Kenapa ya ketika kita diminta mengerjakan sesuatu yang baru, posisi yang baru, sesuatu yang berbeda, yang sedikit lebih sulit, sedikit lebih mengerahkan tenaga, atau apapunlah itu yang intinya mengusik zona nyaman, mengubah kebiasaan & cara pandang kok pasti ada penolakan & sentimen negatif lebih dahulu? Kalaupun nantinya di terima pasti dengan tidak ikhlas alias setengah hati. Tapi ketika hal baru itu sudah berjalan beberapa waktu & akhirnya menjadi kebiasaan baru kok kita jadi merasa nyaman dengan hal itu ya. Sering ga merasakan itu?
Hhhm, kok jadi teringat sebuah tulisan Putu Wijaya yang judulnya “Berubahlah.. BABI !!” ya. Yang menceritakan tentang sulitnya orang mengubah kebiasaannya. Kurang lebih ceritanya begini :
Tersebutlah seorang lelaki dengan kelainan unik yang dideritanya. Kelainan itu sangat mengganggu dan kini malah membahayakan kariernya. Setiap disuruh menuliskan nama, selalu saja tanpa sengaja dia menuliskan kata “BABI”. Entah darimana awalnya kebiasaan itu bermula, yang jelas kebiasaan itu kini telah lebih dari sekedar berurat akar, ia telah menjelma menjadi monster. Karena telah demikian frustasi, si pria akhirnya memutuskan untuk berkunjung ke psikiater. Berbagai analisa kejiwaan pun dilakukan. Kesimpulannya ? simple. “Tangan kanan Anda tampaknya iri dengan tangan kiri nya. Betapa tidak, jam tangan dan cincin berada ditangan kiri Anda, sedangkan tangan kanan hanya kebagian kerja”, ujar psikiater tenang. Mereka berdua sepakat memindahkan jam si pasien dari tangan kiri ke tangan kanan, sementara tangan kiri tetap kebagian cincin. Biar adil. Secarik kertas dan pulpen diberikan kepada si pasien, dan psikiater itu menyuruh nya menuliskan “namanya” disana. Pergulatan hebat terjadi. Tangan yang gemetar, keringat bercucuran, urat-urat birupun bermunculan, menandakan tidak mudah melakukan tugas sederhana itu. Singkat cerita setelah satu jam berlalu, akhirnya tertulislah kata “Prakoso” di kertas itu. Dia berhasil ! Si pasien telah sembuh, dan psikiaterpun merasa terharu dan bangga. “Nah Anda sudah sembuh” , ujar psikiater bersemangat, “Nih..lihat…”Pra-ko-so”..nama Anda. Coba baca tulisan ini”. Si pasien tertawa.. mengangguk-angguk.. kemudian membaca tulisannya sendiri… “B A B I” ujarnya kalem..
Ketika ada hal yang mengharuskan untuk mengubah kebiasaan & cara pandang kita terhadap hal tertentu kenapa kita selalu ada kecenderungan apriori dulu? Wong padahal ya belum dijalani. Memangnya sudah pasti kalau hal/kebijakan/kebiasaan baru itu pasti nantinya akan memberatkan? Pasti akan merugikan? Pasti memberikan dampak yang kurang baik buat kita? Belum tentu juga kan? Ok, saya pribadi sepakat dan percaya bahwa tidak ada shortcut untuk berubah. Tapi bukan berarti bahwa setiap perubahan itu sangat sulit, cenderung mustahil atau selalu memerlukan waktu yang lama (meskipun kadang bener juga sih, apalagi kalau sudah yang menyangkut namanya mengubah kebiasaan/mindset yang sudah tertanam sejak kecil, mengubahnya pasti sulit. Hanya orang itu & Tuhan yang tahu kapan bisa berubah 😀 ). Tetapi yang ingin saya garis bawahi disini adalah untuk berubah utamanya memang memerlukan niat yang bulat, kesungguhan dan keikhlasan.
Perubahan itu larinya ke masing-masing pribadi kita juga kok. Mengubah cara pandang. Mengubah sesuatu yang dalam pandangan kita negatif, apriori, berubah jadi positif & lebih optimis. Kalau selama ini kita merasa terbebani ketika kita harus melakukan sebuah perubahan yang “mengusik zona nyaman” kita, coba deh ambil sisi positifnya aja dulu. Contoh nih ya, ketika oleh pihak management kita diberikan tugas & tanggung jawab yang lebih besar daripada sebelumnya ya itu berarti management percaya bahwa kita capable, kita mampu. Jadi, sudah saatnya kita juga percaya akan apa yang kita punya, pada kemampuan diri sendiri.
Perubahan kebiasaan, perubahan ritme kerja, perubahan apapun itu yang sifatnya positif & harus dilakukan memang di awal akan terasa berat dan memerlukan niat yang bulat. Soal jangka waktunya mau berapa lama ya tergantung kita sendiri. Tapi yang pasti tidak ada sesuatu yang tidak akan kita peroleh dari perubahan itu. Apapun hasilnya anggaplah itu sebagai sebuah achievement buat kita. Selama perubahan itu untuk sesuatu yang positif ya why not tho? 🙂
[devieriana]
1 Comment
nice post sist.. love it 😉