Kartu lebaran, nasibmu kini..

Saya : Dek, Papa/Mama tahun ini dapet kiriman kartu lebaran nggak?
Adek : Nggak tuh. Kenapa mbak?
Saya : Mmh, samasekali?
Adek : Iya. Emang kenapa? kamu mau ngirim?
Saya : Nggak, cuman nanya aja..
Adek : ih, nggak penting :p

Dalam beberapa waktu ini pasti kita juga merasakan mulai punahnya kartu lebaran yang sepertinya makin tergusur oleh kemajuan teknologi. Kalau dulu kartu lebaran masih menjadi favorit yang dinanti-nanti saat menjelang lebaran, sekarang.. boro-boro. Terima satu kartu saja rasanya sudah merupakan kemewahan tak terhingga ๐Ÿ˜€

Beberapa tahun yang lalu, moment menjelang lebaran adalah saatnya “panen” bagi penjual kartu lebaran, karena di saat-saat menjelang lebaran seperti itulah saatnya semua orang berbondong-bondong memborong kartu-kartu lebaran. Mulai yang desainnya sederhana, lucu, sampai yang mewah & rumit semua ada. Mulai yang didesain oleh mesin/komputer sampai yang handmade juga banyak. Mulai yang harganya murah meriah sampai yang belasan bahkan puluhan ribu juga ada. Mulai yang dijual di kaki lima sampai yang di toko-toko besar pun juga tersedia.

Dulu saya sengaja menyediakan dana khusus untuk membeli kartu-kartu lebaran yang akan saya kirim ke teman/sahabat atau (uhuk!) pacar ;;). Sering juga mengoleksi kartu-kartu lebaran yang bagus dalam kotak tersendiri yang suka saya baca-baca lagi kalau sedang senggang. Suka banyak-banyakan terima kartu lebaran sama adik-adik saya. Suka mengoleksi perangko-perangko di amplop yang kebetulan saya belum punya. Sekarang memang masih ada yang menjual kartu lebaran, tapi jumlahnya pasti sudah tidak sebanyak dulu. Itu pun juga (sepertinya) jualan stock sisa-sisa tahun lalu yang disimpan & dikeluarkan lagi dengan pemikiran “mungkin saja ada yang akan membeli..” :(.

Tak bisa dipungkiri memang kalau kemajuan teknologi yang mulai populer sekitar awal tahun 2000-an itu mau tak mau mulai menggeser keberadaan hal-hal yang sifatnya manual, termasuk salah satunya berkirim kartu lebaran via pos. Kita jauh lebih mengandalkan penggunaan internet & alat komunikasi sebagai alat pengiriman berita termasuk ucapan selamat lebaran (e-card) karena jauh lebih praktis & tidak memakan waktu. Apalagi bagi yang punya akun di beberapa social media, jauh lebih memaksimalkan penggunaannya dengan melakukan spread greeting kepada teman-teman yang ada dalam akunnya tersebut. Tahun lalu saya berkali-kali terpaksa remove tagging foto ucapan selamat berlebaran. Bukan apa-apa, wall-nya jadi penuh :(. Saya lebih menghargai yang mengucapkan secara pribadi daripada yang sistem borongan ๐Ÿ˜€

Mengirim sms/mms sekarang bisa terkirim dengan sangat lancar tanpa ada kendala tunda akibat terlalu banyaknya yang mengirim sms/mms di saat yang bersamaan, bisa dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu. Kita kirim dari jam berapa, tersampaikannya jam berapa :-w. Bisa jadi sekarang memang operator telepon seluler menambah kapasitas handling sms/mms sehingga mencegah tertundanya pengiriman sms/mms tersebut, atau bisa juga karena yang mengirim sms lebaran jumlahnya tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. Kalau yang sekarang menggunakan Blackberry pasti menggunakan fasilitas Blackberry Messenger untuk menyebar ucapan selamat berlebaran.

Sekarang eranya memang serba teknologi karena jauh lebih cepat & praktis. Tapi ketika teknologi sudah merajalela seperti sekarang tak dipungkiri ternyata ada “feel” yang hilang & dirindukan. Rindu sibuk memilih & membeli beberapa kartu lebaran untuk kerabat. Rindu saat-saat datangnya pak pos yang menyampaikan kartu lebaran. Rindu dispesialkan dengan dikirimnya kartu lebaran yang khusus ditujukan untuk kita. Rindu saat-saat pending sms & girangnya hati ketika pesan terkirim (eh, kalau ini rindu apa gemes? ;))). Terlepas dari apapun media yang dipergunakan, yang lebih penting memang adalah esensi & ketulusan kita ketika mengucapkannya.

Andai tradisi mudik lebaran juga bisa dilakukan via kemajuan teknologi mungkin tak perlu lagi ada antrian panjang & berjubelannya orang di stasiun, bandara, dan pelabuhan ya. Tak perlu lagi ada kemacetan arus mudik & balik di jalanan. Yang lebih penting lagi bisa menghadirkan seluruh keluarga besar hanya dengan satu kali click.

Sent!
8->

[devieriana]

Continue Reading

Obrolan Absurd

Eh, hai.. sudah pada masuk kantor lagi atau masih cuti? Hari ini hari pertama saya masuk kerja lagi setelah libur sejak tanggal 9 September 2010. Suasana kantor masih lengang, sudah banyak yang masuk, tapi tak sedikit pula yang masih cuti.

Seperti tahun-tahun sebelumnya seusai lebaran, di hari pertama masuk kembali ke kantor akan disibukkan dengan kegiatan halal bihalal sebentar dengan Pak Menteri dan para pejabat eselon I s/d IV di gedung utama Mensesneg. Habis itu? Ya sudah kembali ke alam masing-masing. Kerja? Belum tentu juga, wong belum ada kesibukan, hawanya masih hawa lebaran, jadi ya masih kegiatan silaturahmi. Istilahnya masih hari krida :D. Tadi aja saking sepinya kita sudah pengen keluar nonton, tetapi mendadak batal gara-gara pak Deputi justru yang sudah sibuk mondar-mandir bawa berkas ;))

Seperti yang saya bilang kapan hari, lebaran tahun ini saya nggak mudik ke Surabaya, selain karena lebarannya gantian sama suami, sayanya juga belum dapat cuti :((. Nanti deh insyaallah Desember besok pulang sekalian datang ke nikahnya keponakan. Ternyata kalau nggak pulang itu efeknya selama lebaran disini bawaannya mupeng melulu kalau lihat orang mudik. Tapi uniknya selama lebaran ndilalah banyak obrolan lucu dari adik dan teman-teman. Jadilah saya sehari-hari ngikik-ngikik sendiri. Mungkin Allah pengen kasih saya hiburan biar nggak mupeng melulu lihat orang mudik ya ;)).

Berikut ini obrolan-obrolan absurd yang terkumpul selama lebaran :

1. Dengan si Adik via Blackberry Messenger : Balada The Last Airbender

Saya : Adek, kamu lagi ngapain?
Adik : lagi nonton. Kamu lagi ngapain, Mbak?
Saya : lagi habis tarawih nih.. ;))
Adik : oh, kamu habis buka puasa ya? :p
Saya : iya, abis ini mau lanjut tadarusan ;)). Kamu lagi nonton film apa?
Adik : The Last Airbender
Saya : eh, The Last Airbender itu film animasi atau kartun ya? Aku lupa..
Adik : lah, kalau yang kartun itu di Global TV, Mbak!
Saya : oh, lha trus jadinya apa? manusia yah?
Adik : Bukan, Gorilla! ๐Ÿ˜
Saya : halah ๐Ÿ˜ฎ :))

2. Temen SMA (fotografer) via Blackberry Messenger : Untuk portfolio

Saya : Desember insya Allah aku ke Malang
Temen : oh ya? Dalam rangka ada?
Saya : ada sepupu sama keponakan mau lamaran sama nikah..
Temen : sip, sip.. nanti aku foto-foto deh..
Saya : emang sepupuku jadi pakai kamu ya?
Temen : nggak sih. Maksudku moto kamu..
Saya : oh, asyiikk. Mau, mau! :D. Eh, tapi kok aku jadi grogi ya mau difoto-foto sama kamu :))
Temen : tenang aja, selama jadi fotografer aku udah biasa moto model yang mukanya standar kok.. :p
Saya : halah! :)) *ngaca*

3. Temen blogger via gtalk : Menikah era 2.0

Temen : mbak’e maap lahir dan batin ya
Saya : Haduh iyaaa.. Sama-sama, lama nggak keliatan, udah balik ke Jakarta lagi atau masih di Bali?
Temen : masih di Bali.. Nganu, sekalian ini sekalian nyuwun doa restu iki..
Saya : eh, mau nikah yak? Kapaaan? .
Temen : iya, makanya cutinya lama. Insya Allah tanggal 25 September nanti mbak..
Saya : amien, semoga lancar ya.. Dimana?
Temen : di Manado..
Saya : trus undangan dan tiketnya nggak ada nih buat aku?
Temen : semua kok minta tiket :))
Saya : trus, di Jakarta diadain lagi atau cuma di Manado aja?
Temen : di Manado aja, Mbak.. Maunya sih bikin roadshow di seluruh kota, tapi nggak ada sponsor :))
Saya : idih..gaya bener sih, emangnya Pesta Blogger? :))
Temen : Ya begitulah, berhubung calonnya orang sana, ya acara diadakan di sana..
Saya : ya kirain ada acara ngunduh mantu gitu..
Temen : Seiring kemajuan teknologi, sekarang ngunduhnya bs lewat download manager. Biar lebih ringan, nanti mantunya dizip
Saya : blah! :))

dan obrolan pun berlanjut dengan masih membahas hal-hal absurd lainnya dan istilah “pengejawantahan”. Nggak penting banget ya? Besok-besok mau belajar pantun sama majas deh, kali aja keluar pas UAN ;))

4. Sepupu via sambungan telepon : Buta Jakarta

Sepupu : Eh, minal aidzin wal faidzin ya..
Saya : sama-sama.. Kamu lebaran di Antapani (Bandung) yah? salam buat semua ya.. ๐Ÿ™‚
Sepupu : iya, kamu nggak kesini?
Saya : iya insyaallah kalau udah nggak sibuk aku kesana
Sepupu : kamu lebaran dimana?
Saya : Cipayung, dirumah hubby
Sepupu : Oh.. Wah, deket sama rumahnya Gus Dur dong?
Saya : Lah, itu kan Ciganjur.. ;))
Sepupu : Ooh.. (agak ragu). Berarti deket sama rumahnya SBY?
Saya : hiihihi, itu Cikeas, sayang..
Sepupu : Oooh.. jauh ya? Nggak ada hubungannya sama lokasi-lokasi tadi? :))
Saya : nggak adalah, jauh :)). Cipayung itu tempatnya Pelatnas PBSI
Sepupu : oooh.. hahahaha, iya maap, aku kan nggak apal Jakarta.. :))
Saya : *baiklah* ;))

Sebenarnya sih banyak yang lucu-lucu, termasuk di twitter. Tapi kalau semuanya di posting ya bakal seperti memindahkan chattingan disinilah ;)). Bagaimana dengan lebaran kalian? Pasti juga jauh lebih menyenangkan ya ๐Ÿ™‚

[devieriana]

Continue Reading

Marhaban ya Ramadhan..

