Selamat datang, dan selamat bekerja!

welcomeTanggal 20 Oktober 2014 lalu kita tentu mengikuti sebuah peristiwa yang paling happening se-Indonesia. Apalagi kalau bukan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden. Posisi saya waktu itu sedang mengikuti diklat di Pusdiklat, di Cipete. Jadi, tentu saja saya tidak sempat ikut bereuphoria mengikuti pergantian kepala negara itu secara live dari kantor yang waktu itu entah suasananya sudah seperti apa. Tapi untunglah Widyaiswara (trainer) dari Lemsaneg waktu itu sangat kooperatif ketika kami memohon izin agar waktu coffee break-nya diperpanjang demi melihat detik-detik pergantian pemimpin negara yang notabene akan berkantor di lingkungan kami. Hihihih, makasih ya, Pak :mrgreen:

Sejak pagi, di Path sudah berseliweran foto-foto suasana di Istana yang ternyata cukup mengharukan, karena di sanalah untuk pertama kalinya sebuah momen di mana Presiden dan Ibu Negara berpamitan di depan seluruh staf di Sekretariat Presiden (Setpres) terjadi. Setiap manusia apalagi seorang pemimpin pasti tak ada luput dari salah; jadi bagaimana pun momen perpisahan/pamitan tetap menjadi sebuah saat yang mengharukan. Dari pantauan lalu lintas dan suasana di kantor yang ‘dilaporkan’ secara live oleh teman-teman di whatsap, Path, dan twitter sudah tergambar bagaimana hiruk-pikuknya suasana di sana, dan rasanya saya akan sulit pulang kalau saat itu ada di kantor. Jadi ada untungnya juga saya tidak sedang berada dalam keriuhan itu.

Selang beberapa hari setelah pelantikan Presiden, akhirnya diumumkanlah susunan kabinet yang baru, yang dinamakan Kabinet Kerja. Teka-teki siapa yang akan memimpin kementerian saya pun terjawab sudah. Walaupun beberapa minggu sebelumnya sudah berhembus nama-nama calon yang akan jadi Menteri Sekretaris Negara, tapi sepertinya nama yang terakhir inilah yang memang menjadi calon kuat yang akan memimpin kementerian kami setelah era Pak Sudi Silalahi. Ya, kami sekarang punya Menteri baru yaitu Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc .

Pelantikan Kabinet Kerja sendiri dilakukan pada tanggal 27 Oktober 2014 bertempat di Istana Negara. Suasana kantor kami yang biasanya formal dengan para pegawai yang menggunakan seragam PDH (Pakaian Dinas Harian) hari itu suasananya menjadi seperti sedang di kondangan, karena banyaknya orang yang berseliweran menggunakan busana batik. Saya bersama tim pelantikan sudah berjaga-jaga mempersiapkan batik atau PSL (setelan jas formal) untuk serah terima jabatan Menteri. Ya, tinggal dipilih saja mau pakai dress code apa sesuai permintaan :mrgreen: .

Semenjak kehadiran pemimpin negara yang baru, lingkungan, cara bekerja, dan cara berbusana pun kami pun sedikit demi sedikit mengalami perubahan. Secara umum, Pak Joko Widodo lebih menyukai keegaliteran. Beliau tidak suka hal-hal yang terlalu seremonial. Menyukai pekerjaan yang dilakukan dengan cepat, praktis, dan benar. Pidato pun maunya beliau cuma dibuatkan pointers-nya saja, biar beliau yang mengembangkan sendiri. Setelan PSL (Pakaian Sipil Lengkap) yang selama ini akrab menghiasi setiap acara formal kenegaraan atau pelantikan pejabat aturannya pun jadi berubah; PSL hanya akan digunakan di acara-acara internasional saja, karena acara di luar itu akan menggunakan batik *lipat PSL, masukin ke koper*. Pokoknya kalau dirinci ada banyak hal yang berbeda dengan gaya pemerintahan sebelumnya.

Nah, kebetulan kami menangani acara serah terima jabatan Mensesneg di Gedung Utama tepat di hari yang sama setelah pelantikan menteri. Acara yang sedianya diagendakan pukul 15.00 wib sempat molor selama 1 jam karena Pak Pratikno masih bersama Presiden di Istana Negara. Di kesempatan inilah untuk pertama kali saya melihat secara langsung ‘penampakan’ Pak Pratikno. Sosok yang ramah, bersahaja, dan sangat njawani. Ya bagaimana nggak njawani, lha wong memang beliau asli Bojonegoro (Jawa Timur) dan tinggal lama plus berkarir sebagai Rektor di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tapi saya yakin di balik sosok beliau yang sederhana itu pemikiran-pemikirannya tidak sesederhana penampilannya. Terbukti, keesokan harinya setelah dilantik, dalam rapat koordinasi antara Mensesneg dengan seluruh pejabat Eselon 1-2, langsung membuat perubahan yang signifikan, terutama di cara kerja, yang beliau istilahkan dengan smart work alias kerja cerdas untuk mewujudkan smart office.

Dalam sambutan di acara yang santai itu beliau juga menyampaikan kesan beliau ketika menerima sms dari seorang kolega,

“Saya sempat merinding ketika membaca sms yang dikirimkan oleh sahabat saya. Bunyinya, “Be careful, because you are now working at the heart of this republic. Saya diminta untuk bekerja secara hati-hati karena kini saya bekerja di jantungnya Republik Indonesia”

Setiap pemimpin pasti punya gaya kepemimpinan masing-masing, begitu pula dengan para pemimpin baru kita. Yang jelas dalam pemerintahan yang sekarang ini tidak ada yang namanya program 100 hari; yang ada adalah Quick Wins (Low Hanging Fruit), kerja yang hasilnya bisa dirasakan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Jadi, mari kita berikan kesempatan dan dukungan penuh bagi beliau-beliau untuk bekerja, membuktikan kapasitas masing-masing untuk mengemban kepercayaan yang telah diserahkan oleh Presiden kepada mereka untuk membenahi dan menyempurnakan hal-hal yang belum sempat sempurna di pemerintahan sebelumnya.

Selamat bekerja para pejabat di Kabinet Kerja. Selamat bergabung di Kementerian Sekretariat Negara, Pak Pratikno. Selamat datang di ‘dapurnya’ negara. Saya percaya bahwa Bapak memiliki segala hal yang dibutuhkan seorang Mensesneg. Sebagai teknokrat saya yakin bahwa level Bapak sudah jauh di atas mumpuni. Ditambah lagi dengan pengalaman Bapak sebagai dosen dan akademisi pasti ilmu dan pengetahuan Bapak tentang politik dan pemerintahan sudah jauh di atas buku-buku referensi ilmu politik dan pemerintahan.

Semoga kehadiran Bapak di kementerian kami memberikan angin segar dan pencerahan bagi kami semua :mrgreen:

 

 

 

 

*lalu ke Thamrin City, memborong batik*

[devieriana]

 

picture source from here

Continue Reading