[Suara] Dengarkanlah Aku..

Nggak, postingan ini nggak ada hubungannya dengan grup band Hijau Daun yang tenar dengan lagu berjudul Suara, itu kok. Cuma mau pinjem syairnya doang :p

Pernah menjadi bagian dari callcentre (baca : customer service) merupakan hal yang menyenangkan sekaligus menguntungkan. Bete-betenya sih pasti ada, tapi lebih dari itu saya jadi tahu bagaimana cara berkomunikasi dengan orang lain, setidaknya untuk pekerjaan saya yang sekarang. Emang ada hubungannya? Ada  😉

Ah, jadi pengen cerita sedikit tentang hal lucu-lucunya kerja di callcentre nih. Kebanyakan dari kita ketika pertama kali online, pasti di minggu-minggu pertama akan terserang sindrom “online terbawa mimpi” atau jadi mendadak aneh waktu terima telpon di handdphone/rumah. Kalau sampai nggak mengalami kayanya kurang seru ya. Jadi, kalau di callcentre biasanya begitu callmaster berdering langsung kita angkat (maksimal di dering ketiga), nah itu bisa terbawa sampai ketika menjawab telepon di handphone atau rumah.

Seperti misal kasus ini  :

Kriing..
“Selamat pagi. Mohon maaf dengan siapa saya bicara? Ya, baik. Ada yang bisa dibantu? Begitu ya, baik nanti akan saya sampaikan. Ada lagi yang bisa dibantu? Baik, terimakasih telah menghubungi Telkomsel, selamat pagi..”

Aslinya : terima telpon dari bengkel, yang menginformasikan kalau perbaikannya sudah selesai.

Atau  :

“Selamat pagi. Dengan siapa saya bicara? Oh Ibu RT, ada yang bisa dibantu? mama sedang ke pasar. Mungkin ada pesan? Oh begitu ya, baik.. Ada lagi yang bisa dibantu? Terimakasih, selamat pagi..”

Aslinya : terima  telepon dari bu RT lagi nyari si Mama, mau tanya jadwal arisan ;))

Atau ada yang sampai ngelindur, “online” dengan mata terpejam, langsung menekan tombol kipas angin & langsung greeting pembuka :

“Telkomsel selamat pagi dengan Nia bisa dibantu? Halo.. Halo? Mohon maaf suara Anda tidak terdengar, terimakasih telah menghubungi Telkomsel, selamat pagi..”

Bicara dengan posisi tangan menekan tombol kipas angin lagi & kembali tertidur tanpa dosa. Giliran teman sekamar yang bengong & setelahnya tertawa cekakakan =))

Nah, itu sebagian kecil cerita lucu di callcentre. Kalau mau bicara tentang hal lucu dan menakjubkan lainnya sih banyak. Tapi lebih dari itu sejak kerja di callcentre kebanyakan dari kita jadi tahu cara mengatur suara & berkomunikasi utamanya via telepon. Jadi tahu cara memilih padanan kata, tata bahasanya jauh lebih terarah & terstruktur (halaaah..) dibandingkan dengan sebelum jadi callcentre officer. Eh itu terutama buat saya yah, hihihi.. ;))

Sekarang saya memang bukan lagi menjadi bagian dari callcentre, tapi sisa-sisa pendidikan & ilmu selama saya bekerja disana masih terpakai sampai sekarang. Apalagi sekarang menjawab telepon menjadi salah satu tugas saya. Kalau kemarin-kemarin menerima telepon hanya sebatas untuk kepentingan koordinasi internal dengan rekan sekantor, kalau sekarang ya dari mana-mana & sepanjang hari suara saya harus tetap terdengar cerah, merdu, segar & smiley.. Halah, lebayatun.. *ditimpuk elpiji* ;))

Sebenarnya tidak ada aturan tertulis yang mengharuskan saya begitu. Mmh, improvisasi aja, saya yang mengatur suara saya sendiri. Sadar kalau pekerjaan saya sekarang banyak berhubungan dengan orang lain, jadi salah satu modalnya ya suara :p *nyisir poni*. Bukankah suara juga jadi “first impression” (baca : image) seseorang/perusahaan kan? Contohnya penyiar deh. Kalau “body” suaranya gagah atau renyah, terdengar utuh, gaya komunikasi yang dibangun mengalir lancar & nggak gagap (iyalah mana ada penyiar gagap?), pasti yang denger juga seneng kan? Nggak heran kalau banyak yang terkiwir-kiwir dengan penyiar, walau kadang ketika kopdar, tidak seindah yang diimajinasikan ;)) *diulek sama mikropon*

Begitu pula ketika dulu saya memberikan materi training buat temen-temen calon agent callcentre. Selalu saya tekankan untuk menjaga intonasi & suara (smiling voice). Caranya : salah satunya dengan merekam sendiri suara kita di handphone trus kita dengerin sendiri. Dari situ kan kita akhirnya bisa mengukur, kira-kira sudah ok belum ya suara kita? Sudah cukup ramah belum terdengarnya? Kalau suara saya aslinya (kalau sedang tidak on duty) persis kaya ember ditepuk-tepuk kok.. ;)) *nyuci*

Ya sebenarnya lebih ke menempatkan diri jadi orang lain sih, yang pasti juga akan sebel ketika kita menghubungi  sebuah instansi/perusahaan tapi nada suara penerima teleponnya galak atau kurang helpful. Yang awalnya kita menelepon dengan suara ramah, jadi ikutan sebel. Selain bikin takut juga bikin males kan? :p

Jadi, seberapa tersenyumkah suara Anda? 😉

[devieriana]

Continue Reading