Hari Minggu (24/7) pagi, antara pukul 07.00-09.00, kami sudah harus bersiap untuk sarapan dan segera meninggalkan Hotel Gumaya, karena sesuai jadwal masih ada 2 lokasi lagi yang harus kami kunjungi, yaitu Lawang Sewu dan Sam Poo Kong, dua tempat eksotis yang merupakan ikonnya kota Semarang. Oh ya, pagi-pagi sekali saya sudah titip ke Mbak Eny dibelikan lumpia khas Semarang. Waktu saya terima, ternyata lumpia ini dibungkus dalam kemasan yang covernya “amboy nian” ;)). Kepikiran aja ya yang bikin gambarnya, sampai bikin cover bungkus lumpia seperti itu..
Lokasi pertama yang kami kunjungi hari itu adalah Lawang Sewu. Ternyata bentuk bangunannya tidak seseram yang saya bayangkan selama ini. Mungkin karena hari masih siang dan ternyata bangunannya sudah mengalami peremajaan di sana-sini, sehingga kesannya sudah tidak terlalu angker dan gothic lagi. Nggak tahu juga kalau malam hari.
Dulunya, gedung Lawang Sewu ini merupakan Kantor Pusat Perusahaan Kereta Api Swasta NIS. Nah, mengapa disebut Lawang Sewu? Apakah benar pintunya ada seribu? Ah ya, kalau pintunya cuma satu namanya jadi Lawang Siji, dong! 8-| Lawang Sewu dikenal sebagai bangunan dengan jumlah pintu yang sangat banyak. Konon, kalau ada yang menghitung pintunya secara bersama-sama, hasil akhirnya jumlah pintu yang dihitung bisa jadi berlainan antara satu orang dengan orang lainnya. Selisihnya bukan hanya satu-dua pintu saja, tapi puluhan. Nah, lho! Ya, namanya juga mitos. Saya sendiri sih tidak menghitung, sih. Ngapain? Kurang kerjaan, apa? :-”
Pengalaman seru lainnya di Lawang Sewu yaitu ikut Tour De Underground. Sebelumnya, para peserta tour harus mengganti alas kaki dengan sepatu boot yang telah disediakan. Oh ya, jangan membayangkan sepatu boot yang kami pakai ini adalah sepatu boot seperti yang kerap dipakai oleh artis Mahadewi kalau lagi manggung, ya. Ini cuma sebuah boot karet yang biasa dipakai kalau lagi banjir atau bertani. Kenapa harus pakai sepatu boot? Kenapa bukan high heels, misalnya? Simple saja sih, karena kita bukan mau ke kondangan :|. Kondisi dibawah sana adalah ruang bawah tanah yang gelap, dan sepanjang jalannya berisi genangan air. Selama di dalam basement, kami bukan hanya dijelaskan tentang fungsi masing-masing ruangan dan pipa-pipa saja, Mas Tour Guide yang mengantar kami juga menunjukkan tempat yang pernah dijadikan lokasi uji nyali dan menunjukkan dari mana datangnya arah penampakannya X_X. Mungkin tujuannya siapa tahu suatu hari nanti ada salah satu diantara kami yang ingin mencoba uji nyali disini sendirian disini *kurang kerjaan*. Sebagai seorang yang (sedikit) penakut, sepanjang perjalanan saya menempatkan diri di tengah rombongan, biar aman, nggak ada yang nyolek :>. Sayangnya sepatu boot yang saya gunakan ternyata bocor, Sodara :|. Jadi, ya seperti tidak ada bedanya antara pakai sepatu atau tidak. Untung habis tour bisa langsung cuci kaki. Kalau nggak, kan bisa kena kutu air. #penting
Selesai dari Lawang Sewu kami melanjutkan perjalanan ke Kuil Sam Poo Kong yang terletak di daerah Simongan, Semarang. Tempat ini konon, dulunya adalah tempat persinggahan Laksamana Cheng Ho, seorang penjelajah asal Tiongkok yang beragama Islam. Oh ya, disana ada persewaan busana khas Tionghoa juga lho. Kalau waktunya cukup sih saya mau tuh pakai busana kaya begitu. Terserah deh mau matching sama wajah saya atau enggak, habisnya kok keliatannya seru ya, kalau pakai kostum-kostum begitu. Berasa kaya mau ikut karnaval, gitu. Sayangnya kami tidak terlalu lama singgah di tempat ini, karena usai mendengarkan penjelasan singkat guide dan mengabadikan beberapa spot yang menarik, kami segera beranjak untuk melanjutkan ke lokasi terakhir sebelum ke bandara, yaitu Soto Pak Man untuk menikmati makan siang karena waktu sudah menunjukkan hampir pukul 11.00.
Bagi sebagian besar warga Semarang, Kedai Soto Pak Man ini tentu sudah tidak asing lagi. Lokasi tepatnya ada di Jalan Purwosari. Sesuai dengan namanya, hidangan khas kedai ini adalah soto. Di depan kami sudah tersedia satu baskom alumunium sate, sepiring gorengan, dan sepiring perkedel yang bentuknya sangat mirip Poffertjes *dejavu*. Soto-soto yang telah dicampur dengan nasi itu disajikan dalam mangkuk-mangkuk kecil dengan porsi sedang. Cara penyajian seperti ini sekilas mengingatkan saya pada salah satu kedai soto di daerah Kalibata. Buat saya sih porsinya pas, tapi bagi sebagian pria, yang notabene kapasitas perutnya lebih besar daripada saya, tentu mengatakan porsinya tanggung, atau bahkan kurang. Kalau cuma makan satu porsi, masih lapar. Tapi kalau tambah satu porsi lagi, kebanyakan. Ah, memang porsi yang mengandung dilema… *galau makan soto*. Oh ya, saya juga memesan dawet durian yang rasanya superlezat itu. Yummy! :-bd
Panitia acara XL Network Rally ini memang sudah mengatur keseluruhan acara dengan sedemikian rupa. Penyelenggaraannya terbilang sangat rapi dan serba tepat waktu. Dalam waktu yang tidak terlalu lama kami sudah tiba di Bandar Udara Achmad Yani. Sesuai dengan waktu yang tertera di tiket, seharusnya kami terbang ke Jakarta pukul 12.55, tapi apa daya, begitu kami menginjakkan kaki di ruang tunggu bandara, kru maskapai “Singa Udara” itu sudah siap dengan beberapa kotak snack dan sekaligus menginformasikan kalau pesawat yang akan kami tumpangi mengalami keterlambatan. Untungnya kami termasuk makhluk-makhluk yang seru dan punya inisiatif menyibukkan diri dengan kegiatan update status dan foto-foto. Sehingga delay yang hampir memakan waktu 2 jam itu terlewati dengan sempurna. Sempurna bosennya! I-)
Secara keseluruhan, program tahunan menjelang mudik lebaran yang diselenggarakan oleh XL ini berjalan lancar. Kami sangat menikmati jalannya seluruh rangkaian acara Uji Jaringan ini. Senang bisa bertemu dengan teman-teman baru yang selama ini baru saya kenal di jejaring sosial, serta ikut merasakan serunya mudik asyik walaupun bukan berkampung halaman di Semarang.
Selamat menyambut datangnya bulan Ramadhan. Selamat menikmati mudik dan pulang kampung secara aman dan nyaman, Temans. Oh ya, ini ada update video commercial-nya XL itu 😀
Sampai jumpa di acara XL Net Rally tahun depan, ya! :-h
[devieriana]