Alhamdulillah, kita masih diberikan kesempatan bertemu & menjalankan ibadah puasa Ramadhan tahun ini. Nggak terasa ya, kayanya baru kemarin lebaran, eh sekarang sudah mau lebaran lagi. Eh masih lama ya, puasa aja belum ;))

Kebetulan tahun ini adalah ramadhan ketiga saya bersama keluarga di Jakarta. Sebelumnya saya tinggal bersama orangtua & kedua adik saya di Jawa Timur. Tak banyak berbeda dengan ramadhan & lebaran tahun-tahun sebelumnya, baik di Surabaya maupun di Jakarta. Plus ketikaย  nanti menjelang lebaran, euphorianya pun juga tak jauh berbeda.. ;)) (puasa aja belum sudah membahas lebaran). Mungkin yang membedakan adalah karena sekarang saya domisili di Jakarta maka setiap tahunnya akan ada tradisi mudik, karena sekarang saya punya rumah yang saya mudikin. Ya walau nggak selalu harus pas lebaran sih, tapi akhirnya saya merasakan yang namanya pulang kampung, merasakan mumetnya cari tiket pesawat, merasakan kangen plus harunya bertemu keluarga & teman-teman. Pokoknya sekarang ada cerita mudiknyalah.. ๐Ÿ˜€

Kalau puasa, jadi inget jaman puasa di masa kecil dulu. Standarlah ya, pasti pengalamannya hampir sama dengan kebanyakan anak kecil lainnya. Kalau puasa setengah hari nunggu bedug & adzan dhuhur kayanya lama banget, belum lagi sebelum adzan bunyi berbagai sajian mengelilingi saya. Belum lagi kalau udara panas banget saya iseng buka-buka kulkas buat ngadem, atau mainan air di kamar mandi.

Kalau kejadian lupa puasa itu juga manusiawi, habis main sama temen, pulang ke rumah karena merasa lapar, langsung..nyam..nyam..nyam.. cegluk, cegluk, cegluk.. padahal belum jam 12.00. Tahu-tahu nyadar dan.. mak gleg, “lah kan aku lagi puasa..” :((. Tapi untungnya saya nggak pernah curang sih kalau puasa, kebanyakan karena lupa aja, tapi nggak pernah yang sengaja makan/minum lalu pura-pura puasa lagi & berbuka di jam semestinya ๐Ÿ˜€ *anak baik*

Tarawih pun dulu pas jaman masih “jahiliyah” bukan cuma sekedar shalat & denegr ceramah di masjid tapi karena.. yak benar, ada temen yang saya suka juga shalatnya di masjid yang sama.. :)). Atau karena ada tugas sekolah yang mewajibkan tarawih di masjid karena harus bikin resume ceramah ustadz-nya tentang apa. Nanti dikumpulkan, jadi tugas & tambahan nilai buat pelajaran agama. Kalau dipikir-pikir jaman ABG saya itu kok ganjen ya, padahal pas SD ada yang naksir aja saya nangis, takut, padahal yang naksir ganteng :)) *bodoh*

Menjelang puasa Ramadhan ini, izinkanlah saya memohon maaf, barangkali saya ada salah-salah kata & perbuatan baik yang sengaja maupun tidak.

“Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1431 H ya. Semoga semua amal & ibadah puasa kita selama Ramadhan ini diterima Allah SWT. Amien3x ya rabbal alamien..”

Oh ya, kalian juga punya cerita puasa masa kecil (atau pas masa besar?) juga kan? Boleh di share lhoo.. ๐Ÿ˜‰

[devieriana]

 

ilustrasi dipinjam dari sini

Continue Reading

Diantara Euphoria Piala Dunia..

Hmm, sebenernya ini postingan yang kelewat telat akut kalau buat sekedar membahas World Cup. Ya karena kan sudah mau selesai juga pertandingannya. Tapi ya sudah gapapa, biar ada kenang-kenangannya, soalnya saya selama ngeblog nggak pernah nulis tentang perhelatan akbar si bola bundar ini ;))

Kebetulan saya itu paling nggak hobby sama yang namanya olahraga, makanya badan mekar-mingkup nggak jelas begini :)). Dulu saya kurus banget (tolong dibaca langsing ya biar enakan dengernya.. tolong banget ;)) ), sekarang dong.. kagak jelas begini antara bentuk manusia apa springbed :((. Badan saya itu gampang gemuk & susah buat kurus lagi, padahal saya nggak suka ngemil. Lha ya gimana mau kurus wong sekalinya ngemil langsung bangsanya soto, gado-gado, rawon, nasi goreng.. haduh berat sekali ya cobaan hidupku? :((. Nggak..nggak.. aslinya saya nggak suka ngemil kok ;)). Tapi ya gitu gara-gara nggak pernah olahraga akhirnya susah kurus lagi kalau sudah gemuk. Suka diledekin suami, “itu perut apa bantal sih?”. Eh masyaalloh.. penghinaan. Ini sofa! Eh kok malah mbahas badan saya sih? Jelas-jelas membuka aib diri sendiri ini *tutupin taplak*

Ya itu tadi yang namanya acara olah raga mau acaranya dikemas dalam bentuk apapun (dimasukin kotak, dibungkus kertas kado atau dikasih pita misalnya?) saya nggak pernah tertarik. Mau dibumbui dengan menghadirkan host/presenter ganteng sekalipun nggak pernah betah juga. Kenapa ya? Nah apalagi sama yang namanya Piala Dunia.. Woogh, blas nggak ada tertarik-tertariknya. Apalagi suami juga sama o’onnya sama saya kalau soal olahraga, kalau diajak olahraga pasti alasannya bangun kesiangan melulu ;)). Tapi kalau jalan ke mall antusias banget. Alasannya, “jalan di mall kan juga olahraga!”. Ya begitulah, kami memang sepasang spesies yang nggak pernah niat berolahraga sih :)).

Event olahraga prestisius yang digelar 4 tahun sekali ini bukan hanya menyebabkan demam bola kagetan di seluruh jagad raya, tapi juga menghasilkan rejeki kagetan bagi yang menjalankan usaha sablon, stiker, distro, merchandise, dll ;)). Yang sebelumnya ogah nonton bola sekarang jadi dibela-belain melek walau dengan mata merah & kantung mata yang menghitam. Berangkat ke kantor dengan nyawa tinggal setengah karena yang setengahnya masih ketinggalan di kasur. Yang perempuan -yang biasanya nggak ngerti apa-apa tentang bola- mendadak rajin mengikuti hampir semua pertandingan supaya terlihat update & gaul. Kalau bisa selalu update skor pertandingan, hafal siapa yang kena kartu merah/kuning, siapa yang bikin gol, & yang penting ikut rame jejeritan histeris ketika negara jagoannya berhasil menyarangkan gol *dihajar karena sirik sumirik :))*. Haduh, kayanya saya doang yang nggak gaul ya? :((. Ya maaf, selain karena saya nggak betah melek lama-lama, mata saya itu manja, jam tidur aja kaya balita, jam 10-an sudah merem dengan sukses. Kecuali kalau sebelumnya memang saya niatin buat melekan atau sengaja minum kopi. Tapi gimana ya, lha wong sudah minum kopi aja saya masih ngantuk-ngantuk juga. Ini berarti yang error mata saya kan? ๐Ÿ˜•

Kemeriahan piala dunia memang tidak bisa lepas dari bursa taruhan. Uang puluhan juta dolar diperkirakan akan berputar selama sebulan penyelenggaraan Piala Dunia di Afrika Selatan ini. Mulai taruhan kecil-kecilan sampai yang besar-besaran, mulai yang traktir makanan sampai jual-jualan aset, misalnya tanah (eh ada nggak sih? ada ya?). Kalau temen-temen ada yang sengaja ikut taruhan sekedar buat lucu-lucuan, misal yang kalah taruhan ngasih coklat atau nraktir makan. Eh, kalau endingnya makan-makan gitu saya boleh gabung nggak walaupun nggak ikut ajang taruhannya? *dikeplak*

