Seks = Cara menemukan perfect match & right person (?)

Sekedar mau share aja ya, tanpa bermaksud menghakimi atau menyudutkan siapapun.. Hmm, salah seorang teman baik saya kebetulan menganut paham yang berbeda dengan saya dalam hal seks. Buat saya, seks baru boleh dilakukan ketika seseorang sudah dinyatakan sah sebagai suami – istri. Mungkin buat sebagian orang bisa bilang, “yaelah, bu.. haree genee masih mikir kaya begitu?”. Ok, terserahlah ya, tapi memang saya masih memandang seks hanya boleh dilakukan setelah menikah sebagai prinsip hidup saya. Tapi kebetulan berbeda dengan teman saya, seks boleh dilakukan asalkan dengan “pasangan tetap”. “Tetap” disini bisa dibilang pasangan non merit, pacar, kekasih. Jujur waktu dia mengakui itu saya kaget, kebetulan dia seorang pria. Tapi dia menjawab dengan santai, “yaelah, kenapa sih kamu pake heran.. toh dia pacar aku, pasangan aku, & aku emang niat nikah ma dia..”.. Hmm.. gitu ya? *garuk-garuk kepala yang ga gatal*

Saya tidak menganggap saya yang benar & dia yang salah.. No.. No.. Saya lebih melihat pasti dia punya latar belakang pemikiran kenapa sampai dia memilih jalur hidup itu. saya anggap ya itulah pernak-perniknya seorang teman. gak semuanya punya prinsip hidup yang sama. Toh dia udah dewasa ini, 5 tahun lebih tua dari saya, punya pilihan hidup & jalan masing-masing, sudah tahu mana yang baik, mana yang buruk buat hidupnya..(seharusnya)

Jadi mengamati seperti film-film Hollywood (atau ga usah jauh-jauh deh, di sekitaran kita aja), banyak kejadian seperti itu. Ada yang hanya sekali bertemu & feel connected, lalu.. BOOOM !! Perkenalan diakhiri dengan seks. Kok akhirnya seks menjadi salah 1 cara untuk menemukan perfect match & right person ya.. Jadi ingat kata teman saya tadi yang juga sempat mengatakan hal yang sama.. *inhale-exhale*

Apa iya cocok tidaknya kita dengan seseorang bisa langsung ketauan karena pas having seks dia bisa mengimbangi kita & sebaliknya? Apaakah seks bisa lantas menjadi tolok ukur kita untuk melanjutkan hubungan dengan seseorang/tidak? Masa iya kita kerjaannya tiap hari bakal bikin anak mulu, kan ya enggak.. Masa iya perlu trial & error pra officially married? Kok jadinya shallow banget ya? Ya terserah sih ya kalau mau bilang saya kolot.. too old fashioned.. Tapi ya emang masih diluar konteks pemikiran saya aja, karena pada saat kita memutuskan menikah dengan pasangan pastinya kan kita sudah mempertimbangan segala macam faktor.. bukan melulu seks..

Ya.. sekali lagi tanpa bermaksud menghakimi pihak manapun ya.. Hanya sebatas menyampaikan apa yang lagi muter-muter di pikiran saya aja.. 😀

[devieriana]

Continue Reading