Mendadak Dirigen

Paduan Suara Lembaga Kepresidenan

Menjadi dirigen sebenarnya bukan hal baru bagi saya. Sejak di Sekolah Dasar saya sering ditunjuk sebagai dirigen di setiap upacara bendera atau lomba paduan suara antarsekolah.

Saya pikir, menjadi dirigen sudah berhenti sampai di bangku sekolah saja. Tapi ternyata, sampai saat ini saya masih sering diminta untuk menjadi dirigen di acara-acara yang mengharuskan audience menyanyikan lagu Indonesia Raya secara acapella (tanpa iringan musik).

Sebenarnya saya sendiri bukan anak paduan suara. Dulu zaman masih sekolah, ketika diminta memilih ekstrakurikuler, sekalipun ada opsi paduan suara, saya selalu mengambil ekstra kurikuler lainnya. Bahkan di kantor pun, ada paduan suara (Paduan Suara Lembaga Kepresidenan), saya juga tidak pernah bergabung secara resmi di sana. Sampai akhirnya, di pertengahan November 2017, ada sebuah momen di mana secara tidak langsung mengajak saya bergabung dengan paduan suara kantor untuk yang pertama kalinya.

Jadi ceritanya, ada undangan lomba paduan suara antar kementerian/lembaga dalam rangka peringatan HUT Ke-46 KORPRI yang akan diselenggarakan di Balairung SoesiloSoedarman, Kementerian Pariwisata pada tanggal 21 November 2017. Sebenarnya dirigen reguler sih sudah ada, tapi karena alasan tertentu beliau memilih untuk menyanyi, sehingga teman-teman paduan suara meminta saya untuk men-support kegiatan ini dengan cara menjadi dirigen. Semacam dirigen caburtan, gitu.

Antara ragu dan yakin, saya mengiyakan. Ya, anggap saja tambah pengalaman. Walaupun sudah sering tampil di mana-mana, namun lomba ini merupakan lomba pertama yang diikuti oleh Paduan Suara Lembaga Kepresidenan.

Jujur, dalam hati sih, saya agak ragu melihat persiapan yang sangat minim ini. Bagaimana tidak, di tengah waktu latihan yang super mepet, ditambah dengan personel yang minimalis pula lanaran banyak yang sedang dinas luar kota, kita tetap harus tampil maksimal. Ya, walaupun tidak ada tuntutan tertentu dari kantor, tapi tetap saja, namanya pergi dengan membawa nama instansi pasti ada beban tersendiri.

Lagu yang wajib dibawakan di babak penyisihan adalah Mars Korpri. Pssst, walaupun saya sudah jadi PNS selama kurang lebih 9 tahun, belum pernah menghafalkan Mars Korpri, lho. Ya kalau sekadar dengar sih pasti pernah, ya. Setahun sekali, itu pun ketika upacara peringatan Hari Korpri di kantor.

Berbekal video di youtube, saya menghafal lirik dan lagu Mars Korpri di mana pun saya berada. Di mobil, di ruangan, di atas motor ojek online, di kamar mandi, di mana pun, demi mengejar ketertinggalan saya. Saya sempat berseloroh begini, “mungkin Tuhan ingin saya hafal Mars Korpri dengan cara seperti ini, ya. Hiks…” Hihihihik. Saking mepetnya waktu, Pemirsa.

Di hari H, kami tampil apa adanya, nyaris tanpa beban, menyanyi saja. Semacam sadar diri karena keterbatasan personel dan waktu yang kami miliki. Tapi tentu itu bukan alasan untuk tidak tampil maksimal, bukan?

Setelah menghitung komposisi nilai, dewan juri yang terdiri dari Marusya Nainggolan, Sujasfin Judika Dewantara Nababan, dan Joseph Suryadi, akhirnya mengumumkan 10 besar penampil yang berhak maju ke babak final, tanggal 23 November 2017.

Alhamdulillah, kami dinyatakan sebagai salah satu peserta yang masuk final. Keputusan yang sebenarnya dua sisi mata uang. Antara senang dan deg-degan. Senang karena masuk final, deg-degan karena kami belum tahu mau nyanyi lagu apa di 2 hari berikutnya, hahaha… Parah, ya? Emang…

Long story short, di babak final ini kami diminta untuk menyanyikan lagu daerah atau perjuangan. Setelah melalui perdebatan dan drama ini itu, akhirnya… taddaa… kami pun memilih lagu Indonesia Jaya, dengan menggunakan kostum baju adat berbagai daerah di Indonesia seperti dari Papua, Bali, Sumatra Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan,NTT, dan Aceh. Berasa mau ikut karnaval. Tapi seru, sih. Jarang-jarang pakai kostum begini, kan?

Nah, di babak final inilah kami pasrah sepasrah-pasrahnya. Apapun keputusan dewan juri pastilah itu yang paling baik dan paling objektif. Di sesi ini banyak peserta yang tampil bagus dan all out! Sepertinya mereka memang sudah mempersiapkan ikut kegiatan ini sejak jauh hari, sudah terbiasa ikut lomba, dan tampil dimana-mana. Jadi kalau peserta lainnya sudah siap dengan materi yang nyaris sempurna sepertinya tidak perlu terlalu heran, ya.

Di setiap pertandingan/perlombaan pasti akan ada yang menang dan ada yang kalah. Dan setiap usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Tahun 2017 masih belum menjadi tahun keberuntungan bagi Paduan Suara Lembaga Kepresidenan di ajang lomba paduan suara. But, it is a good start. Tetap bisa kami terima dengan besar hati, kok. Berhasil masuk final tanpa latihan yang maksimal itu saja sudah bonus luar biasa bagi kami. Jadi kalau misalnya belum menang karena keterbatasan ini itu ya harus mau tidak mau harus diterima dengan legawa. Mungkin tahun depan bisa lebih baik lagi, asalkan persiapannya jauh lebih baik dan lebih matang lagi dari pada tahun ini.

Saya juga bersyukur mendapatkan kesempatan, ilmu, dan teman-teman baru di Paduan Suara Lembaga Kepresidenan ini. Sebuah kehormatan juga bagi saya dipercaya menjadi seorang dirigen.Bayangkan saja, saya bukan anggota paduan suara, yang jelas tidak pernah ikut latihan sama sekali, lagunya pun saya baru tahu menjelang lomba, tapi tiba-tiba dipercaya untuk memimpin teman-teman yang sudah senior, dan sudah sering latihan sebelumnya. Kalau bukan karena percaya, saya tidak akan berdiri di panggung yang sama bersama mereka.

Sekali lagi, terima kasih untuk kepercayaan kalian, guys! Semoga paduan suara ini kelak menjadi paduan suara yang lebih solid dan keren lagi ke depannya. Aamiin…

 

[devieriana]

 

Foto: Humas Setkab

Continue Reading

Peringatan Hari Korpri

 

 

 

upacara Hari Korpri ke-43

 

Pagi itu saya datang tergopoh-gopoh sampai di kantor pukul 06.50. Buru-buru saya absen handkey dan segera menuju ke lantai 2 tempat saya bekerja. Di ruangan sudah sepi, hanya tinggal saya dan Pak OB.

“Pak, yang lain mana? Udah ke Monas semua?”

“Udah dari tadi kali…”

“Haduh! Beneran ditinggal nih… ๐Ÿ™ “

Saya pun buru-buru turun. Untungnya di bawah masih ada teman-teman yang baru tiba di kantor. Pffiuh, alhamdulillah ternyata saya tidak sendirian. Hampir seluruh ruangan sudah sepi karena semua sudah berjalan menuju sayap selatan silang Monas sejak pukul 06.30 padahal upacaranya sendiri baru akan dimulai pukul 08.00. Alhamdulillah masih ada bus kantor yang siap mengantar kami menuju Monas.

Ketika kami tiba di Monas, di sana sudah penuh dengan PNS berbaju Korpri. Peringatan HUT Korpri tahun sedikit ‘istimewa’ karena dipimpin langsung oleh Presiden RI. Kalau tahun-tahun sebelumnya sih selalu upacara di kantor masing-masing. Bahkan di 2 atau 3 tahun yang lalu di kantor kami sempat mengadakan perhelatan kecil-kecilan yang dihadiri oleh seluruh pegawai beserta keluarga, plus pengundian door prize. Sayangnya saya nggak pernah dapet ๐Ÿ˜

Di Monas sudah berbaur semua PNS dari segala kementerian, utamanya yang berkantor di sekitaran Monas. Sebagian dari kami yang ‘tercecer’ seperti beras ini bagai ayam yang kehilangan induknya. Entah di peleton sebelah mana teman-teman kantor kami berbaris, katanya sih dekat baliho di depan Monas. Lah, kami juga sudah di dekat Monas. Tapi ya sudahlah, yang penting sudah berada di lokasi, daripada kena sidak di kantor. Soal mau berbaris di mana, terserah sajalah (yang sudah pasti sih di barisan belakang).