Selama berlangsungnya Piala Dunia ini alhamdulillah di rumah nggak ada ceritanya rebutan remote. Kita santai aja kaya biasa, ngobrol-ngobrol, nonton DVD atau jalan-jalan tanpa peduli jadwal pertandingan. Karena ada lho temen yang saking fanatiknya sama Piala Dunia mau diajak jalan aja susah banget, “Ah ngga bisa gue.. Ntar malem ada pertandingan negara ini sama itu. Next time aja ya..”. Jadi, yang lain pada sibuk mantengin bola, kami berdua anteng nonton Cinta Fitri, yaaay.. =D> :-& :(( *dusta*. Intinya selama musim Piala Dunia nggak ada perubahan yang signifikan, kadang saya sibuk dengan laptop buat nulis atau baca buku (biar disangka rajin membaca), sementara suami kalau nggak ngutak-atik gadget ya internetan. Btw, kok kita jadi kaya orang lagi marahan gitu ya? ;)).

Jadi ya begitulah, menurut saya Piala Dunia & segala pernak-perniknya itu nggak penting! \m/ :))*dirante di pohon kesemek & dipecutin*

[devieriana]

gambar minjem dari sini

Continue Reading

Selamat Ulang Tahun, Jakarta!

Dulu saya nggak pernah bermimpi akan hidup di kota sebesar Jakarta. Jangankan Jakarta, lha wong di Surabaya, yang kotanya nggak seluas Jakarta aja saya keder walaupun saya lahir di sana ;)).ย  Tapi rupanya Tuhan punya rencana lain dalam hidup saya. Saya justru terdampar bahkan domisili plus jadi penduduk Jakarta sekarang.

Ya, dalam bayangan masa kecil/remaja saya dulu, Jakarta itu kota yang terlalu metropolis (lha ya jelas, wong namanya juga ibukota). Kota yang menjadi magnet bagi mayoritas penduduk daerah untuk mengadu nasib. Kota yang sama sekali bukan menjadi pilihan bagi saya untuk hidup di dalamnya. Belum lagi orangtua yang awalnya keberatan kalau sampai saya hidup sendiri di Jakarta, maklum. Belum apa-apa saya juga sudah BT lihat macetnya, sumpeknya, polusinya, kerasnya hidup disana. Pokoknya paranoid berat :D. Tapi uniknya, di satu sisi, ketika saya lebih sering melakukan perjalanan ke Jakarta, entah dalam rangka training, job interview atau perjalanan pribadi kok saya justru seringkali merasa Jakarta itu nggak seburuk yang saya paranoidkan ya. Saya justru merasa fun. Sindrom penduduk dari kota kecil kali ya? ;)). Ya, “udik to the max” ;)).

Tapi Tuhan rupanya berkata lain. Saya dipertemukan dengan jodoh saya yang notabene penduduk Jakarta, sehingga mau tak mau saya harus meninggalkan kota kelahiran saya, Surabaya. Alhamdulillah, kebetulan saya bukan orang yang tipenya terlalu lama untuk menyesuaikan diri. Mungkin juga karena saya langsung melanjutkan kerja lagi di perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia itu, jadi saya nggak merasa kesepian atau kesulitan beradaptasi, mengingat di perusahaan ini jugalah saya sebelumnya berkarir di Surabaya.

