*bersih-bersih blog dari sarang laba-laba*
Hai apa kabar? Kelamaan hibernasi, nunggu ilham menulis yang tak kunjung datang, jadinya malah disarangin laba-laba.
Mumpung masih bulan Syawal, izinkanlah saya mengucapkan Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1436 H, mohon maaf lahir bathin kalau ada salah kata dan perbuatan ya… 🙂
Ramadhan kali ini terasa berbeda, karena saya melewatkan puasa Ramadhan berempat (saya, Mama, suami, dan Alea). Kalau tahun lalu saya terpaksa tidak berpuasa karena sedang hamil, tahun ini alhamdulillah bisa berpuasa penuh, cuma ‘bolong’ 2 hari karena sedang dalam perjalanan mudik.
Setelah tahun lalu kami berlebaran di Jakarta karena saya baru lahiran, tahun ini kami berlebaran di Surabaya. Dan pilihan kami adalah mudik via jalan darat! What? iya, jalan darat. Dengan membawa Alea? Ya iyalah, masa iya dia ditinggal di rumah sendirian? Sempat galau juga sebelum memutuskan memilih mudik via darat atau udara. Tapi berhubung suami dan ipar saya semangat banget untuk mencoba mudik via darat, jadi ya sudahlah, bismillah aja.
Saya, suami, adik dan ipar saya sepakat cuti 4 hari sejak tanggal 15 Juli 2015 , dan baru akan ngantor lagi tanggal 27 Juli 2015. Akhirnya, hari yang ditunggu untuk mudik pun tiba. Kami memulai perjalanan ke Surabaya mulai tanggal 14 Juli 2015 pada pukul 20.30 wib via jalur utara. Salah satu alasan kami kenapa berangkat malam, ya itu adalah jam tidurnya Alea. Tujuan kami salah satunya adalah mencoba jalan tol yang sedang heitz itu; Tol Cipali!
Sepertinya hari keberangkatan kami adalah hari puncak mudik. Perjalanan mulai bergerak lambat mulai di… ah, saya lupa, karena saya ketiduran! Tahu-tahu, sudah masuk gerbang tol Cikopo. Harapan kami akan lancarnya perjalanan, menguap begitu saja, karena di sepanjang tol itu… buset, banyak banget ya mobilnya! Ya iyalah, banyak mobil, masa iya ongol-ongol! Jadilah kami agak bete di jalanan. Ok, ‘agak’ lho ya. Karena kami masih ingat kalau kita mau mudik, mau ketemu keluarga, mau lebaran di kampung halaman. Lagian kapan lagi ‘seru-seruan’ mudik via darat nan padat itu; sekali-kalilah, masa iya pakai pesawat terus. Ye, kaaan? *lap-lap garbarata*
Karena kami membawa bayi, jadi ya di setiap rest area kami usahakan untuk istirahat, selain biar para driver-nya nggak terlalu pegel, biar bayinya juga nggak stress di jalan. Tapi alhamdulillah, kami salut sama Alea; di tengah perjalanan yang panjang itu, dia sama sekali nggak rewel. Sekalinya rewel karena ngantuk atau lapar. Selebihnya ya dia ‘sibuk’ main boneka dan main dengan kami dengan berpindah-pindah jok (depan-tengah-belakang, begitu seterusnya), sambil melihat pemandangan dan macetnya jalanan. Perjalanan mudik itu kami tempuh selama hampir 32 jam! Ya maklumlah, sesuai dengan deskripsi di atas agak kurang memungkinkan juga kalau perjalanan kami tempuh kurang dari 24 jam. Kecuali kami punya… baling-baling bambuuu!
Lebaran tahun ini jadi moment yang istimewa kuadrat. Bukan sekadar moment di mana kami bisa bertemu dan bersilaturahim dengan keluarga besar, tapi juga bertepatan dengan ulang tahun Alea yang pertama. Alhamdulillah, gadis kecil yang tahun lalu di tanggal yang sama masih ‘sibuk’ menangis ala bayi di RS, sekarang sudah berusia 1 tahun, sudah punya banyak kebisaan dan kelucuan yang membahagiakan kami.
Oh ya, melihat perkembangan Alea yang pesat ini, ada hal yang ‘menakjubkan’ kami; Alea sudah mulai mengenal mainan di Timezone! Awalnya, dia cuma pengen dititah-titah doang, jalan keliling foodcourt di salah satu mall di Surabaya. Tapi mendadak di depan counter cotton candy yang berbentuk mobil-mobilan, dia nggak mau jalan, maunya jongkok saja di depan counter-nya. Dikirain mainan kali ya. Akhirnya, untuk membujuk dia agar mau jalan, saya belokkan ke Timezone yang kebetulan bersebelahan dengan counter cotton candy itu. Dan you know what bagaimana reaksinya? Semacam takjub gitu. Kan, di sana ada banyak suara, warna-warni wahana, dan hal-hal baru baginya. Alhasil, ketika saya ajak duduk menghadap wahana kereta-keretaan, dianya malah mau manjat pagar pembatas area kereta-keretaan. Yaelah, kamu ini laki apa perempuan sih, Nak? Kok mau manjat-manjat pager? *ajak Alea duduk manis di pinggir pagar-pagaran.
Jadi, ya sutralah ya, karena anaknya terlihat keukeuh pengen main, papanya akhirnya beli perdana juga. Demi menyenangkan Alea, hahahahak. Dan dia ceria banget dong, ketika naik kuda-kudaan, mobil-mobilan, dan kereta-keretaan. Dia juga anteng berdiri di mesin pengambil makanan (apa itu deh namanya), mungkin buat dia itu mesin yang lucu, karena bisa gerak-gerak sendiri, maju/mundur ngambil makanan. Gitu kali, ya? *tepok jidat*
*jidat papanya*
Dari pengalaman keberangkatan di mana kami sempat terjebat macet di Brebes dan sekitarnya, pulangnya kami memutuskan untuk mengubah rute perjalanan via jalur selatan. Biar nggak bosen, sekalian mau rekreasi. Alhamdulillah perjalanan pulang menuju Jakarta via jalur selatan ini jauh lebih lancar, ya itu juga karena kami balik ke Jakartanya sudah di tanggal yang off peak juga yaitu 24 Juli 2015. Tapi ya tetap saja sampai di Jakarta hari Minggu siang, tanggal 26 Juli 2015. Lho, kok bisa? Katanya jalanan lancar, nggak macet? Iya, kita sempatkan untuk bermalam di Yogyakarta. Tujuannya selain mau ngajak Alea naik delman (di Jakarta, Alea lagi seneng-senengnya lihat kuda dan naik delman yang keliling di sekitaran Mampang), selain itu juga ingin berwisata belanja di Malioboro, Pasar Beringharjo, dan sekitarnya, hihihihik.
Secara keseluruhan, perjalanan mudik lebaran tahun ini yang via jalan darat dan memakan waktu berhari-hari itu alhamdulillah berjalan lancar. Salut dengan ketahanan tubuh Alea. Di balik perjalanan yang melelahkan itu, dia alhamdulillah dalam kondisi yang sehat. Buat orang dewasa ini merupakan perjalanan yang melelahkan dan bikin stress, apalagi buat bayi seusia Alea.
Semoga lain kali bisa kumpul dan seru-seruan lagi bareng keluarga. Tapi semoga nggak pakai macet lagi kali..
[devieriana]
ilustrasi dipinjam dari sini