Kurang lebih pukul 08.00 upacara dimulai. Entahlah, mungkin saya membandingkan dengan ketika upacara di kantor yang sedikit lebih rapi dibandingkan di Monas, yang entah di barisan kementerian manalah ini kami berbaris. Pokoknya agak ruwetlah. Seruwet hatiku saat itu. Halah! ๐Ÿ˜† . Ya bisa dimaklumi sih, karena kan yang ikut upacara ribuan (ribuan nggak, ya? iya kali ya, wong saya juga nggak ngitung), sedangkan kalau di kantor kan peserta upacaranya nggak sampai ribuan. Tapi seharusnya kalau acara besar seperti ini setidaknya ada yang mengarahkanlah, kementerian apa baris di mana, gitu. Biar tertib sedikit dilihatnya. Di barisan belakang posisinya sudah seperti posisi nonton konser, berdiri tanpa lajur, tanpa banjar, bahkan ada yang duduk-duduk di dekat tangga Monas :mrgreen:

Dalam acara itu Presiden tidak memberikan amanat yang panjang, dan langsung ke pokok yang ingin disampaikan. Upacara HUT Ke-43 Korpri yang berlangsung di Monas itu bertajuk “Pencanangan Gerakan Nasional Revolusi Mental Aparatur Sipil Negara”. Dalam kesempatan itu Presiden berpesan agar segenap jajaran Korpri memberikan pelayanan birokrasi yang makin cepat, akurat, dan makin baik. Terus menjaga kode etik profesi, mempedomani sumpah jabatan, dan memegang teguh komitmen Panca Prasetya Korpri. Tapi sebenarnya inti dari upacara ini yaitu pernyataan Presiden yang meminta seluruh anggota Korpri untuk meninggalkan mental priyayi atau penguasa. “Jadilah Korpri yang mengabdi dengan sepenuh hati untuk kejayaan dan kesejahteraan rakyat Indonesia.”

Secara keseluruhan acara berlangsung lancar, walaupun (jujur) agak ribet. Dan entah kenapa kalimat-kalimat yang meluncur dari koordinator upacara (?) dari Pemprov DKI membuat kami bengong, dan lalu tertawa sendiri. Banyak aba-aba yang kurang formal yang digunakan di acara sebesar dan seformal itu. Seperti ketika tiba-tiba saja kami harus balik kanan (menghadap ke Monas) tanpa dijelaskan maksudnya apa. Baru ketika kami mulai gaduh bertanya-tanya, baru dijelaskan bahwa akan ada rombongan marching band IPDN yang akan tampil. Owalah, Pak… ๐Ÿ˜† . Mungkin karena selama ini kami (atau mungkin cuma saya) terbiasa dengan format acara yang tertata rapi dan dengan penggunaan diksi yang sedemikian rupa. Tapi positif thinking sajalah, mungkin di setiap kementerian beda ‘adat’ dan tata cara penyelenggaraan acara.

Anyway, Selamat Hari Korpri yang ke-43 bagi seluruh ‘Korpri-ers’ di seluruh Indonesia ๐Ÿ˜€

[devieriana]

gambar dipinjam dari Pak Andri (teman kantor saya)

Continue Reading

Lomba karaoke itu…

Jadi ceritanya begini, dalam menyambut ulang tahun KORPRI yang jatuh setiap tanggal 29 November ini, sejak beberapa minggu yang lalu kantor saya sudah menyelenggarakan berbagai perlombaan yang bisa diikuti oleh seluruh pegawai di lingkungan Sekretariat Negara dan Sekretariat Kabinet. Ya selain buat seru-seruan juga agar lebih mempererat tali persaudaraan di antarkaryawan.

