Fear : Out Of The Comfort Zone ..

Pernah ga sih kita berada dalam kondisi “takut” terhadap sesuatu yang baru? Entah itu lingkungan baru, pekerjaan baru, teman baru, lokasi baru, habit baru, perspektif baru, hidup baru? Ketakutan yang setelah dijalani ternyata berbuntut “oalah”?  “Oalah, ternyata aku bisa tho.. Oalah, ternyata cuma begini aja.. Oalah, ternyata sama aja kaya kemarin.. Oalah, ternyata begini..begitu.. Oalah, ternyata enak juga ya”. Dan masih banyak sejuta “oalah” lainnya. Pasti pernah kan? Ga mungkin kalau sampai ga pernah 😀

Khawatir dan takut adalah dua hal yang berbeda, sekalipun nyaris mirip. Rasa takut punya objek yang jelas, contoh : saya takut sama tikus, saya takut sama bos saya yang galak, saya takut sama hantu. Tetapi khawatir  tidak, lebih abstrak. Ada perasaan tak menentu terhadap sesuatu yang tak jelas. Ketakutan, paranoid terhadap sesuatu yang asing, sesuatu yang baru, sesuatu yang belum pernah dijalani sebelumnya itu pasti pernah dirasakan semua orang. Punya rasa seperti itu wajar-wajar saja. Tapi jika berlebihan dan sudah mengganggu, itu namanya sudah tak wajar. Kekhawatiran sifatnya hanya sementara, karena ketika kita sudah involve di dalamnya kekhawatiran itu ternyata tidak terbukti & menjadi sesuatu yang biasa, yang menyenangkan, yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya. Kekhawatiran yang diciptakan oleh pikiran. “Aduh, besok mau kerja di tempat yang baru nih, Duh, bisa ga ya gue? Kira-kira nanti temennya asik-asik kaya di tempat kerjaku yang lama ga ya? Lingkungan kerjanya nanti kondusif ga ya? Kerjaan gue tar sulit ga ya?” dan sejuta pertanyaan paranoid yang lain, padahal ya belum tentu, wong belum dijalani 🙂

It is about worry,  about “what if  I couldn’t?”. Terus, gimana dong biar kita ga kuatir lebay lagi?  🙁  . Ini sebagian tips yang pernah saya praktekkan ya, siapa tahu bisa berguna juga. Lumayan working juga kok   🙂    :

1. Beranilah keluar dari zona nyaman.

Pada saat kita sudah merasa nyaman dengan posisi/keadaan kita sekarang membuat kita sulit menerima hal-hal baru. Jangankan kita yang pindah tempat, menerima orang baru saja pasti juga bukan hal yang mudah kan? Belum-belum sudah paranoid duluan tentang kepribadian seseorang, “aduh, ni orang asik ga ya? bisa ga sih nanti dia jadi bawahan/atasan gue? enak diajak temenan gak ya?”. Atau ketika ada peraturan baru yang jauh lebih mengikat pasti protes duluan kan? Karena apa, ya itu tadi sudah terlanjur merasa nyaman dengan kondisi sebelumnya. Semua pasti butuh penyesuaian. Terus siapa yang harus menyesuaikan, kita atau lingkungan? Jelasnya sih kita ya. Ga mungkin lingkungan yang menyesuaikan kita. Seperti beberapa waktu yang lalu saya sempat ngobrol dengan salah seorang teman yang lumayan zaakelijk (baca : saklek, tanpa kompromi) , memandang dirinya tidak perlu berubah, maunya begini ya harus begini, lingkungan yang harus bisa menerima dia yang seperti itu. Ya ga bisa begitu juga kan. Suatu saat kita butuh untuk zaakelijk, tapi di saat yang lain kita juga dibutuhkan untuk bersikap luwes, bisa menyesuaikan dengan situasi yang ada.

2. Jangan biarkan kekhawatiran menguasai pikiran kita.

Coba tulislah apa yang kita khawatirkan di atas secarik kertas. Tulis dengan jelas. Tulisan setidaknya bisa kita jadikan alasan berbagi, ketika kita tidak bisa menceritakan apa yang kita khawatirkan pada orang lain. Orang yang tahu kekhawatiran kita akan memberikan solusi. Dengan demikian, kita akan tahu dan mampu membedakan mana yang pantas dikhawatirkan dan mana yang tidak.

3. Buatlah daftar tindakan yang seharusnya kita lakukan secara spesifik.

Setelah itu, lakukan tindakan itu. Lakukan mulai dari hal yang kita anggap paling kecil, sederhana, remeh temeh. Lakukan step by step sampai semua daftar “keharusan” kita itu selesai. Cara ini lumayan dapat membantu kita untuk fokus pada hal yang lebih besar, yang lebih banyak membutuhkan perhatian kita.

4. Take a deep breathe.

 Tenangkan hati & pikiran agar bisa menjernihkan pikiran & logika.

5. Think Positive

Memberikan sugesti pada diri sendiri bahwa kita akan mampu kok menjalani apa yang akan kita jalani. Kita mampu menyelesaikan permasalahan dan akan mencapai tujuan yang kita inginkan. Ini bukan masalah percaya/tidak ya, tapi persoalan keyakinan dan proses struggling. Isi pikiran kita dengan hal-hal positif setiap hari.

6. Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras

Tidak ada sesuatu yang akan terjadi jika kita hanya memikirkannya & do no action . Mereka yang gagal terus menerus keebanyakan pikirannya diliputi oleh kekhawatirannya yang semakin bertambah dari waktu ke waktu & ketika mereka memikirkannya tanpa melakukan tindakan apa pun. Sebaliknya, orang-orang yang berhasil adalah orang-orang yang memperlajari hal-hal yang baru, kemudian langsung menerapkannya. Sehingga apabila mereka salah, mereka akan langsung dapat menelusuri letak kesalahannya dan memperbaikinya sampai berhasil.

So, siapkah kita memasuki dunia, kondisi & lingkungan yang baru? Buka hati, buka mata & buka pikiran, bahwa dunia yang sudah kita pilih ini adalah dunia yang menyenangkan. Always positive thinking, itu yang akan membuat kita lebih relieve, lebih mudah menerima kondisi yang berbeda dengan sebelumnya & berkarya lebih maksimal. Ketakutan itu hanya bersifat sementara, kalau bahasa telekomunikasinya nih : temporary network problem 🙂 . Kita yang menciptakan, kita pula yang bisa menghilangkannya 🙂

Have a good day  🙂

* dedicated for a friend who will walk the new path, mmh.. in a better place I guess, good luck for you 🙂 *

 [devieriana]

You may also like

2 Comments

  1. trus gimana Mi, masih ngerasa nyaman dnegan zona yang sekarang ga?heheheheh.. 😉
    kadang kita butuh mengalahkan ketakutan diri kita sendiri, karena pada dasarnya semua pasti mampu kok..

  2. aku setuju tuh mbak ….
    emang org yg mau maju harus kerja keras, ma kluar dr comfort zone jk dibutuhkn,
    Ky. Thomas ALfa Edison ajach u/ membuatk suatu penemuan hrs mengalami kegagalan sebanyak 999 kali (perlu kerja keras dr kerja yg biasanya)
    Thx…. ya…

    GBU

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *