Astral

ghost

Saya bukan orang yang suka membahas masalah dunia yang berhubungan dengan makhluk poltergeist. Bukan apa-apa, karena saya sendiri tipikal penakut. Ah, jangankan sama makhluk halus atau nonton film horor, sama kucing saja saya takut kok. Ngg, mungkin bukan takut, tapi geli 😐

Sebenarnya postingan ini ada hubungannya dengan adik ipar baru saya. Ya, sekarang saya punya tambahan satu anggota keluarga karena adik bungsu saya baru saja melangsungkan pernikahannya beberapa minggu yang lalu. Uniknya, ternyata ipar saya ini punya indera keenam, jadi dia bisa merasakan keberadaan makhluk astral di mana pun dia berada.

Tak jarang dia terpaksa harus ‘bertemu’ dengan penampakan makhluk dari dunia lain, baik itu yang bisa dilihat penampakannya maupun yang cuma suara. Jangan ditanya seberapa sering dia harus ‘bertemu’ dengan ‘mereka’. Yang jelas di kantor, di kost, bahkan terakhir katanya di rumah saya yang di Surabaya pun dia sudah mendapatkan ‘salam perkenalan’ dari para makhluk itu. Padahal selama kami tinggal di sana tidak ada penampakan apapun baik secara fisik maupun suara lho, tapi ketika ipar saya mulai tinggal di sana kenapa mereka tiba-tiba ‘show off’, ya? 😕

Awalnya ketika sekitar pukul 02.00 dini hari, dia mendadak sakit perut dan ingin ke toilet. Dengan mata yang terkantuk-kantuk dia membangunkan adik saya untuk menemaninya ke belakang, atau setidaknya menemani di ruang makanlah. Tapi berhubung adik saya juga mengantuk dia pun bilang, “kamu ke toilet aja, pintu kamar aku buka, kok. Berani, kan? Halah, wong nggak ada apa-apa kok…” Akhirnya si adik ipar pun ke toilet sendirian (iyalah, masa barengan). Dari balik pintu toilet itulah godaan-godaan itu berawal. Mendadak dia mendengar kegaduhan di ruang makan; ada suara kursi yang di seret-seret, suara-suara gaduh di rak piring, suara pintu yang dibuka-tutup, dan suara-suara lainnya. Awalnya dia mengira itu cuma suara tikus. Tapi masa iya tikus bisa menyeret-nyeret kursi? Atau, mungkin adik saya yang berubah pikiran menemaninya di ruang makan. Tapi ketika dia coba memanggil adik saya dan seketika tidak ada respon jawaban, diam-diam dia mulai merasa takut. Tapi untunglah rasa mulesnya justru bisa mengalahkan ketakutannya sendiri. Dengan santai dia bergumam, “halah, udah…, biasa aja, nggak usah caper!  Aku nggak butuh salam perkenalan dari kalian!”  Dan, voila! Uniknya suara-suara itu pun lenyap.

Sesampainya di kamar dia buru-buru membangunkan adik saya untuk konfirmasi.

Ipar: “eh, tadi kamu ke ruang makan?”
Adik: “enggak… kan aku tidur…”
Ipar: “lah, yang berisik di ruang makan tadi siapa? :-o”
Adik: “mana ada suara berisik, sih? wong aku nggak denger suara apa-apa, kok…”
Ipar: “ah, beneran kamu nggak ke ruang makan tadi? :|”
Adik: “hambok sumpah, enggak :|”
Ipar: “trus yang tadi itu… suara apa? :-?”

Untungnya adik ipar saya ini tipe pemberani. Tidak bisa membayangkan bagaimana kalau dia adalah saya; hadeeh… sudah lari tunggang langgang mungkin 😐

Pernah suatu hari saya membaca status bbm-nya: “Jiah, ternyata kantorku berhantu :))”. Lah, kenapa smiley-nya tertawa sih? Ketika saya tanya, dia pun bertutur santai, mungkin karena sudah sangat seringnya mengalami kejadian semacam itu, ya?

“Penunggu kantorku itu suka iseng, Mbak. Kadang dia suka ngunciin aku di kamar mandi, suka manggil-manggil namaku. Di kostanku kemarin juga aku dilihatin penampakan. Ya, biasalah… caper, Mbak…”

Bukan itu saja, siang hari ketika kebetulan saya dan Mama harus pergi dan terpaksa harus meninggalkan dia sendiri di rumah pun begitu. Sebenarnya bukan bermaksud tega meninggalkan dia di rumah sendirian, tapi berhubung dia mengeluh karena kurang enak badan, jadi ya terpaksa dia kami tinggal di rumah sendiri supaya beristirahat. Antara tega dan nggak tega sih sebenarnya. Saya dan Mama baru tiba di rumah menjelang maghrib. Persis seperti dugaan saya, dia seharian ‘ditemani’ para makhluk  poltergeist di rumah saya. Tidak ada yang menampakkan diri sih, semuanya berupa suara. Ada suara kaki yang berlarian di sekitar dia, suara rel gorden yang dibuka-tutup di ruang tamu, suara derit pintu, dan suara-suara gaduh tanpa penampakan lainnya. Tapi anehnya ketika dia cek ternyata semua dalam posisi diam seolah tidak ada apa-apa, dia pun melanjutkan acara memasak tanpa merasa terganggu. Ah, koreksi, mungkin dia sebenarnya juga merasa terganggu, tapi karena dia tidak punya pilihan lain selain tetap tinggal di rumah ya, apa boleh buat. Mungkin begitu pikirnya…

Konon ada aura-aura tubuh dengan warna tertentu yang sangat mudah menarik perhatian makhluk halus; sehingga orang tersebut akan dengan sangat mudah melihat penampakan, dan bahkan sampai diikuti. Bersyukur saya tidak memiliki kepekaan berlebihan terhadap kehadiran makhluk-makhluk astral seperti itu (lebih tepatnya tidak memilih dan tidak ingin). Hanya saja, kadang ketika saya sedang berada di sebuah lokasi tertentu, entah kenapa saya memilih menghindari spot lokasi tertentu; entah itu cuma feeling saya saja atau memang di sana ada makhluk astralnya.

Beberapa tahun yang lalu saya memang pernah merasakan kehadiran mereka di rumah Bu Dhe saya di Malang. Tapi uniknya saya baru ‘ngeh’ kalau di sana memang ada penunggunya setelah saya tidak tinggal di sana lagi. Dulu saya dan adik perempuan saya sempat diminta tinggal menemani Bu Dhe karena kebetulan beliau cuma tinggal berdua bersama seorang asisten rumah tangga. Saya dan adik diberi sebuah kamar dekat dengan garasi; sebuah kamar yang tidak terlalu besar, tapi cukup nyaman untuk beristirahat. Di sana sudah disediakan sepasang meja kursi, lemari pakaian, dan tempat tidur dua susun.

Awal-awal kami tinggal di sana suasana relatif aman terkendali, tidak ada kejadian yang aneh. Sampai suatu ketika di setiap tengah malam saya mendadak terbangun, kebetulan saya bukan orang yang terlalu lelap tidur. Di antara pukul 00.00-03.00 dini hari saya selalu mendengar ada orang yang berlari terengah-engah di jalanan depan rumah. Bukan itu saja, saya juga mendengar suara-suara aneh mirip lenguhan, atau suara-suara lain yang tidak bisa dideskripsikan oleh telinga saya, dan selalu disertai dengan gonggongan anjing di rumah tetangga. Waktu itu saya memilih berkhusnudzon saja, tidak ada makhluk halus yang akan mengganggu, toh rumah Bu Dhe sangat bersih, terawat, dan rapi (walaupun dari dalam rumah pencahayaannya lebih gelap karena kaca ruang tamu berwarna hitam, dan halaman rumahnya pun teduh karena banyaknya tanaman di depan rumah). Sama sekali tidak pernah berpikir apakah suara-suara yang saya dengar itu adalah suara makhluk-makhluk astral atau bukan, saya cuma berdoa semoga tidak ada pencuri/orang jahat yang sedang mengincar rumah Bu Dhe, karena kami berempat semuanya perempuan :s.

Saya baru berani cerita kejadian-kejadian aneh di rumah Bu Dhe ketika kami sudah tidak tinggal di sana lagi. Dan ternyata adik saya pun merasakan hal yang sama; sering mendengar suara-suara aneh seperti yang saya dengar; nafas terengah-engah seperti orang yang habis berlari jauh tapi terdengar begitu dekat di telinga, dan suara-suara aneh lainnya 😐

Papa saya dulu pernah bilang, “Di setiap rumah, setiap tempat, di mana pun itu, pasti ada yang menunggu. Ada yang baik tapi ada juga yang jahat/jahil/iseng. Pokoknya kalian jangan sampai lupa ibadah; shalat, ngaji, insyaallah mereka nggak akan ganggu kok…” 

Semoga sih begitu ya…

Eh, kalau bilang, “Pahit! Pahit! Pahit!” gitu, boleh nggak sih, Pa? *ditoyor*

😐

[devieriana]

 

ilustrasi dipinjam dari sini

Continue Reading