Think Outside The Stigma

Kemarin ada MbakΒ Latree Manohara menge-tag saya dan beberapa teman —yang kebetulan juga PNS— di twitter begini,

“I may not be the best, but I do my best “

Ah ya, lagi-lagi bicara tentang stigma yang sudah melekat di PNS. Stigma, semacam penamaan yang buruk terhadap sosok tertentu akibat adanya pengetahuan dan pemahaman yang kurang tepat. Klasik. Stigmatisasi bisa terjadi kepada siapa saja, profesi apa saja, status dan kondisi apa saja dalam masyarakat.

Dalam hal stigmatisasi negatif tentang PNS, bak dua sisi mata uang, diantara yang kontra pasti masih ada yang pro. Berusaha memberikan perspektif yang lebih humanis, karena masih banyak aparatur negara yang punya dedikasi, loyal, dan menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Walaupun mungkin lebih banyak tertutup oleh stigma yang terlanjur terbentuk di masyarakat ya… πŸ™

Oh ya, sekedar flashback, sekitar bulan Oktober 2010, saya juga pernah membaca hal serupa di twitter, dan (saking gemesnya) saya menuliskannya dengan judul Totem Pro Parte. Totem Pro Parte adalah majas yang digunakan untuk mengungkapkan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian. Generalisasi.

Tapi lagi-lagi trenyuh waktu baca salah satu tulisan seperti ini:

“PNS? Apa sih kerjaan mereka ? MAKAN GAJI BUTA. Masih mending mereka yang jadi kuli, tiap hari kerja keras tapi memuaskan. PNS kerja cuma nyari gaji seumur hidup+gaji pensiun, tapi apa yang mereka berikan tak sebanding seperti kerja kuli tadi”

Apa iya profesi yang saya jalani sekarang stigmanya sudah separah ini? Antara sedih sekaligus geli, saya cuma bisa berdoa, semoga yang bilang begitu kalau sudah lulus kuliah nggak jadi kuli ya, Nak ;)).

Serba salah sih memang, karena kita tidak bicara dengan orang yang benar-benar paham dengan kondisi yang ada di lapangan. Kalau cuma sekedar melihat dari luar dan kemudian melakukan judgement, ya semua orang pasti bisa.Tapi kok ya rasanya terlalu picik ya, kalau ada yang menggeneralisasi opini, “semua PNS itu magabut, nggak guna, tukang korupsi!” Nah gimana kalau ada yang bilang “semua mahasiswa sekarang itu tukang tawuran!”Β  Kira-kira fair nggak, ya? πŸ™‚

Saya mau cerita sedikit yang di kantor saya, ya. Kalau bicara soal kerjaan, kami juga sama hectic-nya kok dengan yang bekerja sebagai non PNS. Banyak diantara kami yang terpaksa harus pulang larut malam karena memang tumpukan pekerjaan yang menjelang deadline (maksimal sekian jam atau sekian hari sudah harus diterima oleh pejabat ini itu). Saya juga pernah mengalami hal serupa, apalagi kalau sedang menyiapkan seleksi CPNS, boro-boro bisa pulang jam 4 atau jam 5 :(. Di jam makan siang pun kami tidak bisa seenak udel meninggalkan ruangan, lantaran harus ada yang posisi standby di ruangan, just in case ada permintaan yang mendadak. Kalau sedang tugas di Bogor kami juga seringkali baru selesai kerja pukul 1 dini hari, dan pukul 6 pagi sudah harus meluncur kembali ke Jakarta untuk ngantor seperti biasa. Acara menginap di kantor pun sudah menjadi agenda rutin tahunan bagi kami ketika harus menyiapkan perhelatan 17 Agustusan.

