Jadi ceritanya, seminggu yang lalu (1/4/2017) Alea demam. Seperti biasa, saya sudah sedia obat penurun demam dan obat flu racikan dokter yang biasa saya minumkan kalau Alea demam, flu, batuk, pilek. Demamnya sempat turun, tapi cuma karena reaksi obat saja, sekitar 3-4 jam pasca minum penurun demam, tapi setelah itu demam lagi. Bahkan suhunya sempat mencapai 39 derajat celcius.
Hari Minggunya (2/4/2017) saya coba minumkan air kelapa hijau, Alea langsung berkeringat banyak sekali, dan suhu badannya langsung turun ke suhu badan normal 37 derajat celcius. Alhamdulillah, sedikit lebih tenang. Apalagi dia juga jadi mau makan dan minum susu, padahal sebelumnya dia menolak, dengan alasan rasa makanannya asin. Mungkin maksudnya pahit ya.
Hari Seninnya (3/4/2017) suhu badannya kembali naik pelan-pelan, padahal Alea harus saya titipkan di daycare. Sedih lho ninggalin anak di daycare tuh, apalagi kalau anak lagi sakit, sementara kita tidak ada pilihan lain selain menitipkannya di daycare. Walaupun sudah saya bekali obat-obatan tetap kondisi Alea saya pantau dan meminta bunda-bundanya di sana untuk secara berkala mengecek kondisi Alea dengan memeriksa suhu badannya dan meminumkan obat sehabis makan siang. Tapi toh badan Alea tetap demam ditambah batuk pilek yang lagi hebat-hebatnya karena flunya baru mulai. Makin baperlah saya.
Tanpa berlama-lama, saya segera membuat janji konsultasi dengan Prof. dr. Soepardi Soedibyo, Sp.A(K) di RS Metropolitan Medical Centre (MMC), Rasuna Said. Sengaja saya pulang lebih cepat karena saya dapat nomor antrean 6, yaitu pukul 16.00.
Eyang Dokter (demikian beliau memanggil dirinya sendiri untuk para pasien kecilnya) melakukan pemeriksaan dengan seksama. Selain batuk, pilek, ternyata penyebab demamnya adalah virus. Jadi kalau virus obatnya bukan dengan antibiotik, tapi kekebalan si anaklah yang akan bekerja melawan virus tersebut. Eyang Dokter hanya meresepkan obat penurun demam dan obat racikan untuk batuk pileknya saja.
Sehari, dua hari, tiga hari, kok Alea masih demam? Duh, kenapa ya? Berarti sudah lebih dari 4 hari dia demam tinggi, tidak biasanya Alea demam sampai selama ini. Mulai deh tuh bermunculan berbagai kekhawatiran di kepala saya. Bagaimana kalau Alea kena demam berdarah? Bagaimana kalau thypus? Mengingat salah satu teman di daycare-nya juga ada yang didiagnosa typhus dan harus rawat inap selama 3 hari di rumah sakit. Nah, kan saya jadi makin baper, ya.
Dari pada saya baper sendiri, akhirnya saya konsul lagi via whatsapp (untung lho Eyang Dokter ini berkenan ditanya-tanya via whatsapp), sekadar tanya, kalau masih demam, kapan Alea harus kembali lagi ke dokter? Jawabannya, “Kamis, kalau masih panas”.
Dan ternyata sampai dengan hari Kamis (6/4/2017) suhu badan Alea masih tinggi. Panik? Lebih ke khawatir sih ya, karena Alea sudah tidak mau makan, hanya minum saja, kalaupun iya mau makan hanya 1 -2 sendok saja, alasan rasanya asin (pahit). Otomatis kondisi badannya makin drop, lemah, dan hanya mau tidur saja. Itu juga tidak nyenyak, hanya mau bobo gendong.
Tapi #MamaKuduSetrong , hari Kamis (6/4/2017) setelah maghrib, saya dan eyangnya membawa Alea ke dokter, naik taksi, dan ternyata harus menghadapi kemacetan luar biasa parah di sekitar Mampang akibat adanya pengerjaan underpass yang memangkas jalur menjadi lebih sedikit yang bisa dilewati. Pukul 18.45 saya masih parkir manis di Mampang belum bergerak sama sekali. Sementara dokter hanya praktik sampai pukul 20.00. Perjalanan jadi begitu lama karena macet yang luar biasa tadi.
Tik. Tok. Tik. Tok. Tik. Tok.
