Serpihan Senja

 

 

Langit yang menggelap di bentang lazuardi menyapaku teduh
Aku menyungging senyum menyapa hadirnya senja
Di sudut sebuah ruang diatas awan-awan merah muda,
jauh diatas ribuan mil di bumiku menjejak

 

Ketika awan putih itu mulai disinari warna jingga temaram
Ketika zat dan partikel itu mulai menari-nari di sekelilingku
Ketika aku mulai menyatu dengan lembayung senja di awang-awang
Dan ketika sudah mulai kupejamkan mata

 

Ya..
Lembayung cantik itupun kini mulai berselimut
Sang mata dewa tak lagi murka dengan sinar panasnya yang menyala
tergantuikan cahya sang dewi malam yang mulai berjaga..

 

Aku sedang dalam perjalananku..
Meninggalkan kisah yang sulit untuk pergi mengurai kisah lainnya
Melupakan siapa diri yang dulu nyata
Mencari bentang ujung pelangi seperti ucapmu
Hingga kelak kita ‘kan bertemu pada satu ujung pelangi lainnya
Juga pada muara hujan yang akan membuat kita menari

 

Kau yang sedang sibuk dengan duniamu yang beriak
Mungkin kau tengah menata komposisinya hingga duniamu mampu menggeliat, ya?
Andai saja aku bisa berkompromi dengan waktu
Aku akan menjadi pemerhati dan tetap (akan) sebagai pemerhati setiamu..

 

Andai Tuhan berkata sama dengan kita..
Tapi bukan Tuhan namanya jika menuruti semua mau makhluknya..

 

Ah, Tuhan,
aku hanya ingin bertanya..
Apa masih boleh sisa cerita itu untukku?

 

 

 

gambar dipinjam dari sini 

 

Continue Reading