Welcome, supershort haircut!

hair-cutSebenarnya sudah lama saya ingin punya rambut pendek lagi pascamenikah. Dulu, rambut saya hampir selalu pendek; kurang lebih seperti rambut Demi Moore di film Ghost. Rasanya lebih ringan dan cenderung nggak ribet kalau punya rambut segitu. Nggak perlu waktu lama untuk menata rambut, bahkan disisir pakai tangan saja rasanya sudah terlihat stylish. Dasar pemalas! :mrgreen:

Terakhir punya rambut cepak sekitar tahun 2007, setelah itu selalu ‘gondrong’; paling pendek sepanjang bahu, itu pun kalau ingin potong rambut lebih pendek lagi izinnya akan lebih ribet daripada pengurusan KTP. Jadi ya sudahlah daripada urusannya panjang, mendingan sementara saya pendam dalam-dalam keinginan saya untuk berambut cepak lagi. Karena toh rambut panjang pun masih bisa dibikin stylish dengan model curly di ujungnya, diluruskan, diikat/kepang, dibikin pony tail, digelung, dll; hibur saya dalam hati. Jadi, begitulah gaya rambut panjang saya dalam beberapa tahun terakhir ini.

Setiap kali melihat perempuan berambut pendek, rasanya gatal ingin potong rambut segitu juga. Tapi kalau melihat sudah sepanjang apa rambut yang saya punya kok jadi agak sayang ya. Rambut saya jarang dipotong, pergi ke salon cuma untuk keperluan treatment atau sekadar merapikan model potongannya saja. Kebayang kan seberapa panjang rambut yang saya punya? Iya, panjang banget! *lebay* . Nggak ding, kurang lebih sepingganglah kalau dicatok lurus 😆 Pertimbangan lainnya mengapa saya begitu ‘ngidam’ punya rambut pendek, karena rambut saya mulai banyak yang rontok. Beruntung saya memiliki helaian rambut yang tebal, jadi serontok-rontoknya rambut saya masih terlihat banyak dan megar. Padahal kalau sedang menyisir ya lumayan merasa ngenes juga melihat jumlah helai rambut yang rontok dari kulit kepala saya :(.

Nah, entah ada angin apa, tiba-tiba saya mendapat izin untuk potong rambut. Yaaaay! Mungkin dia lama-lama jengah juga tiap mendengar kata-kata saya ingin punya rambut pendek. Jadi ya sudahlah, terserah deh, rambut-rambut kamu ini. Yess! Kesempatan ini saya manfaatkan dengan maksimal. Akhirnya dengan kemantapan hati yang nyaris 1000% ditambah dengan rasa deg-degan yang lumayan lebay, saya melangkahkan kaki menuju ke salah satu salon di Pejaten Village, Jakarta Selatan.

Kenapa pakai deg-degan segala? Ya karena saya sudah terbiasa melihat diri sendiri dengan tampilan rambut panjang; dan dalam beberapa waktu ke depan saya harus siap melihat hal yang akan mengubah keseluruhan penampilan saya. Itu juga kalau hasilnya bagus, kalau ternyata kapsternya salah potong model rambut dan saya kembali berpenampilan seperti mbak-mbak Briptu seperti dulu, bagaimana? 😐

Setelah memutuskan di salon mana rambut saya akan ‘dibantai’, akhirnya di sinilah saya, duduk di kursi customer, siap untuk dieksekusi.

“Ok, ini rambutnya mau digimanain? | Dipotong pendek 😀 | Ok, seberapa pendek? *sambil memegang dan mengurai rambut saya yang masih tergelung pakai jepit rambut* | Hmm,  kalau sependek rambutnya Fenita Arie, bagus nggak? :mrgreen:  | What, serius? Bagus sih, tapi ini rambutnya panjang banget lho. Yakin mau dipotong sependek itu? 😮 | Iya 😀 | Baru kali ini nih saya dapat customer yang ditanya pengen potong rambut sependek apa dan dia yakin potongnya langsung pendek banget. Biasanya sih selalu ada kata-kata, “jangan pendek-pendek ya, Mas”. Kalau Mbak minta langsung cepak. Ya udah, tunggu sebentar, aku ambil karet gelang ya… :)”

Mas kapster itu mengambil karet gelang di meja receptionist, mengikat rambut saya, dan… “Kress! Kress! Kresss!”, suara gunting terdengar begitu dekat di telinga, memangkas rambut panjang saya.

“Ok, ini rambut Mbak. Mau dibawa pulang? | Oh, boleh ya? | Ya bolehlah, lagian di sini juga buat apa, nanti juga dibuang… | Yah, jangan dong kalau dibuang, ya udah deh, sini buat aku lagi! :lol:”

Selanjutnya, dia basahi rambut saya ala kadarnya dan dengan cekatan rambut saya pun ‘disulap’ sedemikian rupa tanpa banyak komentar kecuali, “rambutnya tebel juga ya…” Dalam hitungan tak kurang dari 15 menit penampilan rambut saya pun berubah.

Dengan perasaan excited saya mengacak-acak rambut yang baru saja selesai dipotong itu. Inilah model rambut yang saya saya inginkan selama beberapa tahun terakhir ini. Setelah melalui beberapa tahap ‘pengolahan’, tibalah pada saat finishing touch.

Voila!

devi short

Sepertinya mas kapster ini tahu betul apa yang saya mau. Tanpa perlu saya beri arahan tertentu, dia sudah langsung memberikan model rambut seperti yang saya inginkan 😀

Reaksi teman dan keluarga melihat saya berubah tatanan rambut tentu saja beragam, tapi sejauh ini masih positif, walaupun pertanyaan, “nggak sayang tuh rambut sepanjang itu dipotong jadi sependek itu?” selalu menyertai hampir di setiap komentar.

Entah apa komentar teman-teman kantor saya besok, karena kami belum bertemu sejak hari Sabtu; kan ada Senin ada cuti bersama menjelang Idul Adha :mrgreen:

So, welcome back my supershort haircut!

[devieriana]

 

ilustrasi dipinjam dari sini dan pribadi

Continue Reading

Welcome, My Short Hair!

Sejak kecil saya sudah terbiasa dengan rambut pendek. Selain itu Mama dan adik saya yang perempuan juga berambut pendek. Jadilah kami sekeluarga kompak berambut pendek. Rambut terpanjang yang saya punyai saat itu sepanjang sebahu, habis itu potong pendek lagi. Sejak bekerja rambut saya makin pendek lagi. Potong shaggy super pendek menjadi “trademark” saya (halah, trademark). Selain kepala terasa lebih enteng dan irit shampo, setiap harinya saya juga jadi nggak perlu repot-repot ngeblow atau menata rambut. Karena kadang hanya dengan menggunakan jemari tangan saja rambut pendek saya sudah tertata sendirinya secara alami.

Nah, sejak menikah rasanya tahun 2007 adalah tahun terakhir kali saya berambut cepak. Alasannya karena suami lebih suka melihat saya berambut panjang, katanya biar saya terkesan lebih perempuan. Katanya lagi, biar saya nggak tertukar sama sekuriti di mall-mall. Dih, masa iya segitunya saya bisa sampai ketuker sama srikiti! :|. Walaupun harus melawan ego saya yang lebih suka dengan rambut cepak, akhirnya demi memenuhi permintaan suami ya sudahlah saya relakan rambut saya gondrong.

Nah ternyata ada plus minusnya juga berambut panjang. Plusnya, kita bisa mengkreasikan rambut dalam berbagai gaya. Bisa dibuat gaya rambut ikal, atau lurus. Bisa di gerai, atau diikat. Karakter saya yang periang menjadi terlihat lebih dewasa dan kalem dengan rambut panjang ;;). Iya, nipu-nipu dikit gitulah. Minusnya, berhubung rambut saya cenderung kering namun berminyak maka mau tak mau harus keramas tiap hari, dan itu membutuhkan waktu untuk menatanya menjadi apa yang saya mau, karena kalau nggak ditata rambut saya jadi kaya kepala singa :|. Selain itu butuh budget tersendiri juga untuk membuat rambut tumbuh panjang dan sehat. Nah, padahal saya orangnya kurang telaten jika harus ribet. Alhasil rambut saya pelan-pelan mulai mengalami kerontokan :-s.

Dalam minggu ini jumlah rambut yang rontok ternyata semakin banyak. Mungkin karena rambut saya stress dan kurang nutrisi ya, jadi akarnya kurang kuat :((. Untuk langsung potong rambut begitu saja tentu bukan suatu proses yang mudah. Harus “berantem” dulu sama suami. Bukan berantem beneran kok, tepatnya diskusi panjang karena ini menyangkut keridhoan suami terhadap masa depan rambut saya. Halah :)).

Setelah berdiskusi panjang dan manyun-manyunan semaleman, akhirnya keesokan harinya si Hubby memperbolehkan saya untuk potong rambut dengan syarat : hanya 5-10 senti, dan tidak boleh lebih pendek dari bahu. Pilihan yang sulit sebenarnya, karena saya memang nawaitunya potong pendek beneran :p. Tapi ya sudahlah, setelah adegan tawar menawar yang alot, diakhiri dengan sesi mengalahnya suami terhadap keinginan saya untuk potong rambut pendek,. Hahay, akhirnya saya pun berangkat ke salon dengan hati riang dan berbunga-bunga. Dramatis banget ya? :))

Seumur-umur, baru kali ini lho berangkat ke salon aja deg-degan. Apalagi setelah dikeramasin dan duduk di kursi salon, berasa akan menghadapi tukang jagal beneran deh.

“Potong apa nih, Kak?”
“Mmmh, potong pendek aja, aku udah bosen model rambut panjang nih. Yang bagus kaya gimana yah? Maunya sih sebahu aja..”
“Ih, tanggung amat sih, Kak. Dibawah kuping sekalian yah?”
“Hah? Jangan dong, itu sih kependekan namanya.. Bisa dikarungin sama suami nih.. :|”
“Eh, biar segeran tau, Kak. Serius deh. Tar aku bikin rambutnya oke deh. Mau yah?”
“Errr, tapi jangan pendek-pendek!”
“Iyaa, tenang aja, akan kubikin Kakak keliatan lebih imut..”
” 😐 “

Dan..

KRES! KRES! KRES! Si Mas Kapster itu pun mulai membabat habis rambut panjang saya yang sepunggung itu hingga benar-benar menyisakan rambut sepanjang… dibawah telinga seperti yang dia bilang tadi :|. Haduh, saya langsung panik beneran, karena janji saya ke Si Hubby kan hanya potong sampai sepanjang bahu, bukan sependek ini :-s. Jujur kacang ijo, agak takut diomel-omelin Si Hubby yang waktu itu lagi di Hypermart nih, yang sejak saya masuk salon sudah warning di BBM : “Jangan pendek-pendek!”. Tapi nyatanya rambut saya pendek juga. Apalagi setelah di hair dryer, makin terlihat pendeklah.. 😐

Walaupun saya memang terlihat jauh lebih segar dibandingkan ketika berambut panjang, dan sebenarnya dalam hati pun saya merasa lega karena akhirnya boleh potong (ke)pendek(an), tapi diam-diam ketar-ketir juga membayangkan apa reaksi Si Hubby melihat penampakan saya nantinya :-?. Saya pun akhirnya menyusul Si Hubby ke Hypermart. Reaksinya adalah :

“Bwahahaha, ini sih Polwan banget. Kamu Briptu Devi yah? Kamu dari Sekretariat Militer yah? Hormaaat, graakk!” =)), tukasnya seraya tertawa geli.

Duh, ini reaksi positif apa negatif yah? :-w. Tapi sepertinya dilihat dari “kepasrahannya” sih positif, karena ternyata dia nggak ngomel-ngomel sama saya tuh. Malah ketawa-ketawa geli. Ya sudahlah, apapun reaksinya, sekalian menghibur diri biar kata aslinya responnya negatif saya bilang positif ajalah ya, karena toh nggak mungkin mengembalikan rambut saya menjadi panjang kan? Ibaratnya nasi sudah menjadi bubur, biar enak ya ditambahin ayam, cakue, seledri, dan bawang goreng, kan? ;)). Bubur ayam dong..

Untuk mengembalikan ke rambut panjang tentu butuh waktu. Tapi biar saya rawat dulu deh, saya kembalikan dulu kesehatannya. Supaya nanti kalau sudah siap dia akan tumbuh dengan lebih sehat. Oh ya, katanya “No picture = hoax“? Tak apalah, nanti saja kalau sudah mood foto saya upload fotonya deh :p.

Jadi, selamat datang rambut baruku.. Semoga nanti kamu tumbuh jauh lebih sehat ya.. >:D<

[devieriana]

Continue Reading

Perempuan & fetishisme rambut panjang

Percakapan saya bersama teman kemarin sore, komentar di BBM gara-gara saya ganti profil picture ;)) :

Teman: wogh, rambutmu kaya iklan shampoo. Kalo gitu kamu kok kaya Kajol Kuch Kuch Hota Hai.. ;))

Saya : hahaha, bagus panjang kan ya. Aku nggak pernah punya rambut panjang..

Teman : itu rambutnya dhemit ya :))

Saya : hanjritos, dhemit? :-o*plak!*

Teman : itu rambut sambungan ya 😕 (maksudnya hair extension)

Saya : ho-oh.. sambungan sama taplak!

Teman : Lho, yang bener sambungan apa bukan sih?

Saya : ya bukanlah, asli ini! Asli sambungan! :))

Teman : keaslian panjangnya rambutmu diragukan! 😕

Saya : nggaklah, ini rambut asli, panjangnya juga asli, niat manjangin sejak setengah tahun yang lalu..

Teman: lha kok tumben dipanjangin?