Di pagi hari kami juga harus mempertimbangkan waktu dan jarak tempuh dari rumah menuju kantor. Karena kalau tidak, ya pasti akan terlambat, dan kompensasinya adalah pemotongan tunjangan kinerja sebesar 1%. Kedengarannya sih kecil ya, ah cuma 1% ini. Tapi kalau sudah akumulasi, besaran potongannya bukan hanya terlihat hanya satuan persen saja, tapi langsung menjadi puluhan persen, dan itu jumlahnya… hiks… ngenes! πŸ™ . Kalau ada pemandangan pukul 8 masih ada yang baru datang, itu pasti malu hati sendiri. Saya pernah baru sampai kantor pukul 8 lebih sedikit karena mendadak kendaraan bermasalah, dan kantor sudah sangat sepi. Keluar belanja atau menghilang pas jam kerja? Hadeuh, boro-boro… :-s

Intinya sih, semoga ini bisa berlaku untuk semua hal, jika kita hanya mengetahui sedikit saja tentang sesuatu, atau hanya kulit luarnya,Β  jangan buru-buru mengkritisi, mengambil kesimpulan secara sepotong-sepotong, dan atau membuat opini sendiri secara totem pro parte, menggeneralisasi sebuah kondisi padahal hanya untuk mengambil sebagian informasi saja.

β€œDon’t criticize what you don’t understand, Son. You never walked in that man’s shoes.”

– Elvis Presley –

[devieriana]

picture source : here

You may also like

10 Comments

  1. emm mungkin yg ngomong belum pernah ngerasain kerja jadi PNS, *yaiyalahh..*

    sebenernya ya pekerjaan apa aja, sipil atau swasta, kembali pada pribadi or personal yang mengerjakannya, soal stgima ya mungkin karena ada nila setitik eh atau nila yang banyak yang membuat yang bagus-bagus jd tenggelam..

    jadi ya, smoga besok menjadi lebih baik aja, mbak πŸ™‚

  2. mbak aku wes nulis panjang2 ilang πŸ™

    pokoknya mah semangat aja mbak, waktu yang akan membuktikan mana PNS yang magabut mana yang benar2 bekerja πŸ˜€

  3. @rezariefanda : aku? aku lupa aku siapa, Kak… :-s

    @mbitmbot : iya, Kak… :-ss *membik-membik di pojokan Gambir*


    @Haqqi :
    HEH! :)) *keplak Haqqi*

    @warm : itulah, Om… Bad news is a good news-lah pokoknya, mah ;)). Kalau mereka tahu kerjaan PNS yang sekarang kaya apa :-s. Temenku tuh sampe stress lho pulang malem mulu, kerja under pressure. Jadi berasa bukan PNS yang dulu katanya kerjanya nyantai :p

    @putrimeneng : siyap! Ini baru isteri seorang PNS ;)). Apa hubungannya, coba? ;))

    @stein : karena nila setitik, rusak susu sebelahnya.. ;))

  4. Bener banget, Mbak. Apalagi PNS di daerah yang kantornya masih kurang SDM. Kerjaan bisa ditenteng kemana duduk. Sampe di rumah pun masih ngebut. Sabtu-Minggu, masih nguber publikasi data ini-itu euy! Siap-siap makan banyak aja sih. πŸ˜€

  5. saya kebetulan juga PNS mbak. Saya juga cukup merasakan tidak nyaman dengan stigma PNS yg sedemikian buruk. Tapi saya juga tidak menyalahkan saat ada orang berpikiran seperti itu karena mungkin sebagian dari PNS ada yg korupsi, ada yang makan gaji buta, dll. Tapi itu memang sebagian saja, bisa dikatakan oknum sebenarnya. Tapi begitulah, karena nila setitik rusak susu satu gentong, hehe.

    Saya sih tidak bisa berbuat apa-apa dengan stigma seperti itu. Cuma seperti mbak tulis di awal, do my best aja deh. Biar orang lain yang menilai. Walaupun seringkali penilaian mereka tidak fair. Mengatakan PNS itu buruk, padahal mereka juga berlomba mencari pekerjaan PNS.

    Btw, untungnya seragam saya tidak seperti PNS di pemda-pemda, jadi kalau di jalan tidak ada yang tahu saya PNS πŸ˜€

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *