Jadi ceritanya, kemarin, tanggal 12 April 2015 yang lalu saya mendapatkan ‘kehormatan’ untuk memandu acara wedding putri salah satu Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara yang diselenggarakan kemarin di Jakarta International EXPO Kemayoran, Jakarta. Padahal sebelumnya, saya dan seorang teman di-plot sebagai penerima tamu. Tapi entah bagaimana ceritanya, saya yang awalnya cuma jadi penerima tamu mendadak diubah perannya jadi MC. Lah 😮
Memang ini bukan tugas pertama menjadi MC (baik MC protokoler, MC umum, maupun MC wedding), tapi perubahan tugas yang agak ‘jauh’ itu yang bikin saya sedikit gedubragan. Kebaya yang tidak saya desain secara ‘grande‘ supaya lebih ‘terlihat’ di atas panggung membuat saya sedikit kelimpungan. Tapi ya sudahlah, mau bagaimana lagi, mengingat hari H sudah tinggal hitungan hari. Inilah moment di mana saya akan menggunakan modal nekat saja.
Di acara technical meeting terakhir yang merupakan koordinasi final H-3 saya baru dipertemukan dengan calon MC pasangan saya yang berasal dari vendor entertainment. Koordinasi dengan partner MC berlangsung secara singkat seusai technical meeting dan itu hanya berlangsung selama 10 menit sebelum saya kembali ke kantor. What? Koordinasi acara cuma 10 menit. Iya, cuma sempat berkenalan, bertukar nomor handphone dan alamat email saja. Selanjutnya, koordinasi berlangsung secara maya via email dan whatsap.
Kalau dibilang event besar ya lumayanlah. Terkesan ‘besar’ karena sejak awal diinformasikan oleh pihak keluarga, bahwa ada beberapa undangan VVIP dan VIP yang akan datang. Termasuk di dalamnya adalah Presiden, Wakil Presiden, dan beberapa menteri era Kabinet Kerja, serta beberapa mantan pejabat era Kabinet Indonesia Bersatu, termasuk Presiden keenam beserta Wakil Presiden.
Akhirnya, hari yang ditunggu itu pun tiba. Saya selesai make up dan hairdo dari salon sekitar pukul 08.00 wib. Tanpa berlama-lama saya langsung capcus dari rumah di Mampang menuju ke Auditorium Semeru, Jakarta International Expo saat itu juga, karena kami harus mengadakan gladi bersih pada pukul 09.00 wib. Untunglah kondisi jalanan sedang bersahabat. Saya tiba di JIExpo tepat pukul 09.00 wib, berarti saya hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk sampai di tempat acara. Setelah touch up sedikit dan membaca cue card yang telah dibuat dengan rapi oleh partner MC saya, Ade Indrawan, kami segera melakukan gladi bersih.
Menangani sebuah acara wedding tentu sangat berbeda dengan menangani acara pelantikan. Ya iyalah! Kalau acara pelantikan semuanya sudah jelas tahapan-tahapannya, susunan kalimatnya pun sudah template. Sedangkan acara wedding, kita yang harus menyesuaikan diri, melakukan koordinasi, dan tentu saja berimprovisasi.
Jadi dejavu dengan wedding saya sendiri 8 tahun yang lalu. Bedanya, resepsi pernikahan saya tidak dilakukan di hall sebesar ini, tamunya pun cuma setengahnya saja, dan saya pakai jasa wedding organizer untuk mengatur acara pernikahan saya. Iya, saya memang orang yang tidak mau terlalu ribet dengan segala pernak-pernik berkaitan dengan pernikahan saya. Mengingat pada waktu itu saya bekerja di kantor yang liburnya diatur dengan jadwal tertentu, plus saya dan calon suami saya waktu itu tinggal di kota yang berbeda; saya di Surabaya, calon suami berdomisili di Jakarta. Sehingga pasti saya yang akan lebih banyak ribet karena perhelatan akan dilakukan di Surabaya.
Enaknya pakai jasa wedding organizer itu kita tinggal bayar-bayar doang. Saya cuma ribet di bagian baju pengantin (karena saya maunya pakai baju desain saya sendiri), memilih model cincin kawin, dan beli seserahan. Sudah, selebihnya serahkan saja pada wedding organizer. Kalaupun memang kita ingin pakai vendor di luar yang sudah disediakan oleh wedding organizer ya silakan saja, karena namanya selera kan tidak bisa dipaksakan. Tapi selama 3x orangtua saya menyelenggarakan resepsi pernikahan, alhamdulillah ketiga-tiganya berjalan lancar tanpa ribet yang berlebihan dengan bantuan jasa wedding organizer.
Kembali lagi ke acara wedding kemarin. Kebetulan acara wedding yang saya pandu ini tidak menggunakan jasa wedding organizer. Jadi semua ditangani sendiri oleh keluarga calon mempelai. Resepsi ini adalah perpaduan antara pernikahan adat Batak dan internasional. Tapi tentu saja saya bersama partner MC saya bukan yang kebagian memandu acara adatlah, secara kami berdua bukan orang Batak. Ya, baru kali ini saya melihat prosesi Mangulosi. Ternyata kalau diperhatikan, hampir semua prosesi adat pernikahan itu sama saja. Sama-sama punya prosesi yang panjang, rumit, dan penuh makna filosofi. Berhubung saya hanya didapuk sebagai MC resepsi saja jadi saya tidak sempat menyaksikan seluruh prosesi pernikahan adat yang telah mereka lakukan di hari sebelumnya.
Alhamdulillah seluruh acara berjalan lancar. Mulai Mangulosi, pemotongan wedding cake, wedding feed oleh kedua pengantin kepada pasangan dan kepada kedua pasang orangtua, penuangan champagne ke dalam susunan gelas-gelas, hingga wedding toast, semuanya berjalan lancar. Telinga kami pun dimanjakan oleh lagu-lagu Top 40 yang dikemas secara akustik dengan kualitas yang superb! Kami juga sempat dibuat tercengang dengan suara emas salah satu anggota keluarga yang kalau secara fisik beliau sudah sepuh, tapi suaranya… luar biasa! Semua tamu yang hadir langsung memberikan tepuk tangan yang meriah ketika beliau melantunkan suara emasnya. Lagu yang dibawakan pun bukan lagu-lagu lawas seperti yang kami sangka sebelumnya, tapi salah satu lagu romantis dari Yovie Nuno, yaitu Janji Suci. Itulah manusia, kadang kita terlalu terburu-buru underestimate ketika melihat ‘kulit luar’ seseorang, ya 🙂
Btw, bicara soal per-MC-an, mungkin benar pepatah yang mengatakan, “buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya”. Kalau saya mewarisi bakat menari saya dari Mama, untuk MC saya mewarisinya dari Papa. Kebetulan Papa memang seorang MC wedding adat Jawa. Tanpa saya sengaja, ternyata setelah sekian puluh tahun kemudian, akhirnya saya meneruskan jejak Papa sebagai seorang pemandu acara. Baru sadar, ternyata menjadi seorang pemandu acara itu… menyenangkan! Halah, telat! 😆
Jadi, kalau kebetulan lagi khilaf dan mau mengajak saya kerja sama, monggo lho ya… 😆
*benerin sasakan*
[devieriana]