Mendongeng? Yuk mari!

Waktu kecil dulu pernah didongengin nggak sama orangtua? Woogh, ada yang nggak pernah? Ah, pasti dulu masa kecilnya kurang bahagia ;)) *dilempar penggilesan*. Saya, sering, bahkan hampir setiap hari. Yang suka mendongeng dulu Papa saya. Tokohnya macam-macam, ada putri, pangeran, nenek sihir, cinderella, putih salju, sampai ke dongeng kancil. Diantara sekian banyak dongeng itu, dongeng favorit yang sering didongengkan oleh Papa saya yaitu Kancil Mencuri Ketimun. Bukan apa-apa, ceritanya sederhana, pendek, & cepat selesai ;)). Saya sering protes sama Papa karena dongengnya kok Kancil Mencuri Ketimun melulu, sampai saya khatam :((. Ya walaupun ada dongeng lainnya tapi dalam seminggu si kancil itu pasti tampil, sampai kadang Papa saya suka ngarang-ngarang sendiri dengan menampilkan pemeran pembantu yang berupa.. kancil juga ;)). Pokoknya tokoh kancil ini eksis bangetlah di jaman saya dulu.

Ketika saya sudah mulai lancar membaca, orangtua saya mulai membelikan saya buku dongeng sendiri. Koleksi saya waktu itu lumayan banyak. Kebanyakan cerita rakyat, tapi ada juga fabel & cerita karangan HC Andersen. Biar nggak bosen orangtua saya mulai membelikan saya kaset dongeng (Sanggar Cerita), ya salah satu alasannya biar tugas mendongeng nggak mutlak jadi tugas Papa saya kali ;)). Akhirnya gara-gara buku juga saya dulu iseng bikin komik/cerita sendiri, saya jilid sendiri, saya baca-baca sendiri :)). Multi talenta banget ya saya? *menyibakkan poni* :-“

Nah, kalau dulu kebiasaan dongeng adalah “hak eksklusif” bagi para orangtua, tapi kenapa sekarang sepertinya langka ya? Jangankan sempat mendongeng, ketika pulang sudah larut malam & dalam kondisi badan yang sudah lelah, anak-anak sudah pada tidur, besok pagi ketemu pas mereka mau berangkat sekolah. Kalau yang masih balita, malah mungkin lebih sering bersama baby sitter ketimbang orangtuanya sendiri. Jadi ya gimana orangtua mau mendongeng kalau badan sudah capek duluan. Yang tertidur nanti justru orangtuanya, bukan yang anaknya ;))

Meskipun saya belum menjadi orangtua kebetulan saya suka membacakan cerita buat anak-anak. Kalau lagi senggang biasanya saya baca cerita buat anak tetangga, cucu ibu kost, atau keponakan. Tapi ketika saya mulai kenal ada situs dongeng yang kebetulan dikelola oleh teman saya , dari situlah ketertarikan saya pada dunia dongeng mulai tumbuh, lalu mulai tertarik untuk menyumbangkan suara saya disana. Uhuk! :-“

Kata teman saya yang lain ketika saya cerita kalau saya jadi salah satu kontributor di sana :

“Kamu tuh ya, jadi orang kok nggak bisa diem.. ada aja kegiatannya.. Ikut inilah, ikut itulah, jadi inilah, jadi itulah. Sekarang malah jadi pendongeng. Eh btw, kok suaramu kaya Sanggar Cerita? “
;))

Ya gapapalah, itung-itung bantu temen.. *kedip-kedip sama simbah ;;) *

Awalnya situs ini dibuat karena beliau merasa prihatin karena kebiasaan mendongeng jaman sekarang sudah mulai langka. Maka dibuatlah situs tersebut dengan kontributor awal beliau sendiri yang kadang bergantian juga dengan beberapa teman blogger. Dongengnya pun beragam. Ada cerita rakyat, aesop fabel, karya-karya Grimm Brothers atau pun HC Andersen. Situs dongeng itu tidak hanya memuat tulisan saja tapi juga “bercerita” alias ada suaranya. Karena kontributor di situ memang sengaja merekam suaranya seperti ketika sedang mendongeng. Apakah syaratnya harus bersuara merdu? Ya nggaklah :-j . Suara abal-abal kaya saya aja buktinya bisa jadi kontributor ;;). Apalagi yang suaranya merdu & empuk. Pasti langsung diterima dengan senang hati sama beliau 🙂

Tahu nggak sih, sebenarnya efek dongeng pada perkembangan anak itu besar lho. Jika dongeng dibiasakan sejak kecil, ibarat sebuah gelombang radio, dengan bercerita pada anak berarti orang tua mengirim sinyal pada buah hatinya. Kalau dilakukan dengan ketulusan hati maka “transmisinya” jadi semakin kuat. Anak bisa merasakan meski belum memahami sepenuhnya. Jika dongeng diberikan pada bayi (anak) efeknya bisa mengaktifkan simpul saraf, merangsang fungsi indra, dan membuat anak akan jauh lebih peka.

Dongeng merupakan sarana yang paling mudah untuk bisa dicerna oleh anak-anak. Dongeng dapat membius anak untuk masuk ke dalam dunia khayal yang luar biasa, karena cerita yang menarik akan merangsang anak untuk membayangkan dan berandai-andai. Selain itu dongeng juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyampaikan suatu pesan & sarana untuk menyisipkan nilai-nilai kebaikan. Ahay.. mudah & murah meriah bukan? 😉

Jadi, nggak ada salahnya kan kalau kita mulai membudayakan lagi tentang kebiasaan mendongeng. Oh ya, kalau mau berpartisipasi menjadi pendongeng (seperti saya) silahkan menghubungi simbah ya, biar yang mendongeng lebih bervariasi gitu, nggak saya-saya melulu atau beliau-beliau melulu :p . Ciih, ke-GR-an banget sih? *dilempar elpiji*

Selamat mendongeng! 😉

[devieriana]

Continue Reading