Di suatu siang, pas saya mau ke kantin, berpapasanlah saya dengan salah satu panitia lomba yang tanpa tedeng aling-aling langsung menodong saya untuk ikut lomba karaoke. Hah? Lomba karaoke? Demi apa saya diminta ikut lomba karaoke? Lha, wong ngomong aja saya fals, kok malah disuruh nyanyi, wah… penghinaan tingkat internasional ini. Kalaupun iya saya sering nyanyi-nyanyi sendiri itu juga cuma sebatas teritorial kamar mandi, pantry, ruang makan, dan sekitarnya. Tentu saja tawaran ajaib itu tidak saya iyakan saat itu juga. Saya butuh waktu untuk berpikir. Ya, setidaknya untuk shalat istikharahlah…[-o<

Sampai akhirnya menjelang injury time, tiba-tiba si pak panitia itu beneran mendaftarkan saya untuk mewakili Setneg bersama 3 orang teman lainnya. Bayangkan ya, Kak… mewakili Setneg! Saya waktu itu beneran mikir, “ini emang udah kepepet banget dan nggak ada talent lain, ya? :-?” Tapi akhirnya ya sudahlah, demi memeriahkan acara, akhirnya… dengan kekuatan bulan dan suara ala kadarnya ini saya ikut lomba karaoke! \m/

Hari yang mendebarkan itu pun tiba. Selasa kemarin (27/11) pukul 08.00 saya sudah nangkring dengan manis di ruang karaoke yang terletak di basement dengan memakai PSL (Pakaian Sipil Lengkap atau setelan jas resmi). Bukan, bukan sengaja saya mau tampil formal, tapi karena pukul 10-nya saya harus bertugas di acara pelantikan di Gedung Utama, jadi daripada saya terburu-buru mending siap-siap duluan. Ternyata, di ruang karaoke itu sudah penuh dengan calon peserta dan calon suporter masing-masing peserta. Padahal acaranya saja belum dimulai. Ih, pada kerajinan banget, ya?

Di ruangan yang superdingin itu saya merasakan nervous yang luar biasa. Memang sih ini bukan lomba pertama yang pernah saya ikuti, pun halnya lomba menyanyi. Dulu waktu kelas 4 SD saya pernah saya ikut lomba menyanyi di PORSENI tingkat kabupaten Malang, tapi ya sudah berapa puluh tahun yang lalu kali, dan nggak menang pula. Jadi kalau sekarang diminta untuk ikut lomba menyanyi lagi kok semacam agak-agak trauma, ya.

Sebelum acara dimulai saya sudah lebih dulu minta izin ke panitia untuk bertugas di pelantikan. Kebetulan saya dapat nomor undian 14, jadi tampilnya masih agak nantilah. Untungnya diizinkan. Selesai acara pelantikan saya langsung menuju ke basement, dan langsung shock ketika melihat ruang karaoke itu sudah penuh sesak dengan penonton dan calon peserta. Hwaa, tubuh saya seketika panas dingin, semacam demam panggung. Kok ndilalah pas peserta yang akan tampil itu sudah nomor 13 aja, nah lho.. berarti kan sebentar lagi giliran saya? :-<.Buru-buru saya ke bagian sound system untuk menyerahkan CS karaoke. Waduh, mati’! CD-nya nggak bisa terbaca, semacam unrecognized format gitu, padahal sebelum ke basement saya cek di komputer baik-baik saja #-o. Mulai paniklah saya! Saya pun kembali minta izin ke panitia untuk memperbaiki CD karaoke saya dulu ke lantai atas. Dengan bantuan salah satu teman di ruangan untuk meng-convert ke format yang seharusnya akhirnya CD karaoke saya pun bisa berjalan sebagaimana mestinya. Pffiuh! #:-s

Setelah urusan per-CD-an selesai, saya pun tampil di di depan puluhan pasang mata dan 3 orang dewan juri yang siap menilai kemampuan menyanyi saya yang amat sangat di bawah standar nasional Indonesia itu. Pokoknya jangan ditanya seberapa nervous saya waktu itu. Asli, gugup banget! Saya menyanyikan 2 lagu, 1 lagu wajib berjudul Pelan-Pelan Saja (Kotak Band), dan 1 lagu pilihan Somewhere Over The Rainbow (Katharine McPhee). Untuk lagu kedua itu sempat membuat penonton yang awalnya riuh menjadi lebih riuh lagi, karena mereka bilang lagu saya nggak terkenal, dan nggak berbahasa Indonesia jadi mereka nggak bisa ikut nyanyi ;)) Hmm.., kayanya salah pilih lagu nih. Tapi ya sudahlah nyanyi aja, lha wong sudah terlanjur didaftarkan ke panitia.

