Me Time

me-time

‘Me Time’ is appreciate yourself by doing what you love.

Benar begitu? Katanya, dengan tetap memiliki ‘me time’ akan memastikan setiap orang tetap ‘waras’, hehehe… Tiap orang pasti punya waktu dengan durasi tertentu untuk memanjakan dirinya sendiri, yang penting untuk meningkatkan kualitas hidup masing-masing.

Setelah beraktivitas setiap hari yang penuh dengan jadwal padat, belum lagi ditambah dengan kemacetan jalan raya yang sungguh ‘tralala-trilili’, menyebabkan berbagai kepenatan fisik dan psikis. Jadi wajar kalau ‘me time’ menjadi sebuah saat yang penting bagi seseorang untuk sejenak beristirahat, menikmati waktu untuk diri sendiri.

Bentuk ‘me time’ sendiri ada bermacam-macam, tidak selalu harus dengan bepergian ke luar kota. Kadang cukup dengan menghabiskan waktu sendirian di toko buku, atau luluran/spa di salon langganan, mendengarkan musik, nonton film, dll. Intinya, setelah melakukan ‘me time’ tubuh dan pikiran terasa rileks, mood kembali bagus, tidak lagi stress.

Teman saya punya ‘me time’ yang unik, yaitu mandi di kantor sebelum jam pulang kerja. Kenapa saya sebut unik? Karena ketika mandi di kantor, dia bisa lebih banyak punya waktu untuk merawat diri. Kalau sudah di rumah, jangankan punya waktu untuk merawat diri, mandi saja superkilat.

“Gue nggak bisa mandi di rumah kalau udah sore, Devi. Lo kan tahu sendiri rumah gue jauh. Pas udah sampe rumah ya udah, anak-anak gue langsung minta perhatian orangtuanya; pada ngajak main. Jangankan sempat lulur-luluran, mandi aja gue cepet-cepetan.”

Saya yang waktu itu masih belum punya anak hanya bisa melongo. Sedemikian ‘langkanyakah’ ‘me time’ ketika sudah berkeluarga dan punya anak?

Eh, sekarang… ketika saya sudah punya momongan, ternyata memang benar, waktu untuk ‘me time’ memang sedikit berkurang waktunya. Berkurang di sini bukan berarti jadi tidak punya sama sekali, ya. Masih punya, tapi durasinya yang berubah jadi tidak selama dan sesering dulu. Even Super Mom needs a break now and again. You won’t be able to take care of your family if you don’t take care of yourself. Betul? 😀

Saya seorang ibu bekerja. Saya hanya bertemu dengan Alea ketika jam pulang kantor sampai bangun tidur keesokan harinya. Sepulang kantor saya hanya punya waktu untuk mandi, shalat, dan makan malam (kadang malah kalau Alea sudah rewel duluan ya saya momong dulu baru mengerjakan hal lainnya, kalau tidak langsung ikut bablas ketiduran). Itu pun saya sudah harus membagi aktivitas dengan persiapan ngantor, dll. Alea sementara ini diemong oleh eyangnya. Jadi bisa dibayangkan betapa terbatasnya waktu saya bersama Alea. Jadi kalau ada waktu buat jalan-jalan, buat ngeloni, buat menyuapi, buat menyusui, buat bermain bersama anak, itulah surga saya. Apalagi proses tumbuh kembang anak itu kan cepat. Seadanya waktu yang saya punya itulah yang ingin saya manfaatkan sebaik-baiknya.

Trus, ‘me time’ saya sendiri kapan? Di kantor saya masih bisa melakukan ‘me time’ kok. Misalnya menulis blog (yang walaupun lebih lama hibernasinya ketimbang up date-nya,hihihik), atau latihan band dengan teman-teman band saya seminggu sekali sepulang kantor sambil menunggu jemputan suami. Ngeband bareng teman-teman itu juga merupakan suntikan semangat yang luar biasa menyegarkan buat saya. Saya bisa pulang ke rumah dalam kondisi yang tetap semangat, bahkan sesaat ‘lupa’ kalau sedang berada dalam kemacetan luar biasa.

Saya percaya bahwa masing-masing orang punya ‘me time’ versi masing-masing. Kalau kalian, apa ‘me time’ kalian?

[devieriana]

 

ilustrasi dipinjam dari sini

Continue Reading