Sepertinya driver taksi yang saya tumpangi itu membaca pikiran saya. Dia pun segera melesat sesegera mungkin setelah terbebas dari ujung kemacetan di Gatot Subroto, dan sampai dengan selamat di RS MMC tepat pukul 19.20. Alhamdulillah akhirnya sampai juga. Baru kali ini jarak Mampang-Rasuna Said yang biasanya tinggal ngegelundung doang sekarang harus ditempuh dalam waktu hampir 1.5 jam.
Tapi untunglah kami tidak perlu menunggu terlalu lama. Alea pun diperiksa dengan seksama. Dan diagnosa dokter masih tetap sama, penyebab demamnya ‘hanya’ karena virus, bukan demam berdarah atau typhus seperti yang saya khawatirkan. Tapi namanya ibu, tetap saja saya ‘ngeyel’. Kok diagnosanya ‘cuma gitu aja’? (woalah, profesor kok dieyeli, hihihik). Lhaaah, terus maunya gimana? Ya, berasa kurang mantep gimana gitu ya. Penyakit kok dimantep-mantepkan…
Eyang Dokter menjelaskan tentang berbagai penyebab demam, salah satunya jika demam disebabkan oleh virus. Bagaimana dengan typhus pada balita? Beliau menjelaskan bahwa tidak ada typhus yang menyerang anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kebanyakan demam yang menyerang anak-anak dikarenakan oleh virus, jadi kekebalan anaklah yang akan melawan virus itu, bukan dengan antibiotik. Bisa jadi kondisi badan si anak sedang drop, dengan mudah virus memasuki tubuh si anak. Ketika kondisi anak sedang kuat, virus akan lebih mudah dilawan. Tapi sebaliknya, ketika kondisi anak sedang drop, virus akan bertahan lebih lama di tubuh anak.
Bagaimana dengan demam berdarah? Beliau menjelaskan, demam berdarah ‘zaman sekarang’ tidak lagi menampakkan diri dengan bintik-bintik merah, tapi harus melalui tes darah.
Me: “Jadi, anak saya demamnya cuma karena virus aja, Dok?”
Dokter: “Iya, virus. Tapi ya sudah, coba kita cek darah sederhana aja ya. Makan dan minumnya gimana? Masih mau, nggak?”
Me: “Kalau minum sih dia mau, Dok. Makan yang dia nggak mau, alasannya rasanya asin… hehehe”
Dokter: “Kalau masih mau minum, itu bagus. Karena pada saat flu/demam, anak harus banyak minum supaya tidak dehidrasi. Sudah pup belum?”
Me: “Sudah, Dok. Malah sempat pup yang cair gitu, semacam diare”
Dokter: “Bagus, gapapa. Sekali aja, kan?”
Me: “Iya, sekali aja”
Dokter: “Itu tandanya tubuhnya sedang berusaha mengeluarkan racun. Gapapa. Jadi, sekarang kita coba ambil darah sambil sekalian diinfus aja ya…”
Saya pun mengangguk sambil trenyuh sendiri membayangkan tangan mungil batita saya untuk pertama kalinya disentuh jarum infus. Baper. Tapi sekali lagi, kan #MamaKuduSetrong , jadi ya harus kuat!
Percayalah, tidak ada seorang ibu pun yang tega melihat batitanya menangis panik ketakutan melihat dirinya dikelilingi para petugas medis yang mulai melakukan penanganan. Dengan tangis yang keras, Alea saya peluk sambil tiduran, sementara tangan kirinya mulai dibebat untuk dicari urat nadinya, diambil darahnya, dan disusul dengan cairan infus.
Alea diinfus selama kurang lebih 2 jam, mulai pukul 20.00-22.00. Suhu badannya berangsur-angsur normal, 37.5 derajat celcius. Hasil cek darahnya pun menyatakan bahwa demam yang diderita Alea ‘hanya’ virus, bukan demam berdarah atau typhus seperti yang saya khawatirkan. Alhamdulillah. Sekitar pukul 23.00 kami pun pulang ke rumah dengan perasaan sedikit lebih lega ketimbang sebelumnya.
Sekarang tinggal batuk pileknya saja yang belum sembuh, tapi insyaallah berangsur-angsur membaik, walaupun nafsu makannya masih belum pulih seperti semula.
Semoga cepat sehat ya, Nak. Jangan sakit-sakit lagi ya. Mwach!
[devieriana]
ilustrasi: koleksi pribadi