“Coffee, please!”

Siapa yang tak kenal dengan kopi? Minuman nikmat yang sudah dikenal sejak ratusan tahun lalu. Saking terkenalnya dari situlah dikenal istilah coffee break di setiap acara resmi seperti seminar, meeting, lokakarya, dll. Walaupun teh juga dimasukkan dalam acara “coffee break” tapi yang jelas kopi selalu dipastikan ada & menjadi minuman pendamping untuk menikmati sajian kue-kue kecil. Kalau saya pasti memilih kopi yang saya campur dengan sedikit susu & gula untuk dinikmati saat coffee break.

Dulu sebenarnya saya lebih suka minum teh ketimbang kopi, karena takut kecanduan, padahal kalau cuma sesekali ya belum tentu kecanduan ya. Tapi ketika mulai bekerja di callcentre yang mengharuskan mata tetap “on”, sinkron dengan otak dan mulut di jam-jam mengantuk sejak saat itulah saya mulai menyimpan beberapa sachet kopi instant untuk berjaga-jaga kalau mata saya sudah mulai menurun daya konsentrasinya. Karena saya sangat menghindari bekerja dengan mata tinggal setengah tiang, bukan apa-apa kalau saya salah kasih informasi ke pelanggan & semua itu terekam kan jadi nggak lucu ;))

Dulu, kalau nggak subuh-subuh sudah harus di kantor, ya malam-malam diatas pukul sebelas saya masih terjaga. Sampai dirumah sekitar pukul 12 malam. Itu pun tidak langsung tidur, masih mengutak-atik HP-lah, teleponanlah, baca bukulah, intinya mencari kesibukan yang membuat ngantuk. Oh ya kenapa telponan malem-malem ya karena dulu kan tarif hematnya di jam-jam menjelang tengah malam sampai dengan pukul lima pagi. Jadilah kalau malam kita kebanyakan tidak langsung tidur tapi menghabiskan jam-jam tarif hemat. Walaupun yang ada ya putus sambung melulu karena jaringan padat ;))

Nah, dari pengalaman bekerja di callcentre itulah yang membuat saya akhirnya menjadi peminum kopi. Walaupun tidak selalu, tapi rasanya ada yang kurang kalau sehari tanpa secangkir kopi *alasan*. Alasan lainnya biar mata lebih melek & semangat di pagi hari. Padahal lebih ke sugesti sih, karena tanpa minum kopi pun sebenarnya mata saya juga bisa melek & tetap bisa bekerja dengan normal. Tapi entah ya kalau sudah minum kopi rasanya pikiran saya menjadi lebih terang benderang bak lampu bohlam..  Halah! 😀

Kopi yang saya minum biasanya sih kopi sachet yang “ringan”, bukan yang pakai ampas. Karena kalau yang pakai ampas kesannya saya seperti bapak-bapak, jadi pengen sarungan sambil gitaran di poskamling :)). Selain itu kalau yang pakai ampas kok berasa lebih “keras” ya efeknya? Bisa lebih melek berjam-jam & kalau nggak kuat efeknya detak jantung jadi lebih cepat. Padahal saya juga pernah lho minum kopi hitam kaya begitu, tapi lha kok malah merem ya, tidur ;)). Yah, gagal deh reputasi kopi sebagai biang penyebab melek :p

Ada seorang teman jurnalis televisi yang sangat menggilai kopi. Hidupnya sangat tergantung sama kopi. Dia tidak bisa konsentrasi kalau tidak minum kopi. Sehari bisa menghabiskan anatara 8 sampai 10 gelas kopi, bahkan lebih :-o. Kalau saya sih alhamdulillah tidak sampai sebegitu kecanduannya, sehari cuma minum satu cangkir, selebihnya air bening. Karena kok sepertinya serem aja gitu kalau sampai kecanduan, seperti salah satu tante saya. Kalau kepala lagi pusing banget “obatnya” ya minum kopi, karena kalau dikasih obat sakit kepala malah nggak ngefek.

Segala sesuatu yang sifatnya berlebihan pasti akan kurang bagus efeknya, termasuk mengkonsumsi kopi, walaupun di berbagai situs juga dijelaskan tentang efek positif minum kopi ya. Tinggal kitanya yang harus tetap mengkontrol diri. Minum kopi boleh, jangan lupa diimbangi dengan minum air bening yang banyak untuk lebih memperlancar sirkulasi darah ya.. :-bd

Selamat menikmati kopi ya.. 😉

[devieriana]

Continue Reading