengunjung. Tak heran karena counter & wagon baju muslim-lah yang paling laku kalau mendekati lebaran seperti ini.

Pemandangan yang tak kalah seru adalah melihat para bayi yang pasrah tertidur di baby trolley masing-masing sementara para orangtuanya sibuk memilih & mematut diri dengan baju-baju baru. Bahkan banyak yang tidur kelelahan di gendongan ibu/ayahnya. Kelelahan ikut orangtuanya kesana-kemari, belanja nggak selesai-selesai (gitu mungkin pikiran mereka ya?) .

Moment menjelang lebaran seperti ini, barang dagangan apa sih yang nggak laku? Para penjual berlomba-lomba menawarkan produk baru dengan harga bersaing. Penggunaan kata-kata “discount”-pun merebak dimana-mana. seolah berusaha membujuk para pelanggan untuk belanja lebih, lebih, dan lebih banyak lagi. Di saat-saat seperti ini sepertinya konsumenpun harus lebih berhati-hati. Karena tak jarang konsumen justru bukan malah merasakan yang namanya discount tapi malah tekor nggak karu-karuan. Rasanya perlu lebih bijak dalam melihat kata-kata “discount” ini. Jangan terburu nafsu berbelanja sebanyak mungkin namun ketika sampai dirumah justru merasa menyesal bukan main, lantaran terbujuk kata-kata “murah” karena setelah dihitung-hitung jatuhnya malah sama saja, harganya seperti bukan diskon. Biasanya barang didiskon karena stoknya masih banyak tapi nggak laku-laku (entah karena modelnya kurang menarik, ukurannya besar, atau warnanya yang kurang catchy). Jadi pandai-pandailah memilih barang diskon & jangan keburu lapar mata dengan kata-kata “murah”.

Oia, intermezzo.. di Plangi kemarin saya liat Tompi yang lagi manggung & sempat papasan sama Azis Gagap (Opera Van Java) di parkiran pas saya mau pulang. Tapi nggak ada satupun yang sempat foto bareng 🙁 —> d’ooh.. nggak penting banget ya endingnya?  😀

[devieriana]

 

dokumentasi pribadi hasil recapture brosur Centro

Continue Reading