Kekhawatiran akan mengalami kesulitan hidup di Jakarta beserta segala pernak-perniknya itu akhirnya menguap jauh-jauh. Karena justru di Jakartalah saya bisa mengekspresikan & mengembangkan diri secara maksimal. Alhamdulillah, mungkin saya termasuk salah satu orang yang beruntung karena tidak terlalu mengalami kesulitan yang berarti saat mengalami masa transisi hidup di Jakarta ya. Karena saya justru menikmati masa-masa transisi itu. Saya menjalani seluruh hidup saya yang walaupun pas-pasan dengan enjoy. Kalau soal suka duka ya pasti ada. Tapi terlalu panjanglah kalau diceritakan detail satu-persatu, emangnya saya lagi bikin biografi? ;))

Di Jakarta pulalah saya mulai banyak mengenal teman-teman baru dari berbagai kalangan & bidang pekerjaan. Memperluas jaring pertemananlah istilahnya. Uhuk! Gaya ;)). Bekerja sebagai Quality Assurance leader di callcentre Telkomsel sekaligus mencoba kemampuan sebagai penulis walaupun masih abal-abal :D. Siapa sangka juga kalau akhirnya di Jakarta pulalah saya menyandarkan karir terakhir saya sebagaiย pegawai negeri sipil di Sekretariat Negara. Iya, karir yang dulunya sempat tidak pernah terpikir sama sekali :).

Ada pepatah yang mengatakan “sekejam-kejamnya ibu tiri tidak sekejam ibukota”. Buat sebagian orang memang benar begitu adanya. Tapi sebenarnya ibukota itu nggak kejam-kejam amat kok kalau kita punya “tameng” berupa skill, kemauan, kemampuan beradaptasi, tekad yang kuat, kehati-hatian (karena tingkat kejahatan disini tinggi banget) & pengendalian diri (terhadap berbagai godaan). Hidup di Jakarta godaannya banyak banget, kalau kita nggak bisa mengendalikan diri ya udah deh, bablas jaya. Terutama belanja! Eh, kalau ini khusus buat saya denk.. ;))

Sebenarnya bukan hanya di Jakarta, mau dimanapun kita tinggal kalau kitanya nggak siap & nggak bisa menyesuaikan diri ya selamanya akan merasa terbebani. Karena semua kota pasti punya kelebihan & kekurangan. Tinggal bagaimana kita menyesuaikan diri saja. Karena nggak mungkin lingkungan yang akan menyesuaikan diri untuk kita, tapi justru kitalah yang harus menyesuaikan diri dengan lingkungan. Bukan hal yang mudah ya? Memang..

Tepat di tanggal 22 Juni 2010 ini kau berulang tahun yang ke 483. Selamat ulang tahun, Jakarta!ย  Tak ada kado khusus untukmu selain baris puisi dari WS Rendra – Doa di Jakarta..

Tuhan yang Maha Esa,
alangkah tegangnya
melihat hidup yang tergadai,
fikiran yang dipabrikkan,
dan masyarakat yang diternakkan.

Malam rebah dalam udara yang kotor.
Di manakah harapan akan dikaitkan
bila tipu daya telah menjadi seni kehidupan?
Dendam diasah di kolong yang basah
siap untuk terseret dalam gelombang edan.
Perkelahian dalam hidup sehari-hari
telah menjadi kewajaran.
Pepatah dan petitih
tak akan menyelesaikan masalah
bagi hidup yang bosan,
terpenjara, tanpa jendela.

Tuhan yang Maha Faham,
alangkah tak masuk akal
jarak selangkah
yang bererti empat puluh tahun gaji seorang buruh,
yang memisahkan
sebuah halaman bertaman tanaman hias
dengan rumah-rumah tanpa sumur dan W.C.
Hati manusia telah menjadi acuh,
panser yang angkuh,
traktor yang dendam.

Tuhan yang Maha Rahman,
ketika air mata menjadi gombal,
dan kata-kata menjadi lumpur becek,
aku menoleh ke utara dan ke selatan –
di manakah Kamu?
Di manakah tabungan keramik untuk wang logam?
Di manakah catatan belanja harian?
Di manakah peradaban?
Ya, Tuhan yang Maha Hakim,
harapan kosong, optimisme hampa.
Hanya akal sihat dan daya hidup
menjadi peganganku yang nyata.

[devieriana]

gambar dipinjam dari sini

Continue Reading
1 8 9 10 11 12 14