The Dance Company

Saking banyaknya grup band yang bermunculan, saking seringnya mereka mondar-mandir di layar televisi dengan format yang nyaris sama, sampai saya nggak ada satu lagupun yang hafal. Nggak tahu kenapa bisa begitu, apa karena materi lagu yang begitu-begitu aja (maaf nih, saya mungkin bukan orang yang tepat untuk menghakimi musikalitas seseorang. Hanya opini awam saja), atau karena “packagingnya” yang tampak biasa saja layaknya anak band yang sudah ada, atau promo yang “alakadarnya” (muncul cuma sekali, dua kali doang habis itu nggak tahu kabarnya). Jadi sepertinya kurang ada sesuatu yang “menggigit”, kesannya sekedar numpang lewat saja. Parahnya kalaupun iya saya sampai hafal sama melodinya, tapi salah satu pasti lupa nama bandnya πŸ˜€

Dulu teman saya pernah bilang, ketika kita sudah memutuskan untuk terjun di dunia yang homogen & sudah banyak digeluti orang seharusnya kita bisa menunjukkan sebuah cirikhas yang bisa membuat orang lain langsung notice bahwa itu kita, itu produk kita. Dari segi apanya? Ya macem-macem, bisa jadi dari packagingnya, dari harganya, dari marketing & promosinya, keberagaman jenisnya, dan banyak lagi yang lain. Sebagai konsumen kan kita juga berhak memilih mana yang sesuai, mana yang bagus & mana yang sesuai dengan selera kita. Nah kalau sama-sama bikin band, tapi mulai materi lagu, gaya busana sampai iramanya sama dengan band lain yang sudah eksis sebelumnya ya buat apa? Apa bedanya dengan yang sudah ada, kecuali beda personilnya doang?

Dari sekian banyak grup band baru yang bersliweran di layar kaca yang paling catchy buat saya ya The Dance Company. Sebenarnya mereka bukan orang-orang baru di dunia musik Indonesia. Saya sendiri juga sudah tahu band ini sejak awal kemunculan mereka sekitar pertengahan tahun lalu. Tapi tingkat kekaguman saya masih dalam batas normal, alias biasa-biasa aja. Walau dalam hati mengakui kalau mereka “beda”. Itu saja. πŸ˜€

Grup band yang digawangi oleh Riyo ( Ariyo Wahab), Bebe (Baim), Wega (Pongki Barata) dan Mbot (Nugie) memang bukan orang baru di dunia musik. Ya wajarlah kalau banyak yang sudah familiar. Belum lagi mereka lebih mudah mengumpulkan fans dibandingkan dengan grup band baru yang mulai merilis karir. Tapi sebenarnya mereka justru lebih tertantang. Bagaimana mengelola ego & idealisme masing-masing untuk lebur menjadi satu band, bagaimana memanfaatkan ketenaran yang sudah dimiliki oleh masing-masing personilnya digabung menjadi satu fans grup band mereka, bagaimana sulitnya meninggalkan comfort zone masing-masing untuk bertualang pada wilayah kreatifitas yang lain.

By the way, jujurΒ  memang saya lagi jenuh banget sama suguhan lagu-lagu Indonesia yang kompak seragam bergenre Melayu. Meskipun jenis musik itu lagi digandrungi,Β  lagi “in”, banyak yang download RBT-nya, banyak yang beli kaset & CD-nya. Bukan sok gimana-gimana ya, memang ada lagu bernuansa Melayu yang masih enak didengar, tapi kalau semua band kompak menyajikan konsep yang sama ya namanya pasar lama-lama jenuh jugalah πŸ™ .

Tapi yang jelas The Dance Company ini ibarat angin segar buat dunia musik Indonesia. Tanpa mengecilkan keberadaan grup band lainnya mungkin justru bisa jadi wacana & inspirasi bagi (calon) band pendatang baru. Supaya bisa memilih materi & format tampilan group band yang segar, berbedaΒ & tidak membosankan..

Eh, kalau papa-papanya sekeren mereka mah saya juga ga bosen ngeliatnya.. *ganjen* ;)) ;;)

[devieriana]

gambar dari sini

You may also like

20 Comments

  1. ya saya juga heran sama musik indonesia sekarang ini. kok bisa banyak banget band-band baru yang rata rata lagunya mirip gitu. jadi bingung…dan sama sekali gak kenal. ini lagunya siapa, siapa nyanyiin apa… heheheee

    tapi di satu sisi, seneng juga. buktinya band-band yang gak jelas itu ternyata banyak yang dapet sambutan hangat di negeri tetangga.
    okelah …

  2. hehehehe, ya iya emang kalo digelontor sama musik yang sama-sama melulu apapun jenisnya ya lama-lama jenuh jugalah. Perlu ada nuansa baru :mrgreen:

    Ganjenlah sebelum ganjen itu dilarang πŸ˜†

  3. mbak sama kita.
    1. jenuh banget sama band2 sekarang yang gitu2 aja.
    2. suka sama grup papa-papa ganteng ini, suka sama musik dan liriknya.

    ikutan ganjen ah… πŸ™‚

  4. drum itu emang pake snar ya? sebangsa alat musik petikkah? :mrgreen:

    Emang kerenlah, wong semuanya sekarang ikut-ikutan musik Melayu. Begitu ada yang mendobrak dengan musik yang beda ya kesannya langsung “catchy” πŸ˜‰

  5. Ah, mbak devi tau aja kesukaan saya. ;)) *dilempar snare drum*

    Tapi, emang ini band keren, mbak. Ngusung blues rock yg (kalo saya bilang) langka di negeri ini.

    Satu lagi, kostum panggung mereka keren2! πŸ˜€

  6. aku pernah liat bandnya, tapi lupa namanya, tapi aku bisa melodinya :lol:. Yang model video klipnya mantan Cathy Sharon kalo nggak salah..

  7. ada sepenggal bait lagu yang aku inget banget gara2 sering sliweran iklan NSP-nya di salah satu stasiun tv, begini lagunya : ditelepon ndak bisa, disms ndak dibalas….blablablaa…..mbuh wis lanjutane opo, ndak tau apa nama band yang bawain lagu itu, judul lagunya pun entah, hahahahaha….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *