Peringatan Hari Korpri

 

 

 

upacara Hari Korpri ke-43

 

Pagi itu saya datang tergopoh-gopoh sampai di kantor pukul 06.50. Buru-buru saya absen handkey dan segera menuju ke lantai 2 tempat saya bekerja. Di ruangan sudah sepi, hanya tinggal saya dan Pak OB.

“Pak, yang lain mana? Udah ke Monas semua?”

“Udah dari tadi kali…”

“Haduh! Beneran ditinggal nih… 🙁 “

Saya pun buru-buru turun. Untungnya di bawah masih ada teman-teman yang baru tiba di kantor. Pffiuh, alhamdulillah ternyata saya tidak sendirian. Hampir seluruh ruangan sudah sepi karena semua sudah berjalan menuju sayap selatan silang Monas sejak pukul 06.30 padahal upacaranya sendiri baru akan dimulai pukul 08.00. Alhamdulillah masih ada bus kantor yang siap mengantar kami menuju Monas.

Ketika kami tiba di Monas, di sana sudah penuh dengan PNS berbaju Korpri. Peringatan HUT Korpri tahun sedikit ‘istimewa’ karena dipimpin langsung oleh Presiden RI. Kalau tahun-tahun sebelumnya sih selalu upacara di kantor masing-masing. Bahkan di 2 atau 3 tahun yang lalu di kantor kami sempat mengadakan perhelatan kecil-kecilan yang dihadiri oleh seluruh pegawai beserta keluarga, plus pengundian door prize. Sayangnya saya nggak pernah dapet 😐

Di Monas sudah berbaur semua PNS dari segala kementerian, utamanya yang berkantor di sekitaran Monas. Sebagian dari kami yang ‘tercecer’ seperti beras ini bagai ayam yang kehilangan induknya. Entah di peleton sebelah mana teman-teman kantor kami berbaris, katanya sih dekat baliho di depan Monas. Lah, kami juga sudah di dekat Monas. Tapi ya sudahlah, yang penting sudah berada di lokasi, daripada kena sidak di kantor. Soal mau berbaris di mana, terserah sajalah (yang sudah pasti sih di barisan belakang).

Kurang lebih pukul 08.00 upacara dimulai. Entahlah, mungkin saya membandingkan dengan ketika upacara di kantor yang sedikit lebih rapi dibandingkan di Monas, yang entah di barisan kementerian manalah ini kami berbaris. Pokoknya agak ruwetlah. Seruwet hatiku saat itu. Halah! 😆 . Ya bisa dimaklumi sih, karena kan yang ikut upacara ribuan (ribuan nggak, ya? iya kali ya, wong saya juga nggak ngitung), sedangkan kalau di kantor kan peserta upacaranya nggak sampai ribuan. Tapi seharusnya kalau acara besar seperti ini setidaknya ada yang mengarahkanlah, kementerian apa baris di mana, gitu. Biar tertib sedikit dilihatnya. Di barisan belakang posisinya sudah seperti posisi nonton konser, berdiri tanpa lajur, tanpa banjar, bahkan ada yang duduk-duduk di dekat tangga Monas :mrgreen:

Dalam acara itu Presiden tidak memberikan amanat yang panjang, dan langsung ke pokok yang ingin disampaikan. Upacara HUT Ke-43 Korpri yang berlangsung di Monas itu bertajuk “Pencanangan Gerakan Nasional Revolusi Mental Aparatur Sipil Negara”. Dalam kesempatan itu Presiden berpesan agar segenap jajaran Korpri memberikan pelayanan birokrasi yang makin cepat, akurat, dan makin baik. Terus menjaga kode etik profesi, mempedomani sumpah jabatan, dan memegang teguh komitmen Panca Prasetya Korpri. Tapi sebenarnya inti dari upacara ini yaitu pernyataan Presiden yang meminta seluruh anggota Korpri untuk meninggalkan mental priyayi atau penguasa. “Jadilah Korpri yang mengabdi dengan sepenuh hati untuk kejayaan dan kesejahteraan rakyat Indonesia.”

Secara keseluruhan acara berlangsung lancar, walaupun (jujur) agak ribet. Dan entah kenapa kalimat-kalimat yang meluncur dari koordinator upacara (?) dari Pemprov DKI membuat kami bengong, dan lalu tertawa sendiri. Banyak aba-aba yang kurang formal yang digunakan di acara sebesar dan seformal itu. Seperti ketika tiba-tiba saja kami harus balik kanan (menghadap ke Monas) tanpa dijelaskan maksudnya apa. Baru ketika kami mulai gaduh bertanya-tanya, baru dijelaskan bahwa akan ada rombongan marching band IPDN yang akan tampil. Owalah, Pak… 😆 . Mungkin karena selama ini kami (atau mungkin cuma saya) terbiasa dengan format acara yang tertata rapi dan dengan penggunaan diksi yang sedemikian rupa. Tapi positif thinking sajalah, mungkin di setiap kementerian beda ‘adat’ dan tata cara penyelenggaraan acara.

Anyway, Selamat Hari Korpri yang ke-43 bagi seluruh ‘Korpri-ers’ di seluruh Indonesia 😀

[devieriana]

gambar dipinjam dari Pak Andri (teman kantor saya)

Continue Reading

Bangku Taman

bangku taman 1

Sudah sejak bulan Oktober tahun 2013 di di sepanjang trotoar jalan protokol di Jakarta dihiasi oleh bangku-bangku taman yang sandarannya terbuat dari kayu jati dipadu dengan besi cor yang dicat putih. Tampak indah dan tidak mengganggu pemandangan.

Saya sendiri baru merasakan manfaat keberadaan bangku-bangku taman itu ketika akhir-akhir ini saya lebih suka naik shuttle bus milik salah satu mall dibandingkan Transjakarta yang uyel-uyelan. Jadwal shuttle bus lewat depan kantor saya sekitar pukul 16.00-16.30/16.45-an, jadi ya lumayanlah kalau berdiri selama 30-45 menitan. Jadi, kalau cuaca sedang cerah, daripada saya terlalu lama berdiri di depan gerbang kantor, saya sering berjalan kaki menuju ke arah Monas untuk menunggu sambil duduk di bangku taman 😀

Lumayan nyaman, karena saya bisa menunggu bus sambil membaca buku atau mendengarkan musik. Deretan pohon yang teduh dan trotoar yang lebar juga menambah kenyamanan bagi siapa saja yang duduk di sana. Apalagi di daerah Sudirman-Thamrin, jika jam pulang kantor, bangku-bangku taman tersebut penuh diduduki oleh para pekerja yang pulang kantor dan sedang menunggu jemputan/bus sambil mendengarkan musik di earphone, membaca buku, atau mengobrol. Kapasitas bangku tersebut sekitar 3-4 orang.

Tapi sayangnya di sekitaran Monas itu sepertinya jarang tempat sampah, deh. Alhasil sampah-sampah sering terlihat teronggok begitu saja di sekitaran bangku taman. Sayang banget, kan?

Oh ya, ada sedikit pemandangan ‘aneh’ di sekitaran Museum satria Mandala dan Gedung Telkom Merah Putih tadi pagi. Ternyata salah satu bangku itu yang sandarannya hilang. Hihihihi, kok bisa, ya? Iya, sandaran kayu yang tertempel di besi cor itu hilang, sekaligus besi cor-coran sandarannya. Semoga yang duduk di sana tidak bersandar, ya. Nanti nggeblag ke belakang gimana… :mrgreen:

Lha iya, besi dan kayunya bangku taman saja bisa hilang, apalagi kalau bangku tamannya dikasih nyaman-nyamanan berupa bantal, ya.. :mrgreen:
*dianggap sofa ruang tamu*

[devieriana]

Continue Reading