Saya : iya di request sama si hubby

Teman: iya, kenapa ya para lelaki itu suka sama perempuan yang rambutnya panjang? 😕

Saya : ya biar njambaknya gampang.. :-“

Teman: jawabanmu sangat natural, pengalaman pribadi ya?

Saya : lha ya ngapain suamiku njambak-njambak rambut, kurang kerjaan apa?

Teman: ya kali bua ngetes rambutmu kuat apa enggak..

Saya : ho-oh, kemarin juga digantungi sama lemari sih

Teman: eh, gimana rasanya punya rambut panjang? gerah nggak?

Saya : err..kadang-kadang sih gerah dan rempong (ribet), tapi ya sekarang udah biasa..

Nah ya, saya itu sebenarnya dari dulu memang nggak pernah punya rambut panjang. Sepanjang-panjangnya rambut saya paling panjang sebahu, habis itu potong cepak lagi. Lebih suka rambut pendek karena selain lebih irit shampoo juga praktis aja gitu, nggak perlu repot mengeringkan atau ngeblow rambut dulu. Dibiarkan alakadarnya juga jadinya tetep keren kalau menurut saya. Secara saya kan orangnya nggak bisa anteng gitu ;)).

Sebenarnya sejak awal menikah saya itu sudah diminta memanjangkan rambut sama suami, karena menurut dia saya lebih pantes berambut panjang daripada rambut cepak. Nah sementara saya paling males punya rambut panjang karena selain ribet dan saya kurang telaten kalau harus ngasih ini itu, krimbath, hair spa dan teman-temannya. Paling-paling saya rajin pakai kondisioner dan perapi rambut aja, karena rambut saya itu termasuk yang nggak bisa berinisiatif rapi sendiri.

Tapi herannya ya, kebanyakan teman-teman pria, dan suami saya memang lebih suka melihat wanita dengan panjang. Pernah saya iseng tanya sama hubby, jawabannya :

Suami: ya kalau rambutnya pendek berasa kaya jalan sama cowok juga, kalau rambutnya panjang kan berasa jalan sama perempuan..

Saya : lha kalau kamu lagi jalan sama cowok rambut gondrong masih berasa jalan sama perempuan juga?

Suami: ya nggaklah, beda. Kamu tuh, masa iya aku nggak bisa bedain mana perempuan mana laki-laki sih?!
*sambit mercon*

Saya : ya abisnya kamu aneh. Masa misalnya nih ya, rambutku cepak, udah dandan dan pakai rok, masih juga kamu ngerasa lagi jalan sama laki-laki?

Suami : perempuan itu akan lebih terlihat feminin kalau rambutnya panjang..

Saya : :p ;)) :-”

Nah kalau yang pernah saya baca, ada beberapa alasan kenapa pria lebih suka dengan wanita yang berambut panjang, diantaranya :

“Komitmen. Mengingat untuk merawatnya diperlukan usaha, uang, dan kemauan lebih. Faktor-faktor tersebut mengindikasikan bahwa wanita berambut panjang memiliki perencanaan keuangan yang baik, kepercayaan diri, memiliki kesadaran cukup baik terhadap kesehatannya, juga melambangkan kelembutan. Kualitas kesehatan dan seberapa panjang rambut wanita juga menjadi daya tarik tersendiri di mata seorang pria”

Hmm.. masa sih? Rambut saya panjang tapi kok nggak pinter-pinter amat mengatur keuangannya ya? :-?. Saya juga bukan termasuk perempuan yang lembut tuh. Salah teori kayanya. Atau jangan-jangan karakter saya yang salah? 😮 ;)). Kalau panjang banget apa nggak malah tambah nyeremin ya? Apalagi kalau tahu-tahu udah berdiri di belakang kita pakai baju putih.. :-ss X_X

“Rambut panjang mampu menutupi bagian-bagian tertentu di wajah seorang wanita, seperti membuat garis rahang terlihat lebih ramping, dan membuat tulang pipi tidak terlalu terlihat mencuat..”

Oh, kalau ini saya agak setuju, secara pipi saya sekarang agak kelebihan lemak ;))

“Rambut panjang akan mengesankan wanita lebih feminin..”

Nah ini, saya itu orangnya nggak terlalu feminin sih ya. Tapi setidaknya sedang mencoba terlihat lebih feminin dengan rambut panjang ;;)

Kalau saya sih, mau apapun bentuk/model rambutnya, atau mau seberapa panjang rambutnya, terserah. Asalkan itu nyaman buat si pemilik rambut, sesuai dengan karakter wajah dan kepribadiannya sih akan terlihat bagus-bagus aja kok. Oh ya satu lagi, yang penting rambutnya sehat :-bd.

Nah kalau kalian lebih suka rambut panjang atau pendek? 😉

[devieriana]

Continue Reading