Pengumuman pemenang pun tiba, dan keajaiban pun terjadi. Dari 20 sekian peserta, saya dinyatakan masuk final dan harus menyiapkan 1 lagu pilihan untuk dibawakan waktu final nanti. LHAH? MASUK FINAL?! *kamera zoom in, zoom out* Wah, pasti telah terjadi konspirasi antarjuri nih. Masa suara ngepres begini masuk final? Saya yakin jurinya khilaf atau ada faktor kasihan ๐Ÿ˜• *curiga*. Akhirnya, setelah cap-cip-cup belalang kuncup dan memohon petunjuk Allah SWT akhirnya pilihan saya jatuh pada lagu paling galau abad ini: Butiran Debu! :-”

Waktu pun bergulir semakin sore dan semakin mendekati jam pulang kantor. Aha! Akhirnya satu persatu penonton yang tadinya memadati ruang karaoke itu pun pulang, karena sebagian besar ikut bus jemputan yang jamnya sangatย  tepat waktu. Pffiuh, sedikit lega, setidaknya rasa gugup saya bisa sedikit berkurang karena yang menonton sudah nggak ada\:D/. Kalau melihat penampilan 9 peserta lainnya sih sepertinya kecil harapan saya untuk masuk dalam deretan pemenang, bahkan untuk gelar “Juara Tanpa Harapan” sekalipun. Jiper itu pasti, karena yang masuk final kualitas vokalnya rata-rata sudah seperti penyanyi beneran.

Di saat saya mulai tenang karena sudah banyak yang pulang, lha kok tepat saat saya mau tampil, Pak Kepala Biro dan beberapa pimpinan lainnyaย  justru hadir dan duduk anteng untuk melihat saya menyanyi #-o.Karena sungkan ditonton si Bapak, saya maksimalkan suara pas-pasan saya itu dan memberi tampilan yang sebaik-baiknya. Untunglah sampai dengan akhir lagu bisa saya selesaikan dengan selamat tanpa lemparan sepatu dan botol akua. Tinggal menunggu pengumuman saja nih. Niat saya ikut lomba sih memang cuma untuk memeriahkan, jadi ya jujur saya nggak berharap banyak. Kalau pun jadi pemenang Harapan 3 pun sudah alhamdulillah banget, selebihnya sih tanpa harapan. *galau*

Pengumuman pemenang satu persatu mulai dibacakan, dimulai dari pemenang Harapan 3 ke atas. Mendengar bukan nama saya yang disebut sebagai Juara Harapan 3, saya sudah legowo, berarti memang belum rezeki saya. Dengan santai saya mengetikkan beberapa nama pemenang di smartphone saya; semacam laporan pandangan mata ke teman kantor. Sampai akhirnya tiba-tiba nama saya dipanggil sebagai pemenang ketiga! HAH? JUARA 3? ๐Ÿ˜ฎ *kepsloknya seketika langsung hang* Bengong lama… Jurinya khilaf lagi, nih? Tapi khilaf kok terus? Kalau tadi di babak penyisihan juri khilaf memasukkan nama saya sebagai finalis sih saya masih memaklumi. Tapi kalau sampai menyatakan nama saya keluar sebagai Juara 3 sih khilafnya sudah luar binasa. Hmmm…ย  ๐Ÿ˜•

Eh, tapi serius nih saya menang? Yaaay!<:-P\:D/

Hari Selasa kemarin menjadi sebuah pengalaman baru buat saya, terutama dalam bidang menyanyi.ย Suara yang jauh dari sempurna itu ternyata membawa hoki juga, hihihihi… Kemenangan yang aneh ini semakin membulatkan tekad saya untuk lebih rajin lagi… berkaraoke! ;))

Hmm, ngomong-ngomong tentang lomba, tahun depan bakal ikut lomba apa lagi, ya? Mewarnai, mungkin? :-??

 

[devieriana]

 

foto: dokumentasi pribadi

 